Sufi Muda

Menemukan Tuhan Dalam Keseharian

Archive for the tag “Islam”

Iman, Islam dan Ihsan dalam Bimbingan Kakasih-Nya

Mencapai tahap Makrifatullah (mengenal Allah) sehingga kita bisa menyembah Allah yang Maha Nyata dengan benar bukanlah persoalan yang mudah, memerlukan proses yang panjang, sekian banyak pengorbanan dan tentu saja harus ada pemandu jalan sehingga tidak tersesat. Kalau hanya sekedar menyembah Allah Yang Maha Gaib, meyakini bahwa Allah ada dan Dia mengetahui apa yang kita perbuat, itu tidak memerlukan Guru secara khusus, pelajaran-pelajaran seperti itu akan mudah kita dapatkan dimana saja, baik lewat ceramah di mesjid maupun lewat buku-buku yang jumlahnya sangat banyak.

Read more…

KOLAM KEDAMAIAN

Di  hutan belantara yang jarang di jamah manusia, terdapat sebuah kolam yang airnya sangat jernih. Dasar kolam kelihatan hitam karena tersusun dari batu-batu berwarna hitam, dan airnya bersumber dari mata air yang ada di dasar kolam. Yang membuat kolam itu berbeda dengan kolam biasa adalah hampir semua hewan yang ada dihutan menjadikan kolam tersebut sebagai tempat pelepas dahaga dan yang lebih anehnya lagi hewan-hewan penghuni hutan yang saling membunuh tapi disekitar kolam mereka nampak akur tanpa saling menerkam satu sama lain. Rusa dengan harimau minum berdekatan, begitu juga dengan hewan2 lainnya, mereka tidak saling bermusuhan. Ketika mereka jauh dari kolam, maka harimau akan seperti aslinya, menjadikan rusa sebagai makanan begitu juga dengan hewan lain yang terkait dengan rantai makanan. Ini kisah nyata pengalaman teman saya ketika dia masuk hutan belantara di pedalaman sumatera. Dia diajak oleh kakeknya berburu sampai ke tengah hutan yang sangat lebat, disanalah mereka menemukan kolam tersebut. Saya sangat terkesan dengan cerita tentang kolam jernih di hutan belantara, bukan hanya sebagai tempat minum namun sebagai tempat damai bagi semua penghuni hutan. Saya menyebut kolam itu dengan KOLAM KEDAMAIAN.

Read more…

INTEROGASI

Oleh : Abu Hafidzh Al-Faruq

Interogasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk meminta keterangan kepada seseorang menyangkut kesaksian orang tersebut terhadap pihak lain dan atau dirinya sendiri mengenai suatu aktivitas yang melibatkan pihak lain tersebut dan atau dirinya sendiri. Kata ini merupakan konsumsi wajib dalam dunia hukum dengan hegemoni ‘diperiksa’ atau ‘diminta keterangan’. Ada interogasi persuasif yang agak ‘bersahabat’ untuk ‘mengorek’ kebenaran dan ada pula interogasi yang memaksa seseorang mengakui suatu fiksi menjadi sebuah kenyataan. Satu contoh interogasi terakhir adalah pada korban salah vonis oleh hakim yang terungkap pada kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan si Jagal dari Jombang. Dalam melakukan interogasi berbagai macam trik dan metode diterapkan oleh si interogator, mulai dari penampilan dan sikap yang kadang lebih mirip algojo ketimbang hamba hukum, sangar dan bengis, trik yang menjebak, menggiring opini, menyudutkan yang diinterogasi, memaksa, menyiksa sampai ‘cuci otak’ istilah yang digunakan untuk mengakui sesuatu yang tak ada menjadi fakta, sehingga tujuan interogasi bergeser dari ingin menyingkap kebenaran menjadi ‘sesuai pesanan’. Namun demikian, dalam suatu kasus tindak kejahatan bukan menjadi rahasia bila si ‘pesakitan’ yang kadang memang benar bersalah mengajak ‘petugas’ untuk ‘bekerja sama’ agar bisa meringankan hukuman terdakwa di pengadilan atau sebaliknya ‘petugas’nya sendiri yang mengajukan proposal ‘kemitraan’ yang tidak tertulis dalam MOU (memorandum of understanding) bila si terdakwa di prediksi memiliki potensi deposit yang bisa di sharing.

Read more…

HAJI DAN KORUPSI

Departemen Agama seperti dipahami oleh pada umumnya masyarakat adalah sebuah Departemen mulia dengan pekerjaan mulia pula yaitu mengurus umat beragama agar lebih teratur mulai masalah ibadah sampai kepada kerukunan antar umat beragama. Orang-orang yang duduk di Depag tentu saja orang-orang yang paham akan agama dan seharusnya berakhlak mulia. Akan tetapi berulang kali masyarakat Indonesia dibuat kecewa oleh tingkah laku Depag yang tidak memperlihatkan sikap mulia dan menjadi contoh untuk semua. Bukan rahasia lagi kasus korupsi berulang kali terjadi di Depag, mulai dari Menteri sampai kepada KUA sebagai pelaksana di tingkat kecamatan.

Read more…

Apakah “Allah” itu hanya milik Umat Islam

Oleh : Ulil Abshar Abdalla

SEORANG perempuan beragama Kristen saat ini sedang menggugat pemerintah Malaysia dengan alasan telah melanggar haknya atas kebebasan beragama (baca International Herald Tribune, 29/11/2008). Mei lalu, saat balik dari kunjungan ke Jakarta, Jill Ireland, nama perempuan itu, membawa sejumlah keping DVD yang berisi bahan pengajaran Kristen dari Jakarta. Keping-keping itu disita oleh pihak imigrasi, dengan alasan yang agak janggal: sebab dalam sampulnya terdapat kata “Allah”.

Sejak tahun lalu, pemerintah Malaysia melarang penerbitan Kristen untuk memakai kata “Allah”, sebab kata itu adalah khusus milik umat Islam. Umat lain di luar Islam dilarang untuk menggunakan kata “Allah” sebagai sebutan untuk Tuhan mereka. Pemakaian kata itu oleh pihak non-Muslim dikhawatirkan bisa membingungkan dan “menipu” umat Islam (Catatan: Sedih sekali ya, umat Islam kok mudah sekali tertipu dengan hal-hal sepele seperti itu?)

Pertanyaan yang layak diajukan adalah: apakah kata “Allah” hanyalah milik umat Islam saja? Read more…

MENGGUGAT “ORTODOKSI” ISLAM TERHADAP DISKURSUS WAHYU DAN AKAL, IMAN DAN KUFUR

( Telaah Kritis  Untuk Reaktualisasi Tauhid Dalam Persfektif Pemikiran Keislaman)

Oleh : T. Muhammad Jafar SHI

 

Pengantar

Sedikit agak aneh memang, persoalan pertama yang muncul dalam Islam sebagai agama  adalah bidang politik, bukan bidang teologi atau keagamaan. Tetapi persoalan politik ini segera meningkat menjadi persoalan-persoalan teologi.[i] Persoalan ”yang beriman” dan ”yang kafir” pasca Arbitrase antara Ali dan Muawiyah dalam lingkup pelaku dosa besar segera merubah wajah Islam kedalam pergulatan teologi yang tidak pernah berhenti.  Kesimpulannya, munculnya persoalan-persoalan aqidah dalam Islam seperti pelaku dosa besar apakah dia mukmin hanyalah berasal dari persoalan ”rebutan kursi” , jadi sangat-sangat subjektif. Sejak saat itulah persoalan-persoalan teologi berkembang dari hanya persoalan-persoalan pelaku dosa besar, menjadi  bermacam-macam diskursus teologi yang melahirkan banyak sekali aliran-aliran yang tetap berpengaruh hingga sekarang.

Namun, di Indonesia, teologi Islam yang sebenarnya begitu majemuk, luas dan mendalam – seperti dikatakan Harun Nasution -, pada umumnya di ajarkan dalam bentuk ilmu tauhid. Ilmu tauhid biasanya kurang mendalam pembahasannya dan kurang bersifat filosofis. Selanjutnya ilmu tauhid biasanya memberi pembahasan sepihak dan tidak mengemukakan pendapat dan paham dari aliran lain yang ada dalam teologi Islam. Ilmu tauhid yang diajarkan di Indonesia pada umumnya ialah ilmu tauhid menurut aliran Asy’ariah, sehingga timbullah kesan dikalangan umat Islam Indonesia, bahwa inilah satu-satunya teologi yang ada dalam Islam.[ii] Pemahaamn ini dipeluk dan dianut oleh otoritas (mayoritas) umat Islam melalui lembaga-lembaga formal keagamaan yang dengan otoritas itu segera menjadikannya sebagai doktrin yang melembaga dan meluas sehingga menjadi pegangan aqidah satu-satunya yang benar,  tak boleh ditawar-tawar lagi, tidak boleh diinterpretasikan lagi, inilah yang disebut dengan ortodoksi agama.[iii]

Read more…

Sudahkah saya Ber “ISLAM KAFFAH” (Bag. 3)

Sudah lama saya tidak melanjutkan tulisan tentang Islam Kaffah yang telah saya tulis dua bagian. Pada bagian terakhir masih membahas masalah syariat dan sebenarnya kelanjutan dari tulisan tersebut (tentang thareqat, hakikat dan makrifat) telah dibahas dengan lengkap tapi dalam judul yang berbeda makanya saya tidak lagi menulis Judul seperti di atas.

Menarik sekali komentar yang diberikan oleh pengunjung sufimuda beberapa hari yang lalu yang menulis bahwa Guru Mursyid harus bertaqliq kepada Guru Fiqih karena guru mursyid hanya mengerti tentang tarekat saja sedangkan guru fiqih luas pengetahuannya. Tentu saja kebanyakan orang yang belum mendalami thareqat akan berpandangan seperti itu. Ketika kita memisahkan antara ke empat pilar penyokong Islam yaitu syariat, tarikat, hakikat dan makrifat disinilah nanti letak kekeliruan kita dan tentu saja kita tidak akan bisa mengamalkan Islam secara keseluruhan atau di istilahkan islam secara kaffah.

Read more…

Post Navigation