Tasauf

ARGUMENTASI MEMERLUKAN EKSPERIMENTASI

Islam sebagaimana sunatullah yang berlaku di alam ini memiliki lapisan-lapisan mulai dari syariat, tarikat, hakikat dan makrifat. Sebagian kecil orang terutama paham yang baru muncul 100 tahun lalu menolak lapisan Islam yang 4 ini dan sebagian lain umat Islam tidak mengetahui ada lapisan ini. Terbanyak adalah orang yang mengetahui namun tidak tahu cara mengamalkan, menggabungkan ke 4 lapisan ini sehingga menjadi satu kesatuan yang sempurna sebagaimana pertama kali Islam ini dibawa dan diperkenalkan oleh Rasulullah SAW.

Sebagaimana musik yang dijadikan tulisan dalam bentuk notasi, terlihat rumit dan sangat sulit dipahami. Namun ketika musik itu di mainkan sungguh sangat enak di dengar dan dinikmati. Begitulah Islam kalau dilihat secara terpisah akan sangat rumit, apalagi hanya mengetahui satu lapis, maka terasa berat melaksanakannya dan hasilnya sudah pasti menyimpan dari tujuan hakiki beragama.

Islam bisa juga disederhanakan menjadi 2 unsur yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar menyangkut hukum dan tata cara ibadah sedangkan lapisan dalam adalah “rasa” dari beribadah itu sendiri. Orang yang hanya berada di lapisan luar biasanya hidup penuh penasaran, karena dia tidak bisa memandang ke dalam. Orang di luar istana hanya menduga-duga tentang isi istana dan 100% dugaannya itu salah. Maka tidak heran muncul pertanyaan, “Orang sufi itu tidak wajib shalat”, “Kalau sudah mencapai makam tinggi syariat tidak perlu, “Orang tarekat mereka tidak pergi berhaji”, “Mengkultuskan Gurunya”, dan begitu banyak lontaran kata-kata yang semua keluar dari kelompok yang berada diluar, itu wujud dari penasaran dan keluarlah praduga-praduga.

Memang tahap syariat 100% pemahamannya dalam bentuk praduga, sakwasangka, tidak ada kepastian. Saya mengambil contoh sederhana saja, Imam Syafii berpendapat bersentuhan dengan perempuan yang bukan muhrim itu membatalkan wudhuk sementara Imam Malik dan Imam Hanafi berpendapat sebaliknya, tidak batal wudhuk. Kedua pendapat ini sangat bertentangan, satu mengatakan batal wudhuk artinya ibadah yang dilakukan ketika bersentuhan itu batal, tertolak sementara yang lain tidak batal, artinya di terima. Lalu pernahkah kita secara kritis bertanya, menurut Allah SWT batal tidak? Karena kedua pendapat itu hanyalah argumentasi dari Imam Mazhab, argumentasi tentu saja bisa salah bisa benar.

Naik lagi ke tahap berikut, hal-hal yang membatalkan shalat, juga di 4 mazhab itu berbeda. Ibadah yang mana yang diterima Allah? Di syariat tidak ada jawaban, hanya sampai ke tahap “Hanya Allah yang Tahu”, tidak lebih dan tidak kurang begitu.

Saya pernah menulis bahwa syariat itu ibarat berdebat tentang “Apakah ada kodok di balik dinding?. Orang yang tidak pernah melihat langsung kodok di balik dinding, hanya menduga memberikan argumentasi yang berbeda karena memang tahap menduga. Untuk bisa membuktikan apakah kodok ada di balik dinding atau tidak harus  sampai ke tahap eksperimentasi. Ketika dilakukan eksperimen, datang langsung dan melihat disebelah dinding barulah bisa dipastikan kalau disitu ada atau tidak ada kodok, inilah pekerjaan tarekat.

Maka Tarekat adalah tahap lanjut dari pelaksanaan syariat dengan benar sehingga apa pun janji Allah dan RasulNya akan bisa dibuktikan, direalisasikan. Selama tidak menemukan metode yang benar untuk melaksanakan syariat maka sampai kapanpun itu hanya menjadi sebuah argumentasi saja. Untuk membuktikan semua argumentasi itu diperlukan seorang yang ahli di bidang praktek, bukan ahli bidang membaca. Diperlukan eksperimentasi (tarekat) agar semua argumentasi (syariat) itu bisa dijalankan dengan benar dan berwujud.

Sudah lama saya tidak menulis, dilain kesempatan akan saya lanjutakan lagi, sMoga tulisan ini bermanfaat…

4 Comments

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: