AL-QURB AL-FARAIDH

Buhaira (seorang pendeta Nasrani) yang tinggal di Bushra (antara Syam dan Hijaz) bertahun-tahun memperhatikan orang-orang yang melintas di depan biaranya, menunggu sosok yang telah diberitakan akan menjadi Nabi akhir zaman. Para Rahib Yahudi juga telah mengetahui akan munculnya Nabi akhir zaman, mereka mengetahui ciri-cirinya namun belum berjumpa dengan sosok yang di maksud.
Suatu hari ketika Abu Thalib hendak melakukan ekspedisi dagang ke Syam bersama Kafilah Quraisy, Muhammad yang ketika itu masih berumur 12 tahun berkata, “Pamanku, kepada siapa engkau akan menitipkanku? Mengapa tidak kau ajak aku? Sementara aku tidak memiliki pelindung selain mu.”
Perkataan Muhammad itu menjadikan Abu Thalib terharu. Maka diangkatnya tubuh Muhammad dan didudukkannya si atas hewan yang ditungganginya. Keduanya pun bersama-sama menempuh perjalanan ke negeri Syam.
Ketika kafilah melewati tempat Buhaira, hari itu dia sangat terkejut melihat rombongan itu dipayungi awan, mengiringi kemanapun kafilah itu bergerak. Buhairi mempersilahkan rombongan singgah untuk di jamu makan. Semua rombongan ikut makan kecuali Muhammad. Ditempat mereka makan awan tidak lagi muncul dan Buhaira menanyakan apakah semua orang sudah berkumpul dan Abu Thalib mengatakan tinggal satu orang anak kecil yang tidak diajak. Kemudian Buhaira meminta anak kecil itu untuk dipanggil bergabung. Ketika Muhammad bergerak awan menaunginya, disitulah Buhaira tahu kalau Muhammad adalah orang yang kelak bakal jadi Nabi. Buhaira segera memperhatikan dengan saksama dan menghampirinya, lalu diperiksa sekujur tubuh Muhammad untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Ia menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu ia mencium tanda itu.
Buhaira juga berpesan kepada Abu Thalib agar ia berhati-hati terhadap rencana jahat orang Yahudi. Allah telah mentakdirkan nabi terakhir berasal dari bangsa Arab dan nabi itu adalah Muhammad. Sementara orang-orang Yahudi menginginkan agar status kenabian itu selamanya milik Bani Israil. Itulah sebabnya mereka akan selalu berusaha untuk membunuh Muhammad jika mereka mendapat kesempatan.
Abu Thalib setelah mendapat informasi dari Buhairi segera menjadikan Muhammad sebagai orang biasa, tidak terlihat menonjol. Hidup senormalnya, ikut berdagang dan menikah ketika usia 25 tahun. Kita tidak dapat informasi lengkap apa yang dikerjakan Nabi antara umur 12 sampai Beliau kemudian menjadi Nabi pada umur 40. Dari para Guru-Guru Sufi, informasi berguru Nabi sejak umur 14 tahun sampai Beliau sempurna spiritual di usia 25 tahun diceritakan dengan jelas sehingga kita tahu bahwa Nabi kita tidak tiba-tiba menerima wahyu di usia 40, tapi telah melewati proses panjang selama 25 tahun dalam bermujahadah kepada Allah SWT.
Ketika Muhammad saw. membawa dagangan Khadijah bersama Maysarah, sesampainya di sana, ia kemudian bersandar di bawah sebatang pohon dekat gereja, kemudian seorang pendeta yang bernama Nestor (Nestorius) bertanya kepada Maysarah, Siapa orang yang berteduh di bawah pohon tersebut, kemudian Maysarah menjawab bahwa dia adalah seorang laki-laki dari suku Quraisy, keluarga pengurus ‘al-Haram’ (Ka’bah). Lalu Nestorius pun berkata kembali bahwa tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah pohon tersebut, kecuali dia seorang nabi.
Nabi mengalami fase sempurna spiritual dan mencapai puncak kedekatan dengan Allah SWT pada usia 25 tahun dan Beliau kemudian menjalani kehidupan sangat biasa. Orang-orang yang telah mencapai tahap sempurna hubungan dengan Allah disebut al-Qurb al-Faraidh. Orang-orang yang berada di tahap ini justru tidak bisa dikenali, benar-benar seperti manusia pada umumnya, tidak terikat dengan simbol-simbol. Begitu juga dengan Wali Allah yang diizinkan menjadi pembimbing (Mursyid), mereka begitu umum terlihat dan sulit dikenali kecuali Allah memberi petunjuk
Bersambung…
