Pemikiran,  Tasauf

TIDAK BERUBAH DAN TIDAK AKAN DIUBAH

Hal menggembirakan bagi ummat Islam di Indonesia adalah para ulama yang memahami Islam secara mendalam dari berguru baik secara personal maupun di pasantren telah secara terang-terangan di media sosial mengemukakan pendapatnya terhadap persoalan-persoalan yang muncul di tengah ummat saat ini. Ketika ada kelompok baru yang mempermasalahkan tentang qunut, maulid dan hal-hal lain yang sudah menjadi tradisi di kalangan ummat Islam maka para ulama ini memberikan pembelaan secara sangat bagus dengan dalil lengkap sehingga kita semua menjadi tenang dan tidak ragu lagi dengan apa yang telah kita amalkan selama ini.

Sejak awal tahun 1990-an, ketika Amerika memulai program terorisnya dengan menjadikan Islam sebagai sasaran maka seluruh dunia seperti di desain dengan muncul kelompok-kelompok yang memahami Islam hanya secara tekstual saja (walaupun kelompok ini sudah ada sejak 100 tahun lalu). Kelompok membaca satu hadist atau satu ayat kemudian menggunakan ayat tersebut untuk menyerang kelompok lain secara membabi buta. Orang yang tidak sepaham dengan mereka akan langsung di beri stempel “sesat”, “bid’ah bahkan “kafir”.

Kejatuhan Afganistan adalah kode yang diberikan oleh Amerika kepada dunia bahwa mainan mereka saat ini bukan lagi Islam, ada hal baru yang akan dimainkan selama 20 tahun ke depan. Secara otomatis gerakan-gerakan garis keras dalam Islam yang memang secara langsung atau tidak langsung diciptakan oleh mereka akan memudar seiring berjalannya waktu. Islam akan tampil kembali wajah aslinya yaitu Islam toleran dalam hal ini tasawuf akan mengambil peran besar dalam dunia Islam sebagaimana peran ini memang sangat dominan sejak awal Islam muncul sampai dengan munculnya kelompok ciptaan oerientalis di Arab Saudi yang menyebarkan ajaran anti tasawuf.

Kembali berperannya tasawuf di dalam dunia Islam merupakan hal positif karena ajaran tasawuf lebih menekankan kepada perbaikan jiwa atau diri pribadi daripada mencari kesalahan orang lain. Dunia akan lebih toleran dan saling menghargai bahkan dengan orang diluar Islam.

Akan tetapi tentu saja akan muncul kelompok-kelompok yang hanya mengkaji ilmu tasawuf tanpa pernah mempraktekkannya dan kelompok ini akan mendominasi dunia Islam. Mereka sangat fasih dalam menjelaskan maqam-maqam di dalam tasawuf, istilah-istilah di dalam dunia sufi namun tidak pernah merasakan hakikat dari tasawuf sebagaimana yang dirasakan oleh Nabi dan sahabat Beliau di awal dulu.

Tasawuf sampai kapanpun hanya menjadi sebuah ilmu dan memang sangat menarik untuk di telaah dan disandingkan dengan ilmu-ilmu lain termasuk filsafat namun untuk bisa menghadirkan “rasa” ke dalam qalbu seseorang maka dia harus mempraktekkan zikir yang mampu menghadirkan kalimah Allah di dalam qalbunya. Kalimah Allah itu akan menyinari seluruh ruh nya dan ruh Islam secara otomatis akan hadir pula dalam segala gerak-geriknya.

Tasawuf akan menjadi teori dan kembali menjadi ilmu syariat jika tidak diperaktekkan lewat metodologi yang diwariskan oleh Nabi yaitu Tarekat. Lewat Tarekat yang Gurunya bersambung tanpa terputus kepada Rasulullah SAW segala praktek zikir bisa menghasilkan rasa persis sama dengan rasa yang dialami oleh generasi awal dulu.

Jika sahabat Nabi menang dalam segala pertempuran, memiliki kekeramatan maka di akhir zaman hal itu masih bisa terjadi persis sama dengan yang dialami oleh sahabat terdahulu jika metodenya sama. Jika Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati dan menyembuhkan segala macam penyakit, Nabi Musa mampu membelah laut dan memimpin bani Israil dengan selama ke tanah yang dijanjikan maka saat ini seharusnya hal tersebut masih bisa terjadi asalkan menggunakan metode yang sama.

Seorang pencipta bom atom yang menghancurkan hirosima dan nagasaki tahun 1945 tentu tetap bisa menciptakan bom yang sama dan ilmu tersebut bisa diwariskan. Orang yang berguru bersanad kepada pencipta bom atom tetap mampu membuat bom yang sama saat ini tentu setelah memenuhi segala rukun syarat yang diperlukan.

Kisah Nabi dan Wali yang diabadikan dalam berbagai kitab hanya menjadi sebuah riwayat atau kisah saja tanpa pernah bisa di ulangi. Segala kekeramatan yang diberikan Allah kepada para kekasihnya hanya bisa dibaca berulang-ulang tanpa bisa dibuktikan sama sekali. Segala pembuktian itu bisa terjadi jika kita berguru kepada orang yang bersambung kepada kisah yang ditulis dalam kitab tersebut.

Dalam tarekat, keaslian amalan dan tradisi diwariskan secara berkesinambungan dari Guru kepada Guru dan ini tidak akan pernah di ubah dan berani di ubah. Ketika awal berguru dulu saya sangat berkesan dengan ucapan Guru, “Ini (ajaran tarekat) tidak akan berubah dan tidak akan di ubah”. Segala rasa yang dirasakan oleh Nabi dan para sahabat Beliau akan kita rasakan pula tanpa berubah sedikitpun asalkan segala rukun syaratnta terpenuhi.

Kesamaan Sufi dan Salafi adalah semangat mereka dalam menjaga keaslian ajaran Nabi. Salafi berusaha meniru persis amalan zahir Nabi sementara Para Sufi dibimbing oleh Guru Mursyid menjalankan secara zahir bathin apa yang diamalkan oleh Nabi. Kita bisa meniru gaya Nabi dalam melempar debu menjelang perang tapi pertanyaannya apakah setelah kita lempar debu besok akan terjadi badai taupan yang menghancurkan kemah musuh atau lemparan itu tidak memberikan efek apa-apa?

Saya lebih percaya ucapan Guru saya tentang ajaran Agama dibandingkan dengan orang yang tidak saya kenal karena Guru saya sanad keilmuannya (jasmani dan rohani) bersambung tanpa terputus kepada Nabi. Ibarat kabel listrik yang bersambung dari tiang ke tiang, selama kabel itu bersambung kepada generator maka kita tetap akan bisa merasakan kehadiran listrik walaupun kabelnya sangat panjang dan bersambung sambung. Begitu juga air yang diambil dari pegunungan akan bisa kita rasakan persis ketika hadir di rumah jika pipanya bersambung tanpa putus dari rumah kita sampai ke pegunungan sebagai sumber air itu berada. Begitulah kiasannya, kita akan merasakan kehadiran Rasulullah di zaman ini dengan syarat sanad begurunya secara zahir dan bathin bersambung kepada Rasulullah SAW.

Di dunia ini kelompok yang paling menjaga tradisi atau ajaran untuk tidak diubah adalah para pengamal tarekat. Seorang Guru Mursyid menerima amanah dari Guru sebelumnya dan menjaga ajaran dan amalan tersebut dan tentu saja dia tidak akan berani pula mengubah-ubahnya. Seorang Mursyid adalah murid yang shiddiq dari Gurunya dan menjaga amanah Guru dengan sangat baik dengan demikian orang yang dibimbingnya akan merasakan energi dan getaran yang sama sebagaimana yang dirasakan orang-orang yang dibimbing oleh Guru sebelumnya, begitulah seterusnya sampai kepada Rasulullah SAW.

Begitu banyak terekat yang berkembang di dunia ini tetap memiliki semangat yang sama yaitu menjaga amanah yang diberikan Guru sebelumnya untuk menjaga kelestarian ajaran tarekat sebagai bagian dari pengamalan ajaran Islam secara keseluruhan. Ketika para pengamal tarekat tidak lagi merasakan getaran yang sama dari Guru sebelumnya dan tidak bisa membuktikan apa yang telah dijanjikan Allah di dalam al-Qur’an maka bisa dipastikan ajaran tarekat itu diamalkan hanya menjadi tradisi semata sementara listrik yang barada di dalam kabel telah terputus tanpa disadari.

Orang hanya menjalankan suluk atau ‘iktikaf sebagai tradisi tanpa merasakan kehadiran Allah di dalam suluk tersebut. Suluk yang berkualitas tentu saja suluk yang Rasulullah sendiri memimpin. Seorang Guru Mursyid yang berkualitas juga harus mampu “mengundang” Rasulullah untuk bersuluk bersamanya tanpa itu maka suluk hanya menjadi ajaran syariat semata, diamalkan tanpa hidup ruh nya.

Semoga kita semua senantiasa dibimbing langsung oleh Rasulullah SAW lewat Waliyamursyida sehingga kita tetap merasakan suasana bathin dari sahabat Nabi yang hidup sezaman dengan Beliau. Terpisah badan 1400 tahun lebih namun tersambung secara ruhani dan tidak berjarak sama sekali. Islam di awal akan sama dengan Islam di akhir. Maka mari kita tetap menjaga keaslian ajaran tarekat tanpa mengubahnya dan tidak pula kita masukkan unsur-unsur luar kedalam tarekat yang akan mengotori ajaran tarekat. Ketika ajaran terekat sudah dicampur adukkan dengan pemahaman dari luar tanpa di saring terlebih dulu maka konsekwensi yang harus kita tanggung adalah ruh tarekat itu akan hilang meskipun zikir yang kita lakukan tetap sama.

Mari kita sambut dunia baru dimana Islam akan kembali lagi seperti zaman Nabi SAW masih hidup, zaman kegemilangan Islam, tasawuf sebagai ruh Islam akan mampu membangkitkan kembali kejayaan Islam sehingga benar-benar menjadi rahmat untuk seluruh dunia…

5 Comments

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: