• Rasulullah

    RINDU KEPADA RASULULLAH SAW

    Sepeninggalan Rasulullah SAW, Bilal tidak pernah lagi mau menjadi Muazzin, tidak sanggup baginya untuk mengingat kenangan-kenangan indah bersama Rasulullah SAW yang membuat hatinya menjadi semakin sedih. Ketika Sayyidina Abu Bakar Shiddiq mendesak Bilal untuk menjadi muazzin, Dengan kesedihan yang mendalam Bilal berkata : “Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.”

  • Pemikiran

    ANDA SUDAH PERNAH MINUM RACUN?

    Iman Ar-Razi dalam Tafsirnya mengkisahkan tentang seorang Majusi (penyembah api) yang meminta kepada Khalid bin Walid untuk memperlihatkan sebuah ayat atau tanda supaya dirinya yakin untuk memeluk agama Islam. Khalid bin Walid lantas berkata: “Berikan kepadaku racun yang mematikan,” Kemudian seorang Majusi tadi membawakan racun untuknya. Lantas Khalid bin Walid mengambil dengan tangannya dan memulai dengan membaca basmalah. Lalu ia meminum racun semuanya. Atas izin dari Allah, Khalid bin Walid selamat tak terkena efek dari racun tersebut.

  • Kisah Hikmah,  Sahabat Nabi

    Engkau Tidak Akan Di Tinggalkan Oleh Rasulullah

    Bilal bin Rabbah sosok lelaki berkulit hitam yang dipercayakan oleh Nabi sebagai pengumandang azan, tugas yang membuat dia selalu dekat dengan Nabi SAW. Bilal sangat mencintai Nabi, terbukti dengan tidak berpaling keimanannya dari Islam walaupun nyawa sebagai taruhan, Bilal pernah disiksa, dijemur diatas pasir panas dan dibawah terik matahari, kemudian perutnya di diletakkan batu sehingga sulit bagi Bilal untuk bernafas, namun siksa yang mendera dirinya tidak mampu meluntutkan rasa cinta kepada agamanya, rasa cinta kepada sosok Muhammad, orang yang diyakini sebagai utusan Allah.

  • Nasehat,  Sahabat Nabi

    Kemesraan Zaid bin Tsabit dan Ibnu ‘Abbas

    Selepas menshalati jenazah sang ibunda, Zaid bin Tsabit pulang dengan menaiki bighãl (bagal). Saat akan menunggangi hewan peranakan kuda dan keledai itu, sepupu Rasulullah, Ibnu ‘Abbas, tiba-tiba menghampiri lalu memegang tali kendali tunggangan tersebut. Ibnu ‘Abbas hendak menuntunnya sebagai bentuk penghormatan. Keduanya adalah sahabat Rasulullah yang istimewa. Zaid merupakan sahabat cerdas yang pada zaman Rasulullah dipercaya sebagai penulis wahyu. Ia adalah sekretaris pribadi Nabi yang keulamaannya diakui di Madinah. Ibnu ‘Abbas pun tak kalah hebat. Putra ‘Abbas bin Abdul Muthallib ini memiliki wawasan luas. Banyak hadits yang keluar melalui jalur riwayatnya.

  • Nasehat,  Tasauf

    Pentingnya Sahabat

    Pengalaman pertama yang saya rasakan ketika menekuni tarekat adalah suasana sejuk, damai dan penuh keakraban. Sebelumnya saya sering berkumpul diberbagai komunitas baik organisasi formal maupun tidak, namun keakraban terhadap saudara satu Guru yang saya rasakan melebihi kedekatan dengan saudara kandung. Persahabatan dalam tarekat benar-benar menghilangkan sekat kesukuan, status ekonomi dan latar belakang keluarga sehingga antara satu sama lain melihat saudaranya dalam pandangan yang sama, pandangan penuh kasih sayang, dan hal ini belum pernah saya dapatkan dalam komunitas manapun.

  • Sahabat Nabi

    Ketika Salman Al Farisi Melihat Punggung Rasulullah

    Seperti biasa, Salman al-Farisi menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba sahaya di Kota Yatsrib. Hari itu dia bertugas di ladang kurma tuannya, seorang Yahudi dari Bani Quraizhah. Tatkala sedang berada di atas pohon kurma, seseorang datang menyampaikan berita dengan nada marah kepada tuannya yang sedang duduk di bawah pohon kurma. “Celakalah Bani Qailah. Sekarang mereka berkumpul di Quba’ menyambut kedatangan laki-laki dari Makkah yang mendakwakan dirinya Nabi.”

  • Sahabat Nabi

    Pengorbanan Ali bin Abi Thalib untuk Tamu

    Dikisahkan bahwasanya di antara kebiasaan Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Madinah adalah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur umum. Seperti dapur umum, pagi, siang, malam rumah itu menghidangkan makanan untuk semua orang yang berdatangan. Di zaman itu di Madinah belum ada tempat penginapan atau hotel. Tiap hari, Hasan menyembelih onta kecil untuk dihidangkan ke para peziarah Madinah atau orang-orang miskin pada umumnya.