-
Ketika Rasulullah Disangka Meninggal Dunia
Satu ketika sahabat Abdurrahman bin Auf mendapati Rasulullah berjalan sendirian. Dari jarak yang tak jauh ia mengikuti beliau hingga kemudian memasuki sebuah kebun kurma. Ketika Rasul berada di tengah kebun itu tiba-tiba beliau bersujud, entah mengapa. Sementara Abdurrahman bin Auf terus memperhatikannya. Ia sempat menunggu beberapa lama berharap Rasulullah segera menyudahi sujudnya. Namun harapannya tak segera terwujud. Rasulullah begitu lama dalam sujudnya. Air mata Abdurrahman mulai meleleh. Ia menangis. Ada kekhawatiran dalam dirinya pada diri kekasihnya. “Adakah Rasulullah meninggal dunia dalam sujudnya itu? Adakah aku tak akan pernah lagi melihatnya untuk selamanya?” dalam takutnya ia mengira.
-
Engkau Tidak Akan Di Tinggalkan Oleh Rasulullah
Bilal bin Rabbah sosok lelaki berkulit hitam yang dipercayakan oleh Nabi sebagai pengumandang azan, tugas yang membuat dia selalu dekat dengan Nabi SAW. Bilal sangat mencintai Nabi, terbukti dengan tidak berpaling keimanannya dari Islam walaupun nyawa sebagai taruhan, Bilal pernah disiksa, dijemur diatas pasir panas dan dibawah terik matahari, kemudian perutnya di diletakkan batu sehingga sulit bagi Bilal untuk bernafas, namun siksa yang mendera dirinya tidak mampu meluntutkan rasa cinta kepada agamanya, rasa cinta kepada sosok Muhammad, orang yang diyakini sebagai utusan Allah.
-
Setelah Shalat Subuh (12)
Kemampuan manusia jika hanya sampai ke tingkat “baca” maka persoalan dikaji ya memang seputaran persoalan “membaca” bahkan tanda baca pun dijadikan bahan perdebatan. Mereka sibuk dengan apapun berhubungan dengan bahan bacaan bahkan tulisan. Orang yang memperdebatkan kata “Insya Allah” harus ditulis “Insha Allah” atau kata “Amin” dengan satu huruf “A” dan satu huruf “I” artinya jadi melenceng, itu memang kerja kelompok ahli baca. Kenapa demikian? Karena memang hanya itu yang mereka paham.
-
Pentingnya Sahabat
Pengalaman pertama yang saya rasakan ketika menekuni tarekat adalah suasana sejuk, damai dan penuh keakraban. Sebelumnya saya sering berkumpul diberbagai komunitas baik organisasi formal maupun tidak, namun keakraban terhadap saudara satu Guru yang saya rasakan melebihi kedekatan dengan saudara kandung. Persahabatan dalam tarekat benar-benar menghilangkan sekat kesukuan, status ekonomi dan latar belakang keluarga sehingga antara satu sama lain melihat saudaranya dalam pandangan yang sama, pandangan penuh kasih sayang, dan hal ini belum pernah saya dapatkan dalam komunitas manapun.
-
Sedih…
Manusia sepanjang hidupnya tidak bisa menghindari apa yang disebut dengan kesedihan, baik berupa musibah meninggal orang-orang dicintai maupun kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya, tidak terkecuali juga para Nabi dan Para Kekasih Allah, kesedihan pun kerap menghampiri mereka dan air mata menjadi teman setia mereka, melewati masa masa terberat dalam hidup. Kisah sedih Nabi Muhammad SAW kiranya menjadi pedoman bagi kita dalam menghadapi saat-saat tersulit dalam hidup, padahal demi Tuhan, Rasulullah Saw yang jiwanya tegar melebihi batu karang, kokoh pendiriannya melebihi kokohnya gunung-gunung dan kesabarannya melebihi segala makhluq Tuhan, beliau juga menangis dan sedih ketika kehilangan ibunya, dan kesedihan itu bahkan beliau bawa sehingga beliau beranjak tua. Setiap kali ingatan…
-
Pemimpin Pemaaf
Ka’b Ibn Zuhair penyair Arab kenamaan adalah penyair dari keluarga penyair. Ayahnya, Zuhair; kakeknya, Abu Sulma; kedua bibinya Khansa dan Sulma; saudaranya, Bujair; kedua sepupunya Tamadhir dan Shakhr; keponakannya, ‘Uqbah Ibn Bujair; dan cucunya, ‘Awwam Ibn ‘Uqbah; kesemuanya adalah penyair terkenal di zaman Jahiliyah. Ketika Nabi Muhammad SAW mendakwahkan keesaan Tuhan dan dimusuhi oleh kaumnya yang bertuhan banyak, Ka’b adalah salah seorang di antara sekian banyak penyair yang gigih melawan Nabi dengan syair-syairnya. Rasulullah SAW dan kaum muslimin menjadi bulan-bulanan puisi-puisi hijaa-nya.
-
Kami Rindu Padamu ya Rasulullah…
Laki-laki tua itu mengangkat tangan dekat makam Nabi dengan linangan air mata dia mengucapkan salam dengan penuh khidmat seakan-akan Nabi berada di depannya, “Assalamu’alaika ya Rasulullah, Assalamu’alaika ya Habibullah”. Polisi yang berjaga dekat makam mengusir orang tua tersebut dengan ucapan “Syirik-syirik!”, maksudnya perbuatan yang dilakukan itu mengarah kepada syirik (menyekutukan Allah). Kemudian di pintu keluar, dengan penuh khidmat, dia kembali melambaikan tangan dan dengan linangan air mata sambil mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW. Malam itu begitu berkesan bagi saya ketika ikut berziarah ke makam Nabi SAW. Cinta ummat yang terpisah jarak dan waktu dengan Baginda tidak pernah luntur, terus hidup dan menggelora. Siapa yang menanamkan rasa cinta itu ke dalam…