Nasehat

Untuk Apa Kita Ada?

JelatangKalau direnungi secara dalam, seorang manusia hadir di dunia benar-benar hanya sesaat saja, seperti sekejab mata jika di bandingkan dengan usia bumi yang sudah sangat tua. Ibarat matahari yang nampak terlihat, terbit dan tenggelam begitu lah perjalanan hidup manusia di dunia ini. Yang membedakannya, matahari terbit dan tenggelam kemudian terbit lagi dan tenggelam lagi dan seterusnya, sementara seorang manusia terbit dan tenggelam, kemudian tidak akan pernah terbit lagi untuk selamanya.

Kehidupan yang sesaat diberikan oleh Tuhan kepada manusia tidak lain agar manusia bisa memberikan pengabdian terbaik kepada-Nya, kepada sesama manusia dan seluruh alam sehingga manusia tersebut benar-benar menjadi orang yang bermanfaat. Sebagian lahir dengan mengikuti kodrat alamiah manusia sebagai pengabdi untuk membuat kehidupan di bumi menjadi lebih baik.

Sementara sebagian manusia hidup di dunia ini dalam kondisi tidak kreatif, lahir menjalani kehidupan, kemudian meninggal dunia, berlalu seperti debu yang tertiup angin di musim panas. Kehadiran dan ketidakhadirannya di dunia tidak memberikan pengaruh apa-apa, dan inilah kebanyakan manusia.

Ada juga manusia yang hadir di dunia ini memberikan warna hitam, kehadirannya mempersuram kehidupan di muka bumi dengan berbagai kerusakan yang dilakukannya. Setelah dia berlalu sesuai dengan umur yang diberikan Tuhan, dia kemudian meninggalkan warisan hidup berupa kekacauan dan ketidakserasian.

Tentang hal ini, saya teringat pertanyaan Guru kepada saya, “Untuk apa Tuhan menciptakan daun jelatang?”. Jelatang adalah salah satu jenis semak yang batang dan daunnya sangat gatal bila disentuh. Jelatang sepintas lalu tidak bisa dimanfaatkan untuk apapun oleh manusia, hanya mengganggu saja. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Guru tentang jelatang tersebut dan kemudian Beliau menjawab sendiri, “Untuk meramai-ramaikan dunia”.

Jadi kehadiran Jelatang di muka bumi ini hanya untuk membuat bumi menjadi ramai, tidaka lebih dan tidak kurang. Lalu bagaimana kehadiran kita di dunia yang fana ini? Apa sama dengan Jelatang?

Tuhan menciptakan rumput untuk dimakan kambing, Tuhan menciptakan kambing untuk dimakan manusia, Tuhan menciptakan manusia untuk?

Tuhan menciptakan plankton untuk di makan ikan, Tuhan menciptakan ikan untuk dimakan manusia, Tuhan mencipakan manusia untuk?

Kalau kita tidak mengetahui untuk apa tujuan Tuhan menciptakan manusia, berarti kehadiran kita di dunia ini sama dengan kehadirat ikan, rumput, kambing dan lain-lain, hanya sebagai pelengkap agar dunia ini menjadi ramai.

Tuhan menciptakan manusia dengan tujuan yang sangat istimewa, untuk mengabdi kepada-Nya lewat ibadah dan lewat aktifitas sehari-hari yang bisa memberikan manfaat kepada semua. Nabi juga pernah memberikan nasehat tentang hal ini dimana manusia terbaik menurut Beliau adalah manusia yang paling bermanfaat untuk sesama.

Semakin memberikan manfaat kepada sesama, maka semakin baik nilai manusia dimata Allah dan Rasul-Nya. Atas dasar itu, harapan Nabi kepada Ummatnya agar dalam kehidupan yang dijalani hendaknya bisa menjadi rahmat bagi keluarga, lingkungan dan bisa menjadi rahmat bagi seluruh Alam.

Dalam kehidupan yang sangat singkat ini, mari kita renungkan dalam-dalam tentang apa yang telah kita lakukan di dunia ini, apakah telah sesuai dengan tujuan penciptaan sebagai pengabdi yang memberikan manfaat untuk semua atau keluar dan tujuan tersebut, memberikan kerusakan dan kehancuran bagi kehidupan manusia dan makhluk lain.

Semoga kita termasuk jenis manusia yang kehadiran kita di dunia dalam waktu singkat bisa memberikan warna indah bagi dunia dan isinya sehingga ketika kita kembali kehadirat-Nya akan disambut oleh Allah dengan penuh kerinduan, karena kita telah menyelesaikan tugas-Nya sebagai penyebar kebaikan di muka bumi.

Amin ya Rabbal ‘Alamin

62 Comments

  • heriyadi

    Terima kasih Sufimuda….in sya Allah tulisan ini sangat bermanfaat dan menjadi motifasi tuk diri saya dan orang lain.

    Salam kenal, Mohon izin saya selalu mengikuti tulisan-tulisan yang tertuang di Blog ini,

  • Purwadi Ibadi

    Sungguh Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang sempurna, manfaatkan anugerah yang Allah berikan ini dengan segala kebaikan dan ibadah kepadaNYA dengan penuh ikhlas dan tawaqal, insya Allah

    • heri

      Pertanyaan diatas saya ajukan karena ada beberapa agama yg pengikutnya, mujahadahnya terhadap Tuhan tidak kalah hebat dengan para tokoh sufi islam… lalu dimana makam mereka masing masing?

      • Ruslianto

        Al Qur’an Suraah Ali Imran ayat 19 :
        Innad dina ‘indallahil islam(u), wa makhtalafal laziina uutul kitaaba illa mim ba’di maa ja’ahumul ‘ilmu bagyam bainahum , wa may yakfur bi ayaatillahi fa innallaha sari’ul hisab.

        Sesungguhnya agama (yang diridha-i) di sisi Allah hanya Islam. Tiada berselisih orang-orang yang diberi Al Kitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

        Salam ta’zim buat Bg.Sufi Muda.

        • heri

          Saya kira kita berbicara hakekat disini,bukan syariat… Ada Agama lain yg juga menjalankan sufisme. Mereka juga mampu berbicara dari hati ke hati, mampu menembus masa lalu dan masa datang. lalu dimanakah makam mereka? dimanakah makam anda?

      • Iwan Suwandi Fadhil

        cara kita beribadah yaitu: Ikutilah Cara Yang dilakukan Para Ustadz, Kiyai, Ulama yang Mu’Tabar, dan cara kita berperilaku, maka ikutilah anjuran Mursyid kita… itu saja sudah cukup

        • heri

          Saya kira kita beribadah harus mengikuti cara Rasulullah,..seperti sabda beliau, ‘Sholatlah engkau sebagaimana engkau melihatku sholat”
          .

            • hery

              Maaf juga, apakah anda kira Rasulullah hidup untuk zamannya saja? Bukankah Rasulullah berada ditengah tengah manusia sampai akhir zaman? Bukankah Rasulullah diutus Allah Untuk seluruh manusia sampai akhir zaman?

  • solihin

    ‘saya teringat pertanyaan Guru kepada saya, “Untuk apa Tuhan menciptakan daun jelatang?”. Jelatang adalah salah satu jenis semak yang batang dan daunnya sangat gatal bila disentuh. Jelatang sepintas lalu tidak bisa dimanfaatkan untuk apapun oleh manusia, hanya mengganggu saja. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Guru tentang jelatang tersebut dan kemudian Beliau menjawab sendiri, “Untuk meramai-ramaikan dunia”.

    Ketika masih ditepi pantai, janganlah menduga duga dalamnya lautan… Tidak ada yang sia sia diciptakan Tuhan dimuka Bumi ini, apalagi hanya untuk meramai ramaikan… lalat saja bermanfaat untuk manusia,itu kalau si manusia mau memikirkan dan mensyukurinya.

      • heri

        Harusnya kita malu sama jelatang yg kita jadikan contoh buruk untuk memotivasi manusia biar bermanfaat. mengapa malu? Jelatang tidak pernah mengganggu manusia, dia hanya diam sesuai takdir Tuhan kepadanya. Tapi manusialah yg datang mengusik dan mengganggunya,ketika si manusia merasa gatal karena jelatang, yg disalahkan justru sijelatang. Sungguh aneh ….Mengapa bukan si manusia yg instropeksi diri untuk tidak sembarangan dalam bergerak dan menyentuh apapun?

        • Kusubandio

          Jelatang dan semua binatang, adalah mahluk ciptaan Allah yang bergerak dengan naluri alami. Karena itu semua binatang dikatakan selalu bertasbih kepada Allah. Tak ada binatang yang kejam,rakus, jahat atau jorok atau melakukan kejelekan atau kejahatan lainnya, karena dirinya hanya melakukannya dengan naluri . Manusia memang salah menilai binatang, terutama yang dinilainya kejam dan buas. Itu keliru, begitu juga ada kaum sufi, yang menilai adanya nafsu kebinatanganan. Mereka memang bisa memakan atau mebunuh binatang lain, ataupun memakan anaknya sendiri, namun itu karena dorongan naluri untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya. Sudah tentu naluri, binatang sesuai dengan kodratnya masing masing. Tak ada binatang yang kita katakan berdosa karena melanggar perintah Allah. Lain halnya dengan manusia. Manusia disebut mahluk mulia dan sempurna, bahkan malaikat diperintah Allah untuk menyembanya. Karena manusia mempunyai berbagai fitrah, kelebihan kelebihan. Baik potensi intrinsik maupun potensi pengembangan, terutama berupa akal budhi. Karena itu manusia juga diberi anugerah Allah, untuk berkemampuan dapat melakukan pilihan. Bahkan manusia dibekali akal budi dan potensi lainnya, untuk menjadi wakil Allah ( khalifah) didunia. Karena manusia berpotensi untuk dapat mengikuti berbagai sifat Allah dan mengikuti keluhuran yang disebut dalam nama nama Allah. ( asma ul husna). Yaitu kalau manusia mendayagunakan segenap akal budhibya menjadi amal shalehnya dan perilaku ahalk mulia. Namun sayangnya, manusia juga bisa melakukan pilihan yang hanya memikirkan diri sendiri dan atau golongannya, melakukan berbagai kemungkaran dan kejahatan lain, demi kepentingan diri atau golongannya. Manusia juga dapat membuat kerusakan alam, permusuhan dan membunuh sesama manusia, bukan sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya yang primer, namun untuk mendapatkan kekuasaan dan kebanggaan diri. Sekalupun, seluruh dunia dalam genggamannya , manusia bisa tidak pernah akan puas. Jelatang, semut, tawon, aanjing, babi, harimau, ular semua merupakan bahan pelajaran bagi manusia. namun jangan sampai keliru mempelajarinya. Seluruh kehidupan, alam dan mahluk yang ada didalamnya, termasuk kehidupan manusia, adalah pelajaran bagi manusia. Agar manusia bisa memajukan kehidupan didunia, namun juga tetap mampu tidak melekat atau terikat pada kehidupan dunia.

          • hery

            Yang jadi masalah disini adalah ucapan dialog sufi muda dengan gurunya, “Untuk apa Tuhan menciptakan daun jelatang?”. Jelatang adalah salah satu jenis semak yang batang dan daunnya sangat gatal bila disentuh. Jelatang sepintas lalu tidak bisa dimanfaatkan untuk apapun oleh manusia, hanya mengganggu saja. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Guru tentang jelatang tersebut dan kemudian Beliau menjawab sendiri, “Untuk meramai-ramaikan dunia”.

            Kata “Hanya Mengganggu saja” itulah yg kurang pas..

            • SufiMuda

              Kalau anda baca dengan pelan tulisan itu ada mengerti apa yang saya maksud, subtansi tulisan itu bukan pada “jelatang yang menggangu”, mudah2an anda paham

              • takim56

                sari patih kalimat yg di maksud bang SM adalah “SEPINTAS lalu tidak bisa dimanfaatkan”. jd adakalanya pengganggu ada manfaatnya.

                salam

  • suadi

    Saya sangat mendukung perjuangan pengurus sufimuda.net untuk saling berbagi ilmu tentang tasawuf.
    FASTABIQUL KHOIROT

  • Kusubandio

    Apa sih makna sufi itu? Lebih spesifik, apa itu sufi muda?
    Menurut saya, secara sederhana, kita mendalami dan mengamalkan ajaran Al Qur’an ( agar menjadi sufi) dari aspek esotorisnya, hakekat ajaran. Memang kita menjadi bingung, apa makna hakekat apa makna makrifat. Kalau kita mengandalkan ilmu tasauf yang ada untuk menjadi sufi, maka ada banyak aliran tareqat. Kita akan memilih tareqat yang mana. Tiap tareqat, punya cara mendekatkan diri kepada Allah melalui caranya masing masing. Menggunakan jalan syari’at, ada banyak syari’at, sesuai dengan aliran yang ada, manakah yang dipilihnya. Selama ini kita di Indonesia, merasa bahwa syari’at adalah syari’at yang sama, karena umat islam yang dominan adalah aliran Sunni. Jadi kita tidak merasakan bahwa ada aliran peahaman yang lain, kecuali yang ada ya faham Sunni dan yang paling benar ya faham Sunni.
    Menurut saya, Al Qur’an, sebagai ajaran Allah, yang pada dasarnya adalah ajaran untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sebaik baiknya. Artinya mendekatkan diri kepada Allah, adalah agar semua pikiran, perkataan dan amal perbuatan sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah. Kita tidak perlu mempertajam atau mempertentangkan ajaran syari’at dengan hakekat atau makrifat. atau dengan filsafat. Karena mendekatkan diri kepada Allah merupakan pendekatan komprehensif atau kaffah.
    Ilmu Syari’at atau aspek syari’at adalah aspek ajaran yang dikembangkan manusia. Artinya rumusan syari’ah itu disusun oleh para tokoh, tetapi bukan Nabi. Meskipun penyusunan hukum syari’ah, memang selalu menggunakan dasar Al Qur’an dan Hadits. Namun jangan lupa, bahwa yang mencuplik dan memberikan penjelasan adalah manusia dan juga bukan langsung dari Nabi. Bukti bahwa syari’at itu disusun oleh manusia, adalah bahwa syari’atnya kaum Sunni, berbeda dengan kaum Syi’ah, atau berbeda dengan laum Mutazillah, atau berbeda dengan kaum Jabariyah dsb. Dan semua rumusan syari’ah itu dianggap paling baik dan benar. Perkembangan ilmu syari’ah itu juga baru terjadi sejak 200 tahun setelah Nabi wafat. Sedangkan faham Sufi dengan ilmu tasauf juga baru berkembang sekitar abad ke 8 M, 250 tahun setelah Nabi wafat, Tasauf , karena hasil pikiran manusia juga terus berkembang dari waktu ke waktu, sehingga melahirkan berbagai tariqat ( jalan).
    Dan seringkali kita melupakan ajaran filsafat, yang ditinggalkan umat islam di abad 11 M, karena itulah maka dikatakan bahwa “pintu ijtihad tertutup). Padahal filsafat dasar bila kita mau menggunakan akal pikiran dengan semua potensinya ( rasional, rasa dan spiritual).
    Mendekatkan diri kepada Allah memang tidak gampang, yaitu kalau tujuannya adalah agar kita senantiasa bisa berpikir , berperilaku dan berbuat ( beramal) sejalan dengan kehendak Allah.
    Umat, secara mudahnya mengatakan bahwa ; hidup kita ini ditujukan untuk “beribadah kepada Allah”. Seolah kalimat itu jelas dan mudah dimengerti dan dilaksanakan. Namun kalau kalimat itu kita dalami maknanya dengan sungguh sungguh. Tidak akan mudah memahami maknanya, apalagi mengamalkannya. Kita bisa mulai dengan pertanyaan, ” Mengapa kita harus beribadah kepada Allah.?” Apa Allah membutuhkan ibadah manusia? Tentu tidak! Memang kalimat atau perintah ” beribadah kepada Allah” itu sumbernya dari Al Qur’an. Namun kita wajib memahami dengan sebaik baiknya, makna dan tujuan ibadah kepada Allah.
    Kita memang sering menyebut nama Allah, namun apakah kita sudah mengenal Allah? Padahal kita baru meyakini akan Allah dengan semua atributnya. Karena itu, maka ada kata kata mutiara : “Kenalilah dirimu . maka engkau akan mengenal Allah “. Inipun kata kata yang bermakna dalam. Karena itu, Ibadah kepada Allah, secara sederhana, bisa kita katakan, “beramal shalehlah kepada semua ciptaan Allah”. Yaitu kalau kita belum mengenali Allah. Mengenal Allah, bukan sekedar selalu mengucapkan Asma al Husna atau menyebut 20 nama nama Allah.
    Bertasauf ria untuk menjadi sufi, apalagi baru sufi muda, sufi yang baru belajar, sesungguhnya sufi ya sufi , nggak ada itu sufi muda. Karena belajar tasauf membutuhkan kesadaran spiritual yang tinggi, dan siapapun bisa belajar , baik muda maupun tua. Agar tidak menjadi sufi yang sesat, yang banyak dikritik oleh mereka yang mengutamakan pendekatan syari’at. Atau menjadi sufi, dengan cara memelihara jin, karena jin itu bisa berbalik memelihara kita.
    Beragama, kalau berupaya benar benar, tulus dan ichlas mendekatkan diri kepada Allah, harus melakukannya kaffah, sesuai dengan kemampuan sendiri. Karena setiap manusia diciptakan atau difitrahkan Allah, menjadi seorang yang unik dan spesifik. Tak satupun manusia yang pernah lahir didunia, ini 100% sama sebangun, baik phisik maupun non phisiknya. Dan setiap manusia juga mempunyai tugas dan misi kehidupan tertentu.
    Dan menurut pendalaman saya terhadap ajaran Al Qur’an, manusia ditugaskan kedunia ini adalah untuk menjalankan tugas kehidupan, namun untuk itu manusia harus mampu tetap menjaga kesucianjiwanya. Dan dalam menjaga kesucian jiwa tersebut, adalah suatu tugas / ujian untuk memajukan martabat peri kehidupan sesama manusia dan alam dg segenap isinya, tanpa diri atau jiwanya, tidak terikat atau melekat pada keduniaan. Dan ujian kesucian atau keimanan ini pernah dilakukan Allah kepada Nabi Ibrahim . Yakni dengan memerintahkan Nabi Ibrahim membunuh Nabi Ismail dengan tangannya sendiri. Itulah ujian keimanan tertinggi, karena Ismail adalah anak yang menjadi dambaan tertinggi bagi kehidupan Ibrahim. Kisah ini tertuang dalam Al Qur’an, meskipun sering dibiaskan hakekat ajaran didalamnya. Dan kita manusia, dengan tugas kehidupan ini, juga mendapatkan tantangan dan ujian Allah, sehingga kalau kita kembali ke akhirat dalam keadaan suci. Dari Allah kembali kepada Allah, karena Allah itu Maha suci, maka yang bisa kembali kepada Allah juga jiwa yang suci.
    Semoga pandangan saya bermanfaat, kesalahan milik saya dan kebenaran menjadi milik Allah.

    • hery

      sufi berarti suci , dan itu adalah gelar yg diberikan oleh orang atau masyarakat kepada seseorang yang dianggap bersih dan bisa menjadi panutan karena menjalankan perintah Allah seutuhnya. Pikiran, ucapan dan tindakannya selaras. Jadi sufi bukan gelar yang dicari apalagi disematkan sendiri pada diri sendiri.
      Bahkan orang yang sudah suci dan bersih itu sendiripun tak suka di gelari sufi, karena takut Ria dan mengotori hatinya.

  • aris

    Dari tulisan2 yg abang sampaikan di blog ini, spt nya abang bukan orang biasa, tp sdh seperti guru abang. Mohon, Ijinkan saya menjadi murid abang.

  • amir karyo

    Mohon maaf atas kelancangan saya.

    Untuk mendapatkan Guru yang Kamil Mukamil cukup dengan menyelami hati kita masing-masing. Karena Beliau selalu memanggil-manggil seluruh manusia melalui hati mereka masing-masing. Dengarkan saja panggilan Beliau, perbanyak Sholawat kepada Rasululloh, perbanyak puasa, dan perbanyak jaga di tengah malam. Tidak peduli anda berada di manapun, Beliau akan segera hadir di hadapan anda jika anda panggil, karena jiwa Beliau merembes di seluruh sel-sel alam ini, seperti merembesnya air pada pori-pori kapas.

    Kirim Fatihah 7x kepada rasululloh sebagai permohonan izin, kemudian kirim Fatihah sebanyak 100x atau 313x atau 1000x setiap harinya kepada Al-Kamil Mukamil. Semakin banyak bilangan Fatihahnya, Insya Alloh semakin cepat hasilnya, sebagai tanda kesungguhan. Lakukan minimal selama 40 hari, jika belum rezeki, ulangi 40 hari lagi. Atas izin Alloh, anda akan dihadiri oleh Beliau, guru Kamil Mukamil, sang pembimbing hati, wakil Tuhan zaman ini.
    Saya yakin, tidak ada satupun diantara saudara yang menyangsikan Fatihah. Karena Al Fatih berarti pembuka, dengan memperbanyak Fatihah, berarti kita berusaha untuk memnuka hijab atau selubung hati.

    Ingat… syaithan tidak akan mampu menyerupai Beliau, karena ini jauh sekali di luar teritorial Syaithan, ini adalah wilayah Nur Alloh dan Muhammad. Jadi yang akan hadir kepada anda adalah Beliau sendiri, bisa wujud secara jasad karena Beliau saat ini memang hidup di antara manusia, juga bisa lewat mimpi yang benar, karena jiwa Beliau juga merembes ke alam mimpi atas izin Alloh.
    Nah, mari bareng-bareng berguru kepada Beliau Sang Kamil Mukamil, biar kita di ajak menuju Alloh dan Rasulalloh.

    Jangan cuman berguru kepada kyai, ustadz, atau sekedar Wali, karena mereka tidak mampu menyempurnakan hati manusia. Bergurulah kepada Rajanya para Wali alias Al Kamil Mukamil, alias Shohibul Zaman, Alias Wahidul Zaman, alias Shulthonil Auliya’, alias Al Ghouts, alias The One, alias Lananging Jagad, alias Pangeran Piningit. Terserah apapun sebutannya, Ia adalah satu manusia yang paling suci dan paling mulia pada tiap zaman atau generasi. Dahulu pernah disandang oleh Sayidina Hasan, Mbah Naqsyabandi, Abu yasid Al Busthomi, Imam Hanafi, Syeh Abdul Qodir Al Jaelani, Imam Ghozali, Ibnu Atho’ilah, dan seterusnya hingga sekarang wajib kita cari bersama siapa Beliau.

    Sesungguhnya semua manusia yang tidak menemukan guru Kamil Mukamil semasa hidupnya, ia akan mati membawa dosa-dosa besar, meskipun amal ibadahnya sebanyak 2 alam (manusia dan jin) digabungkan untuk dirinya. Karena seluruh ibadahnya hanyalah kira-kira saja, tanpa pemahaman yang pasti dan akurat. Allohnya kira-kira, Rasulnya kira-kira, surganya kira-kira, malaikatnya kira-kira, iblisnya juga kira-kira. Padahal semua yang pernah disampaikan oleh para Nabi dan Rasul adalah nyata adanya, bukan sekedar cerita atau dongeng.

    Mohon maaf atas segala kesalahan.

    • aris

      Terima kasih utk nasehat & pejelasannya, saya msh sangat awam dgn hal ini, smoga penjelasan bang amir memberi pemcerahan kpd saya. Smoga rahmat Allah selalu tercurah kpd abang.

  • abdul s

    Assalamualaikum bang sufimuda
    jika seseorang golput dlm pilpres nanti bagaimana menurut Abang? tq
    Wassalam…

    • SufiMuda

      Wa’alaikum salam
      Kalau menurut beberapa ulama yang saya dengar langsung, lebih baik memilih. Dalam kaidah fikih, lebih baik memilih yang buruk di antara yang terburuk dari pada tidak memilih sama sekali. Pilihlah yang sedikit memberikan mudharat.
      wasalam

      • arkana

        ah Bang, andaikan semua nya bisa sesederhana kaidah fikih itu…
        tapi kalo memang harus milih, gini aja Abang, nomor 1 atau 2 ?…..saya pasti ikut tanpa mikir lagi…:-)

      • Abdul s

        Terimakasih abang atas jawabannya sangat mencerahkan tadinya saya mau golput karena takut salah memilih. Wassalam

  • orang awam

    assalamualaikum.wr.wb..
    saya mau tanya kpda bang sufi muda,maaf klau pertanyaannya terlalu bodoh mohon di maklumi,
    Yang masih mennganjal di hati saya adalah cara sholatnya teman saya yg ikut tarekat naqsabandiyah dgn menghayal wajah guru/ mursyid,apakah metode trsbt di ajarkan oleh baginda rosululloh bang? mohon ilmunya sekiranya saya faham,n bisa jd motivasi untuk ikut ajaran tarekat

    saya ucapkan beribu maaf atas kelanacangan dari saya
    wassalam..

    • SufiMuda

      Wa’alaikum salam wr. wb
      Para sahabat tidak pernah melupakan wajah Rasulullah setiap ibadah yang dilakukannya.
      Karena kita belum kenal Rasul maka kita menghadirkan wajah Guru Mursyid sebagai Ulama Pewaris Nabi, sebagai penyambung rohani kita dengan rohani Rasulullah.

      • hery

        Rasulullah tidak pernah meyuruh umatnya untuk membayangkan wajahnya dlam Sholat, bahkan para sahabat sekalipun tidak pernah melakukan itu. bahkan rasulullah bersabda ” Sholatlah engkau seolah olah engkau melihat Allah, bila kamu tidak mampu melakukannya maka yakinlah Allah pasti melihatmu”.
        oleh karena itu diharamkan bagi setiap muslim untuk menggambarkan wajah Rasulullah dalam bentuk apapun tanpa kecuali.

        • SufiMuda

          Coba anda renungkan maksud ucapan Rasulullah, “Seolah-olah engkau melihat Allah”, mudah2an anda bisa memahami nya.
          Wajah Rasulullah tidak boleh dilukis tidak ada hubungannya dengan membayangkan wajah Rasulullah ketika ibadah. Dilarang karena dikhawatirkan orang tidak mau meneruskan rabithah kepada ulama pewaris Nabi seperti yang dilakukan oleh oleh orang kristen, meng-abadikan wajah yesus. Yang abadi adalah Nur dalam wajah tersebut, sedangkan fisik terus berubah. “wa awwalu wal akhiru, wa dzahiu wa bathinu” Dia yang Awal dan Dia yang akhir.. Wajah Nabi Muhammad diingat oleh ummat dizaman Beliau hidup (coba baca hadist dari Saidina Umar dan abu Bakar),
          Kalau anda masih ragu tentang dalil memandang wajah Rasulullah coba renungkan ucapan Nabi : “Barang siapa memandang kepada wajah orang Alim sekali dengan pandangan yang senang, niscaya Allah menjadikan pandangan tersebut malaikat yang memintakan ampun baginya hingga hari kiamat”.
          Imam Al-Hafizh Al-Mundziri meriwayatkan sebuah hadits dari 40 hadits berkenaan dengan keutamaan menuntut ilmu, yakni bersabda Rasulullah SAW: “Pandangan sekali kepada orang Alim lebih Allah cintai daripada ibadah 60 tahun, berpuasa siang harinya dan berdiri ibadah pada malamnya”. Kemudian sabda beliau SAW: “Jika tiada Ulama niscaya binasa (celaka)lah umatku”.

          Tentang memandang wajah ulama sudah banyak saya kupas disini, silahkan dibaca..
          trimakasih

  • aris

    Assalamu’alaikum wr.wb
    Sebelumnya saya mohon maaf atas pertanyaan yg bodoh ini.
    Utk saya, yg blm mendapatkan Mursyid, dan blm pernah masuk/ mengikuti salah satu tharekat, APA YG HARUS SAYA DAHULUKAN ?
    Mencari Mursyid (yg menurut Al Ghazali lebih sulit dr pd mencari jarum dlm tumpukan jerami dlm keadaan gelap), atau mengikuti tharekat dahulu (dlm tharekat tsb blm ada Mursyid penganti / hanya wakil talqin)
    Mohon pencerahannya.

  • aris

    Assalamu’alaikum wr.wb
    Sebelumnya saya mohon maaf atas pertanyaan yg bodoh ini.
    Utk saya, yg blm mendapatkan Mursyid, dan blm pernah masuk/ mengikuti salah satu tharekat, APA YG HARUS SAYA DAHULUKAN ?
    Mencari Mursyid (yg menurut Al Ghazali lebih sulit dr pd mencari jarum dlm tumpukan jerami dlm keadaan gelap), atau mengikuti tharekat dahulu (dlm tharekat tsb blm ada Mursyid penganti / hanya wakil talqin)
    Mohon pencerahannya.Trima kasih.

    • SufiMuda

      Ikutilah salah satu tarekat yang anda yakini, di dalam tarekat pasti ada Guru Mursyid. Apakah Guru Mursyid dalam tarekat tersebut memenuhi kriteria seorang Mursyid, bisa di lihat ciri2nya (saya sudah pernah bahas panjang lebar di sini). Selebihnya Allah pasti membimbing hamba-Nya yang sungguh2 mencari.

  • Adnan

    Assalamu alaikum wr wb
    Allhamdulillah , , ,
    Semoga setiap ucapan ada pertanggung jawabannya
    Hanya sedikit orang yang menerangkan ilmu hakikat dan marifat .
    Semakin jauh memahami semakin takut untuk berkata.
    Hati , iyah itu hati ?

  • zain wadud elbadary

    Assalamu alaikum wrwb…smg antum tetap istiqomah dlm syiar, sangat inspiratif barakallahu fikum..jazakallah khoiron…wsslm

  • Olenk.

    Utk apa Allah ciptakan manusia? Guru ane’ bilang jwbnya; #harus bagi Allah# terus guru tanya lagi, utk apa manusia buat cermin? Ane’ jwb untuk liat diri ane’…. Gmna tuh bang SM mhn sharenya.

  • syah rizal

    manusia mati tp tetap ada…dia tdk punah…dia seperti matahari yg terbit terbenam dan kelak akan terbit lg. setelah terbitnya itulah menjadi rahasia ALLAH apakah dia akan ada terus atau di musnahkan…sehingga kelak makhluk akan berkata dulu pernah ALLAH menciptakan si A tp ia kini tinggal cerita karena telah ditiadakan…

  • Verry

    Salam sejahtera untuk kita semua,,,,
    Semua yg ada disini, memiliki pemahaman, ilmu, hidayah yg pada tingkatannya masing-masing. Menjelaskan ssuatu bukan perkara yg mudah, seorang guru yg misalkan sudah berada pd tingkat 5, dia harus mau turun ke tingkat 1 untuk mengjarkan muridnya yg berada di tingkat 1. sehingga guru dpat menuntun dan sejalan dengan pemahaman si murid. Begitupun menanggapi tulisan diatas, kita harus mrnggunakan kacamata yang sama dgn penulis, agar makna yg disampaikan bisa diambil.

  • Verry

    Bagi saudara” yg berada disini, sy yakin kalian adalah orang” yg telah diberi hidayah oleh Allah. kalian haus akan makrifat, bersabarlah bagi yg belum dapat. karena kita boleh ingin mengenal Allah, tapi belum tentu Allah memperkenalkan diri-Nya. itu sebuah anugerah, yg jelas berusaha dan sabar. klo boleh, sy akan mengajak saudara untuk merenungi ini dlm mencari ilmu.
    “Kebenaran itu bertingkat dan terbagi, yg benar mutlak hanya Allah”
    “Bila yg kupelajari kelak adalah sebuah kesalahan, aku tak akan pernah menyesal, karena niatku lillahitaalla (karena Allah)”
    “Allah adalah sebuah nama untuk Dia yang maha tinggi”
    “Keberadaan Allah pun dimana-mana, pandanglah yg banyak pada satu”
    “Jika kalian mencari Allah atau Tuhan kalian, mna yg lebih penting?? “NAMA” atau “Si empunya nama”
    salam, sy hanya berbagi. tdk ada niat utk menggurui.

Tinggalkan Balasan ke Nani NalaliBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca