Spiritualitas Merupakan Faktor Utama Menentukan Kesehatan Manusia

Pertengahan 2019, saya diberi hadiah 3 buah buku oleh seorang sahabat dan ke 3 buku tersebut merupakan karya ilmuan barat yang bisa membantu kita ummat Islam terkhusus para pengamal tasawuf untuk mendapat penjelasan secara ilmiah tentang tradisi dan fenomena yang dialami oleh pengamal tasawuf. Salah satu buku yang saya baca berulang kali adalah “The Biology of Belief” karya Bruce Lipton. Buku ini memberikan uraian begitu lengkap tentang hubungan tubuh manusia dengan spiritual hal yang sejak awal tidak disadari oleh para ahli medis modern.
Sebagai informasi, Bruce Lipton adalah seorang ahli transplantasi organ. Sederhananya dia adalah orang yang bisa mencangkok jantung seseorang yang bocor kemudian menggantikan dengan jantung orang lain. Atau orang yang mengalami kecelakaan parah mengambil jaringan hewan tertentu untuk ditambal sulam pada bagian tertentu. Bruce Lipton adalah seorang tokoh ternama di bidang ini. Teknik eksperimental transplantasi jaringan yang dia kembangkannya bersama koleganya Dr. Ed Schultz dan diterbitkan dalam jurnal Science tahun 1973 digunakan sebagai bentuk baru dari rekayasa genetika manusia.
Dalam perjalanannya, perspektif Lipton bergeser ekstrim. Dari pemuja tubuh menjadi seorang yang menghayati spritualitas. Dia menolak atheisme. Lebih dari itu, dia mencurigai ada yang salah secara fundamental dalam pengembangan ilmu-ilmu medis. Konsentrasi terlalu besar pada tubuh manusia melupakan fakta bahwa kita hidup dalam suatu jaringan kehidupan yang kaya, yang dalam turunan bidang studi biologi disebut dengan ekologi. Lipton memandang bahwa pengobatan konvensional selama ini beroperasi atas dasar pandangan yang kolot bahwa kita dikendalikan oleh gen sebagai faktor dalam. Pandangan ini menyalahi prinsip bagaimana biologi bekerja sebagai suatu studi tentang kehidupan dan organisme yang hidup dimana faktor lingkungan mengambil peran yang sangat penting dalam menentukan kehidupan.
Sebagai alternatif, Lipton menawarkan konsep baru yang melawan determinisme genetik, yakni teori epigenetik. Melalui konsep ini, Lipton mengajukan tesis bahwa perubahan yang diwariskan dalam fenotip (karateristik yang nampak seperti warna kulit, bentuk rambut, dan tampilan fisik yang nampak) atau perwujudan gen disebabkan oleh mekanisme yang terjadi di luar atau tidak serta merta berkaitan dengan perubahan dalam urutan DNA yang mendasarinya.
Lipton menganalogikan gen seperti kendaraan. Dalam analogi itu, bukan kendaraan itu sendiri yang bertanggung jawab menghentikan dirinya sendiri, tapi sopir.
Siapa sopir itu? Menurut hasil studi Lipton, sopir adalah gaya hidup atau cara hidup yang menentukan bagaimana kita memelihara kehidupan, yang berkisar pada tiga hal: berpikir positif, makan yang sehat dan gerak tubuh atau olahraga. Dengan cara begitu kita tidak akan babak belur sampai harus membutuhkan spare part baru atas tubuh kita.
Lipton merujuk pada pekerjaan Dr. Dean Ornish yang merawat pasien kardiovaskular dengan memberikan mereka asupan bukan obat-obatan kimia tetapi perubahan pada gaya hidup (menu makan yang lebih baik, teknik mengurangi stres, dan seterusnya). Hasilnya penyakit kardiovaskular sembuh. Menurut Ornish, jika dia mendapatkan hasil yang sama dengan obat, setiap dokter akan mewajibkan resep itu untuk pasien-pasien mereka. Tentu hal ini sangat baik karena zaman sekarang orang sangat tinggi ketergantungan kepada obat, vaksin dan lain sebagainya, padahal tubuh manusia sendiri telah diberikan Tuhan dengan sangat sempurna, mampu menyembuhkan dirinya sendiri.
Bruce Lipton seperti membalikkan secara total pandangan kedokteran barat selama ini dan memberikan ruang penuh kepada pengobatan intulitif dan spiritual yang sudah ada sejak berabad-abad silam. Bahwa pikiran anda dapat dan pada dasarnya berkontribusi pada penyebab dan penyembuhan apa pun yang membuat anda sakit — termasuk kanker.
Selain pikiran, dua faktor lain yang memengaruhi nasib sel, menurut Dr. Lipton: racun dan trauma. Racun berasal dari makanan atau lingkungan yang buruk yang tidak cocok dengan diposisi tubuh. Jika kita meyakini makanan tertentu bisa memperburuk kesehatan tentu hal itu harus kita hindari. Trauma hubungan dengan psikologis, pikiran yang tenang, emosi yang stabil akan membuat sel kita semakin baik dan mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Jika bicara spiritual (tentu berbeda dengan ritual ibadah), maka jika jiwa seseorang sehat akan mempengaruhi secara langsung dengan kesehatan. Pada contoh kasus tertentu, aturan makanan sehat bisa di bypass dengan spiritual. Guru saya pernah mengobati seorang yang terkena penyakit Diabetes Melitus, pasien tersebut disuruh minum susu kental manis, hal yang sangat bertentangan dengan prinsip kesembuhan DM. Pasien itu sembuh dengan seketika. Tapi tentu saja Beliau tidak menggunakan cara ini secara terus menerus, hanya untuk membongkar fikiran pasiennya yang sangat takut akan gula, ketika ketakutan itu hilang maka penyakit akan hilang dengan sendirinya.
Kita tahu makan daging terus menerus kurang baik untuk kesehatan, namun bagi orang yang memiliki keyakinan bahwa daging itu sehat justru membuat dia sehat, yang penting keyakinan itu betul-betul bisa diterima dengan baik di alam sadar maupun alam bawah sadarnya. Saya dalam suasana santai bertanya kepada Habib Luthfi Pekalongan tentang kebiasaan Beliau makan daging kambing setiap hari. Beliau jawab sambil senyum, “Kambing itu satu-satunya hewan yang dibawa oleh malaikat Jibril, menggantikan Ismail yang hendak dikorbankan, artinya kalau hewan tersebut dibawah oleh malaikat maka itu adalah hewan atau makanan terbaik”. Keyakinan Habib Luthfi itu membuat Beliau tetap sehat di usia di atas 70 tahun meskipun setiap hari, pagi, siang dan malam makan daging kambing bersama dengan nasi kebuli.
Guru saya yang telah menyembuhkan segala jenis penyakit berat dan mustahil disembuhkan dengan ilmu kedokteran mengatakan, “Segala Penyakit itu manusia sendiri yang mengundangnya”. Manusia yang memberi izin dia untuk sakit dan juga untuk sehat. Fikiran dan khayalan sepanjang hidup manusia akan mempengaruhi kesehatannya, itulah sebabnya zikir sebelum tidur bisa menyembuhkan karena bisa menetralkan segala fikiran-fikiran negatif yang telah terendap dalam fikiran selama kita beraktifitas.
Tradisi paling luar biasa bagi para pengamal tarekat adalah I’tikaf atau Suluk selama 10 hari. Berpantang makanan tertentu menyebabkan tubuh lebih sehat juga porsi makan yang telah di riset oleh Para Guru terdahulu sehingga benar-benar seimbang untuk tubuh manusia. Selama Suluk kita juga melepaskan berbagai ikatan duniawi sehingga fikiran kita benar-benar jernih. Selama 10 hari kita hanya berzikir mengingat Allah, rohani kita tersambung kepada energi Maha Dahsyat, itulah sebabnya orang-orang yang rajin bersuluk terhindar dari berbagai penyakit, baik berat maupu ringan.
Para Guru Sufi pada umumnya mereka hidup sehat dan berumur panjang, antara lain (tinggal di daerah Sumatera): Syekh Abdul Wahab Rokan berusia berumur 114 thn, Syekh Said Bonjol berumur 120 thn, Syekh Ibrahim Kumpulan berumur 150 thn dan Syekh Abdul Ghani Kampar (Guru dari Syekh Muda Wali) berumur 150 thn.
Beliau-beliau itu saya sangat yakin bukan jenis orang yang paham tentang ilmu kedokteran tapi selalu mempraktekkan cara hidup Sufi yang merupakan warisan dari Nabi Muhammad SAW. Faktor jiwa yang sehat akan mempengaruhui fikiran yang sehat dan tentu akan mempengaruhi pula tubuh yang sehat.
Melaksanakan puasa-puasa khusus yang telah menjadi tradisi di kalangan pengamal tarekat juga merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kesehatan manusia. Puasa dalam jangka tertentu akan memberi kesempatan kepada tubuh untuk me-recovery dirinya sehingga menjadi tubuh yang baru.
Karena sel dipengaruhi oleh pola fikir kita, maka kesehatan tubuh bisa kita dapatkan secara otomatis dengan mengubah sudut pandang dan pola fikir kita. Melazimkan zikir dan menjaga adab di dalam tarekat akan membuat tubuh kita menjadi sangat sehat secara zahir dan bathin.
