• Tokoh Sufi

    Ujian Guru Sufi

    Ilmu rahasia Ketuhanan tidak didapat dengan mudah tapi dengan kesungguhan karena memang perjalanan kepada Allah akan melewati rintangan dan hambatan, hanya orang yang tingkat keseriusan tinggi bisa melewatinya. Seorang Guru Sufi dalam menerima murid juga akan melihat tingkat keseriusannya dan tentu saja Guru akan memberikan ilmu menurut kemampuan masing-masing murid. Ujian dari Guru Sufi kepada murid-muridnya berbeda satu sama lain. Berikut ini menarik untuk disimak kisah berguru Asy-Syibli kepada Junaid (Junaidi al-Baghdadi) yang saya kutip dari dialog antara keduanya dalam kisah itu menarik untuk disimak dan dijadikan bahan pelajaran bagi kita dalam berguru.

  • Nasehat

    Penuhi Rukun dan Syaratnya

    “Segala sesuatu bisa terjadi/terwujud asalkan lengkap Rukun dan Syaratnya” (Guru Sufi). Seorang nelayan mempunyai perahu dengan kapasitas maksimal 500 kg setiap hari sebelum berangkat ke laut selalu berdoa, “Ya Tuhan berilah hamba rizki sebanyak-banyaknya, berilah ikan sebanyak-banyaknya ya Tuhan”. Kira-kira berapa jumlah maksimal yang diberikan Tuhan kepada si nelayan? Tuhan memberikan ikan kepada si nelayan sesuai dengan kapasitas perahunya. Andai Tuhan memberikan ikan sebanyak 1 ton apa yang terjadi? Perahunya akan tenggelam bersama ikan-ikan yang diperoleh dan dia tidak dapat ikan seekorpun.

  • Rasulullah

    Bukti Cinta Rasulullah SAW

    Mahabbah, sebuah ungkapan kecintaan. Cinta yang muncul dari hati dan perasaan seseorang atas suatu hal. Cinta terhadap pasangan, cinta kepada orang tua, dan cinta terhadap anak, istri, serta kerabat. Kekuatan cinta mengalahkan kebencian. Mengikis permusuhan dan benih konflik. Begitu dahsyat arti cinta. Cinta, kata Imam Syafii, menggiring orang untuk mengikuti apa pun titah sang kekasih. Innal muhibbi lima yuhibbuhi muthi’.

  • Tasauf

    Pentingnya Ilmu Tarekat

    Dalam tulisan Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat itu SATU telah saya uraikan tentang begitu pentingnya ilmu Tarekat sebagai metodologi pelaksanaan teknis dari syariat, aturan-aturan baku yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Sejak kecil kita semua sudah mengetahui bagaimana cara shalat, jumlah raka’at dan bacaan yang wajib serta sunnat dibaca, dari sejak kecil sampai dewasa kita telah mahir melaksanakannya, lalu dimana bedanya?

  • Tasauf

    Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat itu SATU

    Saya seringkali dapat pertanyaan lewat email tentang hubungan antara syariat dan hakikat. Pada kesempatan ini saya ingin sedikit membahas hubungan yang sangat erat antara keduanya. Syariat bisa diibaratkan sebagai jasmani/badan tempat ruh berada sementara hakikat ibarat ruh yang menggerakkan badan, keduanya sangat berhubungan erat dan tidak bisa dipisahkan. Badan memerlukan ruh untuk hidup sementara ruh memerlukan badan agar memiliki wadah. Saidi Syekh Muhammad Hasyim Al-Khalidi guru Mursyid dari Ayahanda Prof. Dr. Saidi Syekh Kadirun Yahya MA. M.Sc mengibaratkan syariat laksana baju sedangkan hakikat ibarat badan. Dalam beberapa pantun yang Beliau ciptakan tersirat pesan-pesan tentang pentingnya merawat tubuh sebagai perhatian utama sedangkan merawat baju juga tidak boleh dilupakan.

  • Nasehat

    Jangan Menilai Saat Sulit

    Seorang ayah menyuruh keempat anaknya melihat pohon pir di dalam hutan pada empat musim yang berbeda. “Pohon pir itu pohon jelek, tidak berdaun, kering dan bengkok pula batangnya,” komentar anak pertama saat musim dingin. “Pohon pir itu menggembirakan dan penuh dengan kuncup-kuncup hijau yang menjanjikan,” komentar anak kedua pada musim semi. “Pohon pir itu pohon yang cantik yang dipenuhi oleh bunga-bunga bermekaran yang berbau harum,” komentar anak ketiga ketika musim panas. Anak keempat tidak setuju dengan pendapat ketiga saudaranya.

  • Tasauf

    Dua Syaikh Penulis Sejarah Tasawuf

    Jika sekarang kita mudah mempelajari tokoh-tokoh tasawuf di masa silam, hal ini tak lepas dari peran penulis kitab-kitab terdahulu. Adalah Kasyf al-Mahjub atau Kasyful Mahjub disebut sebagai risalah Persia tertua tentang Tasawuf, ditulis oleh Syaikh al-Hujwiri yang bernama lengkap Syaikh Abul Hasan Ali bin Ustman bin Ali al-Ghaznawi al-Jullabi al-Hujwiri, lahir di Ghazna, Afganistan. Tidak diketahui tahun kelahirannya, diperkirakan wafat pada 456 H (antara 1063 – 1064).