Pemikiran

ISLAM : Mentalitas Abad Dua Puluh Satu Versus Mentalitas Abad Pertengahan

ISLAM  :  MENTALITAS ABAD DUA PULUH SATU VERSUS MENTALITAS ABAD PERTENGAHAN

Oleh : T. Muhammad Jafar SHI**

 

Tulisan ini mengajak untuk membuka mata, hati, pendengaran, mengajak untuk mengakui realitas dan tidak menutup nutupi realitas. Tulisan ini terinspirasi dari debat terbuka yang di adakan oleh TV Al-Jazeera pada 28 Februari 2006 lalu, yang mempertemukan Wafa Sultan, Psikolog dan Muslim asal Amerika yang berdarah Arab dengan seorang Imam bernama Dr. Ibrahim Al-Khouli yang juga berdarah Arab. Mereka berdebat secara terbuka tentang posisi agama Islam di Abad ke 21 ini dengan tema : A clash between the Middle Ages and the 21st Century – ( Pertentangan antara Abad Pertengahan dengan Abad ke 21 )

Disini, mereka berdebat dan beradu argument secara terbuka tentang posisi agama Islam di Abad ke 21 ini . dalam debat tersebut, wafa berpandangan bahwa : Bentrokan yang kita saksikan di seluruh dunia ini bukan bentrokan antar agama  atau budaya, melainkan bentrokan antara dua kubu yang saling bertentangan, antara dua era. Ini sebuah bentrokan antara mentalitas milik abad pertengahan dan satu lagi mentalitas abad ke 21. Ini sebuah bentrokan antara peradaban dan  keterbelakangan, antara yang beradab dan yang primitif, antara kebiadaban dan rasionalitas. Ini bentrokan antara kebebasan dan opresi, antara demokrasi dan diktator. Ini bentrokan antara HAM dan pelanggaran HAM. Ini bentrokan antara mereka yang memperlakukan perempuan seperti hewan dan mereka yang memperlakukan perempuan sebagai manusia. Jadi yang kami saksikan sekarang bukanlah bentrokan peradaban. Peradaban bukannya saling bentrok, tetapi saling bersaing.

Ketika ditanyakan siapa yang memulai dengan konsep “ bentrokan peradaban ” ini, wafa dengan tegas menjawab bahwa pihak Muslimlah yang memulai dengan ekspresi ini, nabi Islam mengatakan : “ saya diperintahkan untuk memerangi mereka sampai mereka percaya Allah dan RasulNya. Ketika Muslim membagi dunia antara Muslim dan non Muslim dan menyatakan perang kepada Non Muslim, mereka yang memulai perang ini. Untuk memulai perang ini, mereka mendapatkan dasar hukumnya dari buku-buku Islam yang penuh dengan seruan bagti takfir (Pengkafiran) dan penaklukan kafir.  

Wafa juga secara tegas menyatakan ketidak sukaannya  ketika Muslim menyebut komunitas diluarnya dengan non-muslim,  Ahl Al-Dhimma, dan juga Ahlul Kitab, Wafa kembali mananyakan, bagaimana kalau Istilah –isitlah ini di alamatkan oleh Komunitas diluar muslim kepada Muslim.  Menurut wafa, mereka bukanlah Ahlul kitab. Tetapi Mereka adalah orang yang banyak Kitab semua buku – buku sains yang berguna saat ini adalah milik mereka buah hasil pemikiran bebas dan kreatif mereka.

Bangsa Yahudi mengalami tragedi Holocaust dan dunia menghormati
mereka lewat sumbangan pengetahuan mereka, bukan lewat teror. Mereka bisa sukses lewat kerja keras mereka, bukan karena mereka menjerit-jerit dan
berteriak-teriak. Dunia patut berterima kasih pada Yahudi atas penemuan
dan kemajuan sains yang mereka capai pada abad ke 19 dan 20 ini.
Sekira 15 juta orang Yahudi tersebar di seluruh dunia, bersatu dan memenangkan hak mereka lewat banting tulang dan memeras otak mereka.
Kami belum pernah melihat satu orang Yahudi pun meledakkan diri di sebuah restoran Jerman. Kami belum pernah melihat satu orang Yahudi pun membakari gereja. Belum  pernah ada satu pun Yahudi yang memprotes dengan cara membunuhi orang. Nah, setelah Muslim Taliban menghancur-leburkan 3 patung Buddha, belum pernah kami melihat satu orang Budhis pun menghancurkan masjid, membunuhi Muslim atau membakari kedutaan negara Muslim. Hanya Muslim yang membela agama mereka dengan cara bakar gereja, bakar kedutaan besar, dan bunuh orang.  Tindakan itu tidak akan membuahkan hasil. Muslim harus bertanya pada diri sendiri:  “Apa sumbangan mereka bagi umat dunia ? sebelum mereka berani-beraninya menuntut dunia agar menghormati mereka

Argumen – argument ini langsung di balas oleh sang Imam dengan mengatakan bahwa Wafa Sultan adalah  “ heteric, penghina agama, dan tidak ada gunanya berdebat dengan Anda karena anda telah menghina Islam rasul dan Quran ”

Wafa lansung menjawab kalimat tersebut dengan mengatakan bahwa apa yang dia percaya bukanlah urusan sang Imam,  “ Saya bukan  Muslim, Kristen ataupun yahudi tetapi manusia sekuler, manusia abad 21, bukan manusia abad pertengahan. Wafa kembali menawarkan sebuah solusi kepada sang Imam bahwa silakan anda percaya kepada apapun  asalkan tidak mengurusi kepercayaan orang lain, anda silahkan percaya kepada batu, selama anda tidak melemparkan batu itu kepada saya.   

 

Konteks Indonesia Dan Aceh

Tesis Wafa Sultan diatas merupakan pernyataan yang patut dikritisi secara cermat. Apa yang terjadi di Indonesia, dan Aceh sepertinya sangat menggambarkan pernyataan “pedas” Wafa Sultan diatas. Dimana tuntutan agar Islam dijunjung tinggi, dihormati dan diamalkan dalam setiap detik kehidupan, direkonstruksi dengan mental-mental abad pertengahan. Setiap apapun aktifitas yang berbau agama dan kepercayaan, apalagi berbeda sedikit dengan “mayoritas”, pasti selalu berakhir dengan bentrokan, paling kecil adalah pemaksaan kehendak.

pada kesempatan ini penulis ingin lebih menyederhanakan lagi pertentangan mentalitas ini dengan contoh kongkrit sesuai konteks Indonesia dan Aceh. Disini, mentalitas abad dua puluh satu dalam Islam adalah  “Religius Satisfied” (kepuasaan beragama). Setiap orang pasti akan merasakan kenikmatan dalam beragama sesuai dengan apa yang telah didapatkan, dan diyakininya sendiri, tanpa dipaksakan, dicegah, direduksi bahkan dilarang. Simplikasinya adalah, persoalan  hubungan seseorang dengan Tuhannya. Siapapun bebas untuk mengekspresikan hubungannya dengan Tuhannya, sesuai dengan apa yang didapatkan dan diyakininya sendiri. Contohnya adalah cerita ekspresi bertuhan seorang penggembala dalam tulisan Nabi Musa dan Pengembala di situs sufimuda ini juga. Dia tidak bisa dilarang, apalagi dengan sebuah otoritas tertentu, nabi Musa saja yang sudah jelas otoritasnya seperti apa, tidak bisa melarang hal tersebut, sang penggembala berekspresi dengan Tuhannya adalah sesuai dengan apa yang diyakini, yang mudah dan enak menurut dia dan Tuhanpun menjustifikasi hal itu.

Untuk konteks saat ini, Religius satisfied ini tidak akan pernah didapatkan seseorang ketika :

  1. Adanya pemaksaan penyeragaman dalam beragama dan  bertuhan, keharusan mengikuti salah satu aqidah dan aliran tertentu.
  2. Mengutamakan penghukuman dan sanksi daripada pengajaran beragama dengan indah, damai tanpa pemaksaan (Syari’at Islam di Aceh).
  3. Memvonis sesat dan kafir terhadap kaum, golongan yang berbeda dari “mayoritas” dengan menggunakan otoritas keagamaan yang di back up negara (MUI dan MPU).
  4. Pengajaran agama di pesantren,  sekolah-sekolah dan perguruan tinggi dengan hanya mengulang-ulang kitab klasik tanpa mengkritisi dan menyesuaikan dengan konteks sekarang.
  5. Menggunakan kekerasan, pembakaran, intimidasi dan teror mengatas namakan membela Islam. (Gerakan fundamentalis dan ekstrim Islam)

Lima poin diatas adalah mental-mental abad pertengahan, yang apabila dikedepankan, pasti akan terjadi bentrok, dan sekali lagi semakin membenarkan tesis wafa sultan bahwa bentrok yang terjadi bukanlah bentrok agama dan benturan budaya, tetapi bentrok mentalitas abad dua puluh satu yang lebih civilize dan mental abad dua puluh satu yang uncivilize (kurang berperadaban).

Kita akan tahu ketika kepuasan beragama (bertuhan) tidak didapatkan, ketika seseorang tidak bisa mengekspresikan dengan bebas keberagamaan dia, maka yang akan terjadi adalah ”kebosanan beragama dan bertuhan”. Maka lambat laun agama akan ditinggalkan, agama akan menjadi binal dan liar. Jangan menangis semua umat Islam, ketika ini terjadi dan sebagai early warning, bibit-bibit kearah ini semakin nampak dan jelas jika tetap mempertahankan mentalitas abad pertengahan. Nah, jika ini terjadi, yang patut disalahkan adalah gerakan-gerakan Islam Ekstrim dan Fundamentalis, karena mereka adalah representasi mental-mental abad pertengahan dalam beragama, yang senantiasa mengacaukan dan mereduksi keindahan dan kedamaian Islam itu sendiri.

Memang, religius satisfied ini sangat berat untuk diterima, apalagi dengan paradigma mental abad pertengahan. tetapi ini adalah realitas dan kenyataan yang mau tidak mau harus diterima, jika ingin Islam tetap maju, excelent, indah dan damai. Yang harus dilakukan adalah segera meninggalkan mentalitas abad pertengahan dan menggantinya dengan mentalitas abad dua puluh satu.

————————————————————————————————- 

**Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry Banda Aceh Jurusan Tasawuf dan Pemikiran Islam, Pendiri Komunitas Islam Pencerahan (KIP). Artikel ini dikirim lewat email : jafarnovina@yahoo.com

29 Comments

  • Smurf

    🙂 amiin
    akhirnya.. islam punya pemikir – pemikir yang handal seperti sdr muhammad jafar
    maju teruss,
    salam kenal

  • sufimuda

    Mudah-mudahan tulisan bung jakfar dapat membuka hati saudara-saudara kita yang berfaham garis keras agar dapat sedikit lembut dan toleran…
    Yang harus kita sadari bahwa Islam telah mengalami perjalanan panjang, campur tangan abad-abad lampau dimana Islam mulai tumbuh tidak bisa dihindari.
    Teori “wilayah kafir” dan “Wilayah Islam” adalah teori masa lampau dimana paham Monarki masih sangat dominan di dunia.

    Kalau kita mau mengkritisi lebih dalam lagi, kenapa ada hukum potong tangan? apa hubungan hukum-hukum yang diterapkan dalam Islam dengan hukum2 yang sudah berlaku pada zaman Islam muncul, kita akan menemukan bukti bahwa budaya yang ada pada saat Islam lahir ikut mempengaruhi warna Islam di kemudian hari…

    Dalam beberapa literatur yang saya baca, ternyata paham wahabi/salafi adalah sebagai pemicu tumbuhnya Islam Garis keras…
    Wahabi/salafi di luar arab mengumandangkan jihad terhadap orang kafir tapi di sarang nya wahabi/salafi yaitu Arab saudi justru mengundang orang kafir ke negaranya, dan hubungan mereka mesra sekali… 🙂
    Tanya, kenapa?

    Saya punya usul, sudah saat nya wahabi angkat kaki dari tanah arab, kota Makkah dan madinah kembali menjadi tempat berkumpulnya seluruh mazhab tanpa saling menyalahkan dan meng kafirkan seperti zaman-zaman sebelum wahabi lahir…

    Kalau memang benar wahabi sebagai biang kekerasan dalam Islam, apa masih perlu kita pertahankan paham ini?

    Salam damai selalu

  • Aykal Alex

    bang SufiMuda benar… buat apa kita mempertahankan suatu paham yang taunya cuman menyalahkan yang lain sehingga membuat kita selalu terpecah belah.

  • Rindu

    Sejak saya mendekatkan diri dengan ALLAH, saya merasa semakin jauh dari keinginan keinginan dunia .. lalu sahabat saya bilang bahwa saya telah kehilangan makna hidup …

    Apa dunia dan akhirat itu dua kehidupan yang totally berbeda ya kang?

  • yudistira

    ya …..
    setuju dengan saran sufimuda
    wahabi sudah tidak cocok dengan jaman sekarang
    jaman dimana hak azasi manusia sangat dijunjung tinggi.

    peace:-)

  • hermes

    keren mas jafar, mo nanya ne….. perdebatannya dulu di TV aljazera itu pake bahasa arab atau bahsa inggris ya….. 🙂

  • sufimuda

    Rindu…
    Guru saya pernah bilang: “AKHIRAT KAN DUNIA MU”
    artinya setiap tindakan yang kita lakukan adalah ibadah, beli mobil mewah digunakan untuk bekerja mencari nafkah hakikatnya adalah JIHAD.
    Mencari uang banyak agar bisa naik haji dan umroh, itu juga ibadah.
    Kalau banyak uang berlibur ke Eropa apa itu ibadah? ya itu tergantung niatnya, bukankah “Innama ‘amalu binniat?”
    Jadi, manurut saya tidak harus hilang nikmat dunia karena kita fokus kepada ibadah.

    Dalam Thariqat ada waktu-waktu tertentu memang fokus kepada ibadah, zikir, yaitu saat SULUK/IKTIKAF, selebihnya ya menyibukkan diri dengan kehidupan dunia…

    ada nich ungkapan sufi
    “BAGIKU DUNIA DAN AKHIRAT TIDAK ADA BEDANYA”
    🙂

    Kalau rindu kehilangan keinginan terhadap dunia, harus di cari dulu akar permasalahannya, apa karena mendekatkan diri kepada Allah atau jangan2 emang udah jenuh dengan dunia ini he5

    salam…

  • hamba'79

    ** mas T. Muhammad Jafar SHI ..kenalan donk..tulisannya oke banget tuh.. bisa kopi darat gak …**

    .. ditunggu ya mas..
    oya semakin berisi semakin murunduk…
    …… Jangan sombong kau J * * * R ….!!!!

    ^^V
    PiSS…

  • HELB

    KEPADA YANG TERHORMAT PENGELOLA WEBSITE INI. TULISAN JAFAR INI ADALAH TULISAN YANG SUDAH PERTAMA SEKALI DI MUAT DI SITUS http://id.acehinstitute.org NAMUN ANEHNYA KENAPA ANDA TIDAK MENYEBUTKAN SUMBER OTENTIKNYA DARI SITUS THE ACEH INSTITUTE ITU. BUKANKAH INI PENYALAHGUNAAN HAK INTELEKTUAL DAN ETIKA DUNIA MENULIS. ANDA SEHARUSNYA MENGERTI TENTANG ETIKA-ETIKA MENULIS KALAU ANDA SEBAGAI SEORANG INTELEKTUAL. SAUDARA JAFAR (PENULIS ASLI ARTIKEL INI) TIDAK PERNAH MENGIRIMKAN KE ORANG LAIN TULISAN INI SEHINGGA ANDA SEHARUSNYA TIDAK BERHAK MEMPASTE DI BLOG ANDA, PARAHNYA LAGI ANDA TIDAK MENYEBUT SUMBER ASLINYA DARI SITUS ACEH INSTITUTE.

    DI SITUS ACEH INSTITUTE MALAH PUNYA REKAMAN PERDEBATAN INI YANG BISA DIUNDUH DI LINK BERIKUT:
    http://id.acehinstitute.org//index.php?option=com_content&task=view&id=252&ac=0&Itemid=9

    INTINYA, TOLONG SEGERA DI HAPUS TULISAN INI DARI BLOG ANDA SEBELUM ANDA MEMINTA IZIN DARI KAMI SEBAGAI COPYRIGHTS TULISAN INI.

    HALIM EL BAMBI
    REDAKTUR/PENANGGUNGJAWAB SITUS ACEH INSTITUTE

    Hak Cipta Terlindungi © Copyrights by The Aceh Institute – 2007 | Dilarang keras mengutip, mengacu, mendownload, menggunakan, dan menyebarluaskan isi website ini tanpa seizin penulis asli dan “Aceh Institute” sebagai sumber otentik.

  • sufimuda

    BUNG HALIM DARI BAMBI…

    SAUDARA JAFAR MENGIRIM ARTIKEL NYA KE EMAIL SAYA.
    ARTIKEL INI DI MUAT DI SUFIMUDA TANGGAL 5 AGUSTUS SEDANGKAN DI ACEHINSTITUTE TANGGAL 6 AGUSTUS, KALAU SAYA MAU TANYA KEPADA ANDA, SIAPA YANG MENGCOPY PASTE?
    YANG HARUS ANDA PAHAMI, SAAT ARTIKEL INI SAYA POSTING TIDAK SATU PUN WEB/BLOG YANG MENAMPILKAN TULISAN INI.

    YANG HARUS ANDA TAHU TULISAN DISINI KALAU DI AMBIL DARI BLOG/WEB LAIN AKAN DICANTUMKAN URL NYA, MEMANG DEMIKIAN ETIKA NYA.

    SEBELUM ANDA MENUDUH SEMBARANG, SEBAIKNYA ANDA HUB SAUDARA JAFAR, LEWAT EMAILNYA : jafarnovina@yahoo.com ATAU LANGSUNG KE PONSEL NYA..
    KEBETULAN SAYA JUGA KENAL DENGAN SAUDARA JAFAR,
    JANGAN-JANGAN TULISAN YANG DI ACEH INSTITUTE NANTI YANG HARUS DI HAPUS KARENA SUDAH DULUAN DI TAMPILKAN DI SUFIMUDA.

    MASALAH REKAMAN PERDEBATAN ITU, SILAHKAN AMBIL DENGAN BEBAS DI YOUTUBE ATAU SEARCH AJA DI GOOGLE, TIDAK TERLALU REPOT SAYA PIKIR.

    SAYA MINTAK MAAF TELAH MEMBUAT ANDA TERSINGGUNG, DAN SELAMA INI MEMANG TIDAK ADA SATUPUN ARTIKEL DISINI YANG DIAMBIL DARI ACEH INSTITUE…

    SALAM DAMAI AJA BUNG HALIM, MUDAH2AN KEJADIAN INI DAPAT KITA AMBIL HIKMAHNYA, DALAM HIDUP INI ADA BAIKNYA KITA TIDAK CEPAT-CEPAT BERBURUK SANGKA DAN MENUDUH SEMBARANG SEBELUM MENYELIDIKI DENGAN BENAR,
    WALAU PUN INI SEBUAH BLOG TAPI SAYA MASIH SANGAT MENJUNJUNG ETIKA APALAGI INI BLOG TASAWUF…

    TERAKHIR BUNG HALIM, APA SICH MANFAATNYA MENIPU? INI DUNIA MAYA, ORANG DENGAN MUDAH DAPAT MELACAKNYA DAN LANGSUNG KETAHUAN.

    DILAIN WAKTU MUDAH-MUDAHAN BUNG HALIM MAU BERKUNJUNG KEMBALI KESINI, TENTU BUKAN DALAM RANGKA MARAH-MARAH 🙂

    SALAM DAMAI SELALU

    SUFIMUDA

  • hamba'79

    To : HELB..

    apakah dengan meyebarkan kebaikan dan menambah ilmu pengetahuan bagi umat manusia di dunia merupakan salah satu kewajiban kita sebagai makhluk Tuhan.

    Tolong donk jangan diliat dari sisi negatifnya…

    Sepanjang saya membaca blog ini..Bung Sufimuda hanya membuat tempat sebagai penyaluran ide dan pendapat yang berbeda dan pandangan yang lebih logika dan jelas terhadap Islam…

    Jadi ya santai aja lah cuy…

    ^^ V
    PiiSS

  • Dono.

    Ass.wr.wb,pak Sufimuda,
    Bagus sekali artikel diatas,kita hidup di abad 21 dengan kemajuan yg pesat.

    Agama tetap di pegang dan di amalkan sesuai dengan abad ini.
    Perdamaian juga harus tetap terjaga.

    Salam.

  • Halim El Bambi

    jafar novina
    islam mentalitas abad dua puluh satu.doc, DSCN2562.JPGOPINI : ISLAM ;MENTALITAS ABAD DUA PULUH SATU DAN MENTALITAS ABAD PERTENGAHAN
    Tue Aug 05, 2008

    Inbox
    ISLAM ; MENTALITAS ABAD DUA PULUH SATU VERSUS MENTALITAS ABAD PERTENGAHAN Oleh : T. Muhammad Jafar SHI, Alumni Fakultas Syari’ah IAIN, Pendiri Komunitas islam Pencerahan (KIP) IAIN Ar-Raniry dan Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry …
    ===============

    Salam Sufimuda, yang diatas adalah email dari Sda Jafar yang masuk ke saya sebagai redaktur di web Aceh Institute itu. Setelah saya pelajari, ternyata Sdra. Jafar memang mengirim karyanya pada waktu/tanggal yang bersamaan, baik itu ke Aceh Institute maupun ke media Sufimuda ini.

    Karena memang tulisan Sdra Jafar cukup menarik, pada Tgl 5 itu juga saya higligh kan di frontpage situs AI, namun belum sempat saya lengkapi beberapa dokumen pendukung tulisan dia seperti transkrif dan vidio wawancara itu. Tanggal 5 (saya lupa jam berapa) itu juga saya approve tulisan Sdra. Jafar ke situs AI. Saya berpikir bahwa Sdra. Jafar hanya mengirimkan karyanya hanya ke AI saja (karena saya percaya orang intelek seperti Jafar itu mau menyalahi etika mengirim satu karya ke beberapa media), maka saya percaya saja bahwa beliau hanya mengirim untuk AI saja.

    Tengah malah (sebelum tgl 6) sepertinya ada yang perlu saya pertajam lagi sisi editing tulisan Sdra. Jafar dan melengkapinya dengan bahan-bahan transkrif Sultan plus searching vidio wawancara itu di Al-Jazera. Akhirnya saya putuskan tulisan tersebut yang sudah ‘melayang-layang’ di dunia maya selama 12 jam, saya tarik sebentar untuk saya lengkapi. Tengah malamnya (tgl 6) setelah melengkapi semua bahan-bahan tadi, barulah Tulisan Sdra Jafar saya approve lagi hingga tampak seperti sekarang, lebih interaktif dan sambutanya juga luar biasa.

    Saya kaget, esoknya melihat tulisan Jafar yang menarik itu ternyata di muat juga di blog Sdra. Sufi. Akhirnya, saya berkesimpulan kalau ternyata Jafar tidak memahami etika dunia menulis. Dia pun tidak pernah mengatakan kalau dia juga kirim ke SUFI, sehingga saya sedikit kecewa dalam hal ini. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ‘ketidak-kontrolan’ saya yang terlalu cepat kepada SUFI. Saya terlalu dijejali penulis-penulis yang kurang paham tentang etika menulis sehingga kadang merugikan sebuah media. Saya hanya ingin bahwa etika menulis seharusnya dijunjung tinggi dengan tidak mengirimkan 1 karya ke banyak media. Saya selalu berkampanye untuk ini. Dan kadang sangat putus asa bila terus terjadi. Karena semua itu merupakan dunia menghargai hak-hak intelektual. Yang saya kampanyekan terus adalah; marilah kita lebih untuk terbiasa untuk menulis: Artikel ini sudah pernah di muat di….tanggal dst. Hanya ini yang saya inginkan. Soal mengkopi paste itu memang sudah terlalu mudah untuk jaman secanggih sekarang ini, apalagi ini didunia maya, dunia tanpa batas.

    Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bila hal ini membuat SUFI tersinggung. Saya akui saya terlalu cepat ‘menohok’ karena selama bertahun-tahun didunia menulis saya selalu menghadapi hal dimana penulis banyak yang kurang paham tentang MISI kita.

    Saya tidak tertutup untuk terus berkomunikasi dengan SUFI karena saya yakin SUFI juga mempunyai MISI yang sama seperti saya.

    Sekali lagi, mohon maaf lahir batin.

    Bisa kontak saya:
    YM: hai_otodidak@yahoo.com
    http://helb.wordpress.com (baru mulai)

  • Halim El Bambi

    #
    hamba’79, di/pada Agustus 7th, 2008 pada 3:56 pm Dikatakan:

    To : HELB..

    apakah dengan meyebarkan kebaikan dan menambah ilmu pengetahuan bagi umat manusia di dunia merupakan salah satu kewajiban kita sebagai makhluk Tuhan.

    Tolong donk jangan diliat dari sisi negatifnya…

    Sepanjang saya membaca blog ini..Bung Sufimuda hanya membuat tempat sebagai penyaluran ide dan pendapat yang berbeda dan pandangan yang lebih logika dan jelas terhadap Islam…

    Jadi ya santai aja lah cuy…

    ^^ V
    PiiSS
    ============================

    Saya tidak melarang agar ilmu itu jangan disebarkan keada siapa saja karena itu pembodohan, dan dalam agama kita Islam juga diajarkan agar kita selalu berbagi ilmu, selain berpahala, juga menambah pengetahuan ummat, dengan begitu, manusia di bumi ini tidak bodoh atau dibodoh-bodohi.

    Namun manakala kita berbicara pada tataran teknis etika menulis (dunia menulis) itu sebetulnya punya aturan–namun ini lebih pada moralitas saja yang patut dijunjung tinggi. Ada formalitas-formalitas tertentu yang harus kita jaga dan junjung. Kita tidak perlu melarang agar seseorang jangan menulis karena itu pengekangan berekpresi dan itu lagi-lagi melanggar hak asasi. Kita bebas berkarya itu pasti, tapi tidak bisa brutal dan menghalalkan segala cara.

    Tulisan Jafar itu adalah tulisan yang sangat bagus, mencerahkan pemikiran kita dan itu patut disebar ke semua insan agar image islam adalah kekerasan, fundamentalis dan cap buruk lainya bisa terbantahkan dan orang melihat islam sebagai agama yang damai, penuh cinta dan kasih sayang, anti kekerasan karena dari nabi kita mengajarkan hal itu.

    Masalahnya Jafar belum tau karena karya yang dia kirimkan ke media formal seperti Aceh Institute adalah media yang memberikan Hak Copyrights atas semua karya, dan ini aturan yang sangat teknis. Bukan berarti karya dia/pemikiran dia tidak perlu dia kirimkan lagi ke media lain. Itu terserah moralitas dia sebagai penulis.

    Sebagai contoh saya sendiri yang seorang penulis tidak pernah mengirimkan 1 karya saya ke beberapa media karena itu menyalahi etika. Itu saja. Saya gak mau menerima sumber honor dari beberapa media dari 1 karya saya. Tapi saya yakin Jafar tidak ada misi untuk mengejar hal itu.

    HELB
    http://helb.wordpress.com

  • sufimuda

    Terimakasih Bung Halim…

    Saya yakin sekali kejadian ini bukan kebetulan, Allah Yang Maha Rahman dan Maha Mengetahui sesuatu yang kita tidak tahu telah mempertemukan kita disini dengan cara ini.

    Saya setuju dengan Bung Halim agar kita dapat menghargai karya orang lain..

    Saya yakin sekali Bung Jafar tidak bermaksud untuk mengadu domba kita, dia mungkin tidak yakin kalau tulisannya bisa dimuat di Aceh Institute karena aturannya lebih ketat.

    Artikel bung jafar di Aceh Institute telah mengalami editing, tentu lebih sempurna dan berkualitas dibandingkan dengan artikel yang ditampilkan apa adanya di sufimuda

    Saya yakin ini bukan masalah honor, karena sufimuda tidak memberikan honor kepada penulis, saya cuma bisa memberikan do’a,
    “Ya Allah, jadikanlah yang nulis di sufimuda menjadi orang yang kaya raya agar dia sempurna memuja-Mu”,
    itu saja, kalau do’a saya makbul, honor yang diterima penulis 1 milyar x lebih banyak dari honor yang bisa diberikan oleh Majalah TIME

    Saya juga mintak maaf kepada Bung Halim, dan masalah ini saya anggap sudah selesai.

    Mari kita bina hubungan silaturahmi di antara kita, saya yakin sekali Bung Halim punya pengalaman banyak dalam hal menulis yang sangat berguna untuk sufimuda yang baru belajar…

    Salam Damai Selalu
    Sufi Muda

  • Abahselatan

    Asslkum….

    Salam kenal saudara Halim…

    Saya ada membuka blog saudara, dan disitu saya ada melihat pic saudara didalamnya.. disitu saya melihat saudara sebagai kartuni, penulis, layouter and than the designer.. itu adalah bakat intelektual yang sangat tinggi dan bagus, serta patut di acungin jempol, serta pula sangat pantas untuk di hargai.. sebagai intelektual aceh,, saya sangat senang melihat saudara bisa mengkritisi dan juga berani bertanggung jawab untuk kesalahan yang saudara perbuat dengan meminta maaf, itu adalah sebuah perbuatan yang sangat terpuji…

    sangat menarik saya membaca bagian ini.. dalam hal ini saya mengucapkan terimaksih kepada saudaraku Sufimuda., yang telah memfasilitasi karya2 insan muda dan setengah tua (dekat2 muda masih), dengan sabar dan rendah hati saudara Sufimuda tetap menerima komentar yang menyerang dan memarahi…

    dalam bagian ini Tuhan menunjukkan kekuasaannya…. artikel yang berjudul
    ==============================================
    ” ISLAM : MENTALITAS ABAD DUA PULUH SATU VERSUS MENTALITAS ABAD PERTENGAHAN”
    ===============================================

    langsung ditanggapi dengan berbagai komentar tajam, dan bahkan kemarahan, INILAH yang membuat menarik saudara Halim…. saudara Halim yang telah lama melanglang melintang di dunia jurnalis, and than mungkin saudara sebagai seorang aktivis dan intelektual, akan tetapi masih tidak bisa menjaga hati dan keegoisan, yang langsung memfonis seseorang dan atau seseuatu blog, or yang lainya, yang telah mengkopi paste atau apa sebagainya….. Hal ini sebenarnya yang sama2 perlu kita kaji saudara ku….. inilah yang di lihat oleh orang2 yang melihat islam itu sebagai garis keras, bahkan dengan hal kecil ini tanpa ada investigasi dan penulusuran yang lebih jauh langsung menuduh dan memfonis…. JUJUR SAYA KATAKAN BAHWA INI BUKAN CIRI SEORANG INTELEKTUAL….. maaf saudaraku Halim………. mungkin telah menyinggung saudara, akan tetapi dalam Islam itu telah jelaskan, damaikanlah antara saudara mu jangan sampai dia berseteru dan salah faham, beri penjelesan walupun itu terasa pahit dan menyakitkan….

    Namun sebagai insan muda saya bangga pada saudara Halim, dan saya juga bangga melihat telah lahir pejuang2 muda, akan lebih membuat kita bangga pejuang2 muda nantinya memiliki mental dan jiwa tasawuf dan ketabahan serta kecerdasan bagai seorang sufi… terus maju saudara Halim.. telah bangkit anak2 sumatra raya… 🙂

    Salam kenal saudaraku Halim, salam damai… 🙂

    Teruslah berjuang saudara Jafar, tulisan2 saudara dapat membawa dakwah bagi semua.. 😉

    Terimakasih Sufimuda.. yang terus memberi fasilitas dalam dakwah Al Islamiyah… 🙂

  • HELB

    Saya menyadari surat saya pertama kepada Sdra kita Sufi adalah kesalahan yang tak perlu terjadi dari saya sendiri. Saya betul-betul menyadari hal ini dan bahkan tak kuasa untuk menarik tulisan itu seandainya bisa saya tarik. Saya akan perbaiki sifat saya yang kadang sering ‘tak terkontrol’. Saya kini menemukan orang-orang yang sangat liuar biasa disini, di blog SUFI ini. Terima kasih untuk segalanya. Saya akan menyendiri sementara waktu dan memperbaiki semua ini. Sdra. Jafar, SUFI dan Abah, Anda sungguh luar biasa. Semoga kita selalu mendapat bimbingan dari Allah yang Maha Mengasihi.

    Saleum
    HELB
    http://helb.wordpress.com/2008/08/05/psikopat/#comments

  • muslem gaul

    wah….. bahaya ne bung halim…… setelah meng kalim sufimuda tidak beretika (dan sudah minta maaf) malah sekarang mengklaim saudara jafar sebagai penulis yang tidak beretika….., jangan2 bung halim tidak sepenuhnya memahami etika penulisan.
    MOHON RENUNGI PERKATAAN SAYA; APA BETUL BUNG HALIM MERASA SUDAH MEMAHAMI SECARA SEMPURNA ETIKA PENULIS…?

    salam
    muslem gaul

  • agam

    waduh halim….. halim….., saya kayaknya sepakat dengan saudara muslem gaul….. dari pertama saya membaca komentar anda di sufimuda kayaknya Aceh Institute (maaf seribu kali) salah menempatkan “orang” :-I

    sebagai lembaga yang memupuk penulis dan periset muda tidak sepatutnya anda atas nama aceh institute melakukan pembunuhan karakter terhadap saudara jafar dengan mengatakan saudara jafar sebagai penulis yang kurang faham etika dan lain sebagainya…..

    justru kalau kita balek logika kita, bukankah dengan tindakan dan ucapan anda terhadap jafar di blog ini menunjukkan kalau anda sebenarnya yang (maaf) kurang beretika sebagai penulis….?

    banda aceh, 11 agustus 2008

    agam (nama samaran)
    —————————————————–
    sering ikut diskusi di AI (aceh institute)

  • Rindu Damai

    saudara-saudaraku sekalian, aku punya lagu bagus nich, lagu PERDAMAIAN, dulu tahun 80-an dalam versi khasidah, kemudian di rilis kembali oleh kelompok GIGI :
    Untuk sufimuda, halim, jafar, muslem gaul, agam dan ….. (yang menyusul), dan yang lain, nyanyi yook 😀

    “Perdamaian, Perdamaian..
    Perdamaian Perdamaian…
    1000 x

    Perdamaian 1000 x

    Perdamaian 1001x

    Kalau udah cape, ya damai dech ha… ha … ha

    Salam Perdamaian

Tinggalkan Balasan ke RinduBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca