Tasauf

…Gurumu itu adalah Guruku Juga…(2)

Guru kita Benar, Guru lain juga Benar.

IMG_9498Sangat wajar dan sempurna bagi seorang murid menganggap Gurunya adalah paling utama dan paling hebat di dunia, khalifah utama Rasulullah dan seterusnya. Satu hal yang lazim dalam tarekat memposisikan hanya Guru nya yang bisa menyampaikan orang kepada Tuhan, selain dari itu diragukan. Didikan ini satu sisi sangat bagus, karena memang seorang murid harus fokus kepada satu orang Guru. Bahkan dalam Adab (sopan santun) seorang Guru yang di tulis dalam kitab Tanwiril Qulub karya Syekh Amin al-Kurdi, Guru berhak melarang muridnya untuk berkunjung kepada Syekh lain dan salah satu Adab dari murid tidak boleh berkunjung kepada Guru Mursyid lain tanpa se izin dari Gurunya.

Kalau kita melihat sudut pandang lain, ukhwah Islamiah, mempererat tali persaudaraan sesama muslim bahkan dengan seluruh manusia di muka bumi, maka pandangan terebut tidak tidak bisa dipakai sama sekali. Hubungan murid dengan Guru adalah hubungan yang sangat pribadi, hubungan hati dengan hati, sedangkan dalam keseharian kita hidup dalam komunitas yang berbeda, tidak satu Guru dengan kita, maka kita harus bisa menghargai perbedaan-perbeda.

Ketika seorang Guru meninggal dunia, maka murid-murid yang sudah “jadi” dengan Gurunya terasa dunia sudah kiamat dan dia tidak ada lagi sejarah setelahnya. Mereka tetap berpegang teguh dengan Gurunya dan meyakini bahwa Gurunya tetap bisa memberikan syafaat kepadanya sampai kapanpun. Sikap ini sudah benar, namun terkadang menjadi berlebihan ketika ada khalifah Guru meneruskan dakwah dari Guru menyebarkan Kalimah Allah keseluruh muka bumi malah dianggap menyimpang. Mereka (para murid) menentang keras dan menganggap khalifah tersebut yang kemudian menjadi Mursyid bagi murid-muridnya dikemudian hari dianggap telah melanggar Adab yang ditetapkan Gurunya.

Dunia ini terus berlanjut dan dakwah yang dilakukan Rasulullah saw, diteruskan oleh para Ulama sampai kepada Guru kita dan akan terus berlanjut sampai akhir zaman, jadi tidak berhenti ketika seorang Guru telah meninggal dunia.

Teori Mursyid Abadi.

Kita mengetahui dari riwayat bahwa Syekh Abdul Qadir Jailani adalah seorang Guru yang tidak ada tolak banding di zamannya. Kekeramatan Beliau diakui oleh semua orang baik di timur maupun di barat. Begitu Keramat Syekh Abdul Qadir, sehingga para murid menganggap bahwa Baliau adalah Wali yang terakhir di muka bumi ini. Syekh Abdul Qadir Jailani mendapat gelar Sultanul Aulia atau pemimpin para Wali dan Syekh Abu Yaqub Yusuf Al-Hamdani memang telah meramalkannya, Beliau berkata kepada Syekh Abdul Qadir yang masih muda, “Hai Abdul Qadir, Allah dan RasulNya sangat senang dengan kesopananmu. aku seolah-olah melihat, kelak dikota Baghdad, engkau akan duduk memberikan pelajaran agama dihadapan para santri yang berdatangan dari segala penjuru. Akupun seolah-olah melihat, setiap wali yang ada pada masamu, semuanya tunduk melihat keagunganmu. Ketahuilah sebenarnya kedua telapak kakimu ini berada diatas tengkuk setiap wali Allah.” Kisah Lengkapnya bisa di baca di sini.

Karena kekeramatan dan kehebatan Syekh Abdul Qadir, maka para murid menganggap bahwa tidak akan ada lagi Wali setelah Beliau dan Beliau dianggap penutup dari para Wali. Tapi sejarah kemudian mencatat, setelah Syekh Abdul Qadir Jailani wafat, dakwah tarekat berkembang pesat, Tarekat Qadiriah yang diambil dari nama Beliau tersebar keseluruh muka bumi dengan melahirkan banyak Wali-Wali hebat setelahnya. Bahwa terakat Qadiriyah kemudian berkembang menjadi lebih kurang 40 jenis tarekat dengan nama berbeda. Tarekat Samaniah, Tarekat Syattariyah dan lain-lain adalah tarekat yang berkembang dari Tarekat Qadiriyah, hasil binaan dari Syekh Abdul Qadir Jailani. Dunia tetap berlanjut.

Sama halnya dengan Syekh Bahauddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Asy Syarif Al Husaini Al Hasani Al Uwaisi Al Bukhari QS atau dikenal dengan Syekh Naqsyabandi pendiri Tarekat Naqsyabandi, semasa hidup dikenal kekeramatan dan kehebatannya. Begitu hebat Syekh Naqsyabandi sehingga rohani Beliau bisa berguru kepada 4 tingkatan Guru di atas Beliau, menerima langsung ilmu dari Syekh Abdul Khalik Fadjuani dan Beliau juga mempunyai 4 Guru lain selain Guru utama yaitu Syekh Amir Khulal QS. Beliau dianggap penghimpun segala ilmu tarekat. Syekh Bahauddin pernah menyanjung ilmu tarekatnya dengan ucapan “Permulaan pelajaran Tarikatku akhir dari pelajaran semua tarekat”. Kisah riwayat lengkap Beliau bisa di baca disini.

Syekh Naqsyabandi semasa hidup digelar sebagai “Muhammad Kedua”, dan para murid menganggap Beliau adalah penutup para Wali sebagai mana juga anggapan para murid Syekh Abdul Qadir terhadap gurunya. Lalu setelah Syekh Naqsyabandi wafat apakah dunia berakhir dan Wali Allah tidak ada lagi? Sejarah mencatat Dari murid-muridnya dahulu sampai dengan sekarang, banyak melahirkan wali-wali besar di Timur maupun di Barat, sehingga ajarannya meluas ke seluruh pelosok dunia.

Murid yang meyakini hanya Gurunya Mursyid yang utama, walaupun sudah wafat tetap semua orang harus berguru rohani kepada gurunya saya menyebut sebagai Teori Mursyid Abadi dan sampai sekarang banyak orang-orang yang berpandangan seperti ini.

Dunia ini sangat luas dan besar, dengan penduduk 6,8 milyar, 1,57 Milyar muslim, rasanya tidak mungkin kalau hanya dibimbing oleh satu orang Guru saja. Itulah sebabnya setelah Rasulullah SAW wafat, Islam berkembang dengan pesat oleh para pendakwah yang membawa kebenaran Islam keseluruh dunia, mengajarkan syariatnya, tarekatnya, hakikatnya dan makrifatnya. Orang tidak banyak kenal dengan Guru dari Wali Songo tapi orang-orang di Jawa dimasa itu menganggap Wali Songo sebagai Guru Mursyid mereka dan ilmu wali songo kemudian terus bersambung sampai hari ini. Syekh Ibnu Athaillah As Sakandari berkata, “Di dunia ini tidak akan kekurangan Guru Mursyid, tapi engkau kurang bersungguh-sungguh dalam mencari”.

Bersambung Jam 18.00 wib

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca