Tasauf

Mengagungkan Ulama Apakah Syirik?

…bagaimana dengan kelompok yang mengenyampingkan atau bahkan mengatakan musyrik bila kita memuliakan Nabi Muhammad saw??, bukankah ini ajaran Iblis yang memang tak mau sujud pada Adam as yang diberi kelebihan ilmu oleh Allah swt??…

 

Alam semesta dan segala isinya tiada henti bertasbih siang dan malam kehadirat Nya yang Maha Tunggal dalam keluhuran, Tunggal dalam keabadian, Tunggal dalam kesucian, Tunggal dalam Kesempurnaan, Tunggal dalam Kekuasaan di Hamparan Angkasa Raya dan Penguasa Kekal pada seluruh Alam, Dicipta Nya Jagad Raya dari ketiadaan, dijadikan Nya keturunan Adam as termuliakan sebagai Khalifah dimuka bumi, mereka termuliakan dengan ilmu, Adam as melebihi malaikat karena ia diberi Ilmu oleh Allah swt yang tak diketahui oleh para malaikat, maka diperintahkanlah para malaikat bersujud kepada Adam as karena ia lebih berilmu dari para malaikat, walaupun malaikat tercipta dari cahaya dan Adam as hanyalah dari tanah Lumpur, sebagaimana dijelaskan dalam QS Albaqarah 30–34.
Fahamlah kita bahwa ilmu lah yang membuat para malaikat yang tercipta dari cahaya harus tunduk bersujud dan mengagungkan Adam as yang tercipta dari tanah Lumpur, sebatas sini kita sudah jelas bahwa pengagungan untuk para ulama adalah merupakan perintah Allah swt. Allah swt berfirman : “BILA KALIAN BERSYUKUR MAKA NISCAYA KUTAMBAHKAN NIKMAT ATAS KALIAN, DAN BILA KALIAN INGKARI NIKMATKU MAKA SUNGGUH SIKSA KU SANGAT PEDIH” (QS Ibrahim 7), fahamlah kita bahwa bersyukur merupakan kewajiban bagi kita, dan tidak bersyukur adalah berhadapan dengan siksa Nya yang pedih.

Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh kenikmatan yang datang kepada kita mestilah melalui perantara, misalnya harta, makanan, minuman dll, mestilah lewat Makhluk Nya, tidak langsung dari Nya tanpa perantara, kita menemukan sebuah hadits mulia, dimana Rasul saw bersabda : “Belumlah seseorang (dianggap) bersyukur kepada Allah bila ia tak bersyukur kepada orang (yang berjasa padanya)” (Shahih Ibn Hibban hadits no.3407, Sunan Imam Tirmidzi hadits no.1954 dengan sanad hasan shahih, sunan Imam Abu Dawud hadits no.4811). Jelaslah dari hadits ini bila seseorang misalnya mendapat hadiah, rizki, uang, atau lainnya, lalu ia bersyukur kepada Allah, ternyata belumlah sempurna syukurnya itu sebelum ia berterimakasih kepada sang perantara kenikmatan Allah swt.


Kita dituntut untuk bersyukur atas segala kenikmatan, dengan cara bersyukur kepada Allah swt dan berterimakasih kepada perantara kenikmatan Nya itu, sebagaimana kita memahami bahwa sebesar apapun ibadah kita tetap belumlah kita dimuliakan Allah swt sebelum kita berbakti kepada kedua orang tua, karena ayah dan ibu kita adalah perantara atas kehidupan kita. Namun adapulan kenikmatan yang bukan hanya sekedar makan, minum, harta, dll, ada kenikmatan yang jauh lebih luhur, yaitu kenikmatan ibadah, kenikmatan dzikir, yang bila sedang melimpah kenikmatan-kenikmatan ini kepada kita maka akan runtuhlah seluruh kenikmatan duniawi kita, runtuh seluruh kesedihan dan kesempitan kita, semuanya sirna dan tak terasa saat kita tenggelam dalam satu dua kejap bersama cahaya khusyu didalam sujud, atau bibir yang bergetar menyebut Nama Nya dengan ledzat, atau airmata yang mengalir dalam kerinduan pada perjumpaan dengan Yang Maha Indah.


Wahai saudaraku, kenikmatan yang sangat agung ini berkesinambungan dengan kenikmatan yang abadi kelak, dan wajib pula disyukuri, yang bila kita mensyukurinya maka Allah akan menambahnya, dan bila kita tak menyukurinya maka kita dihadapkan pada siksa Nya yang pedih. Ingatlah hadits diatas, bahwa setiap kenikmatan itu ada perantaranya, demikian pula kenikmatan-kenikmatan batin diatas, perantaranya adalah para ulama yang mengajarkan kita shalat, puasa, zakat, dzikir, kemuliaan Allah, keagungan Allah dll yang dengan itulah kita akan sampai kepada sorga. Adakah jasa yang lebih besar pada kita selain jasa guru-guru kita yang membimbing kita kepada Keridhoan Nya?, maka wajiblah kita mengagungkan para ulama dan guru-guru kita, itulah bukti akan bakti kita pada mereka, dan itu merupakan tanda sempurnanya syukur kita kepada Allah Sebagaimana Ibn Abbas ra yang memuliakan gurunya, yaitu Zeyd bin Tsabit ra, ia berjalan kaki seraya menuntun kuda Zeyd bin tsabit ra, maka Zeyd ra melarangnya dan Ibn Abbas ra berkata : “Beginilah kita diperintah untuk memuliakan ulama-ulama kita”, maka turunlah Zeyd bin tsabit ra seraya mengambil tangan kanan Ibn Abbas ra dan menciumnya seraya berkata : “beginilah kita diperintah memuliakan Ahlulbait yang melihatnya” (Faidhul Qadir juz 3 hal.253), bahkan telah berkata sayyidina Ali kw : “aku adalah budak bagi yang mengajariku satu huruf”, sebagaimana hadits Rasul saw : “barangsiapa yang mengajari seorang hamba sebuah ayat dari kitabullah maka ia adalah Tuan baginya, maka sepantasnya ia tak menghinakannya dan meremehkannya” (Majmu’ zawaid Juz 1 hal 128, Fathul Bari Almasyhur juz 8 hal 248), demikian Rasul saw memerintahkan penghargaan kepada guru-guru kita, demikian pula para sahabat memuliakan guru-guru mereka, maka berbakti kepada guru merupakan tanda syukur kita atas kenikmatan akhirat, kenikmatan shalat, puasa, zakat dll yang dinantikan oleh kebahagiaan nan Abadi.

Sampailah kita kepada puncak pemahaman bahwa berbakti kepada Sayyidina Muhammad saw, sebagai Guru dari semua guru yang membimbing kepada keluhuran, merupakan tanda sempurnanya syukur kita kepada Allah swt, dan Bakti kepada sang Nabi saw, memuliakannya, mengagungkannya, mencintainya, merupakan tanda syukur dan terimakasih kita kepada jasa-jasa beliau saw, yang dengan itulah sempurnanya syukur kita kepada Allah swt, wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Sang Nabi saw adalah yang menjaga dan menaungi kita dari musibah api neraka kelak, demikian Allah menjelaskan kepada kita tentang Nabi Nya saw ini, Allah swt berfirman : “TELAH DATANG PADA KALIAN SEORANG RASUL DARI KELOMPOK KALIAN, SANGAT BERAT BAGINYA APA-APA YANG MENIMPA KALIAN, SANGAT MENJAGA KALIAN, DAN KEPADA ORANG-ORANG MUKMIN SANGAT BERLEMAH LEMBUT” (QS Attaubah 128). Alangkah agungnya manusia yang satu ini, bagaimana Allah swt membanggakan hamba Nya Muhammad saw sebagai hamba yang menjadi pelindung bagi hamba-hamba Nya yang lain. Kini kita temukan puncak dari kesempurnaan syukur kita atas kenikmatan Islam dan Iman, bukan hanya cukup bersyukur kepada Allah swt semata, namun berbakti kepada Nabi kita Muhammad saw lah penyempurna syukur kita, sebagaimana kesaksian tauhid kita pun tak sempurna sebelum kesaksian Muhammad saw sebagai Rasul Allah swt.

Maka timbul pertanyaan dihati kita, bagaimana dengan kelompok yang mengenyampingkan atau bahkan mengatakan musyrik bila kita memuliakan Nabi Muhammad saw??, bukankah ini ajaran Iblis yang memang tak mau sujud pada Adam as yang diberi kelebihan ilmu oleh Allah swt??, sedangkan Nabi saw bukanlah saja makhluk yang paling berilmu dari seluruh makhluk Nya Allah swt, namun beliau saw adalah guru besar kita yang membimbing kita kepada Iman dan islam, barangkali kelompok ini sebentar lagi akan mengatakan bahwa syahadat itu musyrik pula bila menyebut nama Muhammad saw. Mereka ini durhaka terhadap sang Nabi saw, bagaimana pendapat anda bila ada seorang anak yang menolak menghormati ibunya?, mengharamkan penghormatan pada ibu dan ayahnya karena dianggap syirik?, bukankah ini anak yang durhaka?, naudzubillah dari durhaka yang 1000X lebih besar dari durhaka pada ayah dan ibu, yaitu durhaka pada Rasulullah saw, para sahabat radhiyallahu’anhum berebutan air bekas wudhu beliau saw (shahih Bukhari) para sahabat menjadikan air bekas perasan dari baju beliau saw sebagai obat (shahih Bukhari), para sahabat memuliakan sehelai rambut beliau saw setelah beliau wafat (shahih bukhari), para sahabat berebutan rambut beliau saw saat beliau saw dicukur rambutnya saw (shahih bukhari), apakah ini semua musyrik dan kultus?, sungguh.. manakah yang lebih kita ikuti dan panut selain para sahabat radhiyallahu’anhum?, siapakah yang lebih memahami tauhid selain mereka?, adakah makhluk-makhluk sempalan di akhir zaman ini merasa mereka lebih tahu kesucian tauhid daripada sahabat radhiyallahu ‘anhum?

 

 


Semoga Allah segera mengulurkan hidayah Nya untuk saudara-saudara kita muslimin yang masih buta dari kemuliaan syukur ini. amiiin…

 

 

14 Comments

  • people

    saya sepakat dengan pengkultusan….masalahnya sekarang adalah adanya klaim kalo pengkultusan itu syirik dan ini dijadikan sebagai sebuah krieria oleh MUI sehingga banyak aliran dan faham yang berkembang di indonesia khususnya dan dunia umumnya mendapat pelabelan syirik.

    Nah…. akan kah kawan2 pembaca setia sufimuda punya strategi yang sudah pernah dipikirkan….. bagaimana cara agar pengkultusan tidak dianggap syirik oleh ulama penguasa?

    mari kita saling mendiskusikan masalah ini…….

    by
    people

  • peace

    saya menarik sekali apa yang dtawarkan oleh people dalam komentar diatas, dan saya pikir itu semua adalah sebuah proses panjang namun harus dipersiapkan. untuk langkah awal bagaimana kalo kita mendukung pembubaran FPI…?

    salam
    peace

  • satria

    setuju FPi di bubar karena itu memang lembaga preman berjubah, trus apa ada rencana MUI dibubarkan juga?
    MUI seringkali bikin fatwa yang meresahkan, suka menyalahkan orang lain…
    Biarkan ulama dekat dengan ummat secara alami, bukan dikoordinir lewat MUI…
    Saya cenderung lebih suka ulama NU atau ulama2 pasantren ketimbang orang2 yang ngaku ulama duduk di MUI.
    MUI ciptaan orde baru yang harus segera dibubarkan menyusul orde baru tumbang, mari kita bentuk wadah ulama yang benar2 bisa menyerap semua aspirasi ummat, bukan ulama politik…

  • sufimuda

    Di dunia ini selalu aja ada pro dan kontra, saya fikir tidak ada satu aliranpun dalam Islam yang tidak ada penentangnya.
    Syiah ditentang oleh Sunni
    Sufi dimusuhi oleh Wahabi cs
    Jamaah Tabliq dinyatakan sesat oleh wahabi
    Islam Liberal tidak disukai oleh Islam Puritan

    Tentang pengkultusan yang merupakan tradisi turun-temurun terpeliharan dengan baik sejak zaman Rasulullah baru zaman Muhammad bin Abd Wahab pendiri wahabi yang menentangnya.

    MUI sebagai sebuah organisasi bentukan pemerintah, sebagai corong resmi pemerintah di isi oleh orang2 yang berfaham wahabi sehingga setiap fatwa yang dikeluarkan selalu berpihak kepada kelompok tertentu, wajar saja kalau MUI lantas dimusuhi oleh banyak kelompok.

    Kalau menuru saya tentang pengkultusan ada 2 solusi :
    1. Pengkultusan dalam arti menghormati Guru adalah kajian ter-“dalam” di tasauf, rahasia yang amat pokok, ada baiknya orang2 thariqat tidak bersikap ekstrim melakukan penghormatan kepada Gurunya secara berlebihan di depan umum, biarlah pengkultusan itu di dalam pasantrennya, Suraunya, Alkahnya atau zawiyahnya sehingga tidak membuat gerah orang2 yang tidak sepaham, harus kita sadari bahwa orang2 wahabi sangat benci kepada orang2 yang menghormati ulama secara berlebihan, wong menghormati Nabi aja mereka gak setuju 🙂

    2. Walau MUI tidak setuju biarin aja, emangnya Islam itu punya MUI he5, Bak kata pepatah, “ANJING MENGGONGGONG KAFILAH BERLALU” alam akan bersikap arif, kalau memang MUI udah gak sesuai lagi dengan permintaan alam maka dengan sendirinya MUI akan ditinggalkan oleh Ummat alias bubar dengan sendirinya.
    Saya kurang setuju MUI dibubarkan tapi lebih setuju kita serahkan kepada waktu aja, MUI masih diperlukan untuk mengontrol makanan2 haram, mencari-cari dalil AlQur’an dan hadist untuk setiap kebijakan pemerintah, Misalnya nich, tentang Keluarga Berencana walaupun ulama2 Pasantren ga setuju tetap aja MUI pynya dalil, ya MUI emang kebanyakan dalil ya 🙂

    Saya lebih setuju MUI gak mengurusin masalah Aliran2 sesat, kan udah ada LPPI amin Jamaluddin yang emang suka meneliti aliran sesat ampe dia gak tahu lagi yang mana aliran yang benar 🙂
    kalau MUI ngurusin aliran sesat ntar ulama sejenis Hartono Ahmad Jaiz gak punya pekerjaan lagi donk.

    MUI bagusnya mengurusi masalah kemunduran akhlak ummat, kemiskinan dan kebodohan Ummat.
    gmana solusinya kok makin banyak shalat makin bernafsu untuk korupsi, Kiayi korupsi uang rakyat, Ulama berselingkuh…
    Makin banyak haji makin suka menganiaya orang lemah,
    Tanya Kenapa?
    Kan bagusnya ngurus yang kek gitu aja, gmana?

    To People, MUI melarang kita menghormati Guru/Ulama sama artinya kita juga dilarang menghormati Ulama2 MUI, ya… apapun ucapan MUI gak usah ditanggapi sebagai wujud keinginan mereka untuk tidak dihargai, gmana?

  • yudistira

    cocok banget tuh dengan usul sufi muda.
    emang kayaknya pemerintah udah salah kaprah mempercayakan masalah agama kepada MUI.

    sekarang MUI kebanyakan mengeluarkan fatwa sesat, padahal MUI sediri kayaknya sudah tersesat dalam menjalankan tugas dan fungsi sesungguhnya.
    “ibarat kata pepatah semut diujung lautan kelihatan, gajah didepan mata tak kelihatan”.
    heeeeeeeee:-)

    dan yang pasti sebenarnya mereka tidak bisa menikmati indahnya islam sesungguhnya sebagaimana yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad. Saw.

    kata pepatah lain: “syirik tanda tak mampu”

    gimana mungkin kita tidak menghormati guru/ulama sedangkan orang tua aja yang melahirkan kita kedunia kita harus menghormatinya. apalagi ulama yang mengajarkan kita, yang memperkenalkan kita kepada TUHAN, yang mempertanggungjawabkan kita dihadapan TUHAN.

    cuma masalahnya kepada ulama mana kita harus hormat?
    tentunya kepada ulama yang bisa membimbing rohani kita dekat kepada TUHAN.
    ya ………. kalau kita mengkultuskan para bapak2 di MUI yang nota bene katanya ulama indonesia itu yang baru SYIRIKKKK BESAR………

    Heeeeeeeeee:-)

  • The SUN

    FPI tak perlu di bubarkan.,
    FPI akan menerima apa yang telah dibuat
    dia rusak punya orang, orang kan merusak punya dia
    tu ketua-ketuanya di hukum aja oleh massa…

  • fida

    bbrp hari lalu ada yang bahas ttg FPI dg saya (kelihatannya dia pro dg FPI). menurut dia, FPI berbuat anarkis karena mereka gerah dg perbuatan2 buruk masyarakat, spt judi, mabuk, majalah playboy, dll. trus mereka melapor ke pihak2 tertentu (spt MUI & pemerintah) tapi ga ada tanggapan makanya mereka turun tangan sendiri. namanya juga Front Pembela Islam jadi ya membela Islam dari hal2 yg tidak baik. gitu katanya.

  • fakih

    barangsiapa mencintai orang yang mencintai ALLAH
    maka sama dengan mencintai ALLAH
    siapa yang memuliakan orang yang memuliakan ALLAH maka sama dengan memuliakan ALLAH…..
    apakah RASULLULLAH MUHAMMAD memuliakan dan mencintai ALLAH??? sudah tentu bukan…..
    wahai sufi muda aku juga mencintai anda…
    ini no hp ku,081916754710 / kdng aku pake
    085649778149,,,boleh kan kenal anda lebih jauh??

  • QA management

    hmmm…daripada mengkultuskan Mick Jagger kan lebih enak mengkultusakan Wali2 yahh 🙂 jadi inget masa lalu…mengidolakan britney spears yg ada malah jinnya yg kawin sm saya 🙁

  • Ruslianto

    “Barang siapa taat ke pada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu : Nabi-Nabi, para shiddiqien, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Mereka itulah sebaik-baik teman”.
    “Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup menge tahui (pahalanya)”.
    Al Qur’an Suraah An Nisa’ 69-70

Tinggalkan Balasan ke QA managementBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca