Nasehat,  Pemikiran

HOAX (Bag. 3, Selesai)

Fikiran pun demikian bekerja dengan prinsip Hukum Tabur-Tuai, ketika anda menanam kebaikan, memberikan nasehat, berkata yang baik, memberikan informasi bermanfaat maka “biji” kebaikan yang telah anda tabur akan menghasilkan puluhan atau ratusan kebaikan dan ketika tiba saatnya akan kembali kepada anda, bisa berwujud dalam bentuk rizki berlimpah, didekatkan dengan orang-orang baik ataupun disenangi banyak orang, termasuk sehat fisik dan mental.

Sebaliknya jika anda menabur “biji” keburukan, hoax, fitnah, informasi negatif, maka hal terebut akan tumbuh di alam dan ketika tiba saatnya akan kembali kepada anda dengan jumlah puluhan atau ratusan dalam bentuk informasi lebih buruk, sakit, diperlakukan tidak enak, pertengkaran dan lain-lain.

Pertengkaran dalam rumah tangga antara suami dengan istri adalah hal yang wajar, namun kemudian menjadi tidak wajar kalau pertengkaran tersebut menjadi konsumsi publik. Istri meneritakan keburukan suaminya begitu juga sebaliknya sebenarnya dia sendang menanam “biji-biji” negatif yang akan dipanen dalam jumlah lebih banyak.

Karena alasan itulah persoalan pribadi dalam rumah tangga tidak boleh diceritakan kepada siapapun karena akan mengudang masalah lain tanpa kita sadari. Lalu jika kita mempunyai masalah kemana kita akan menyampaikan? Kemana lagi kalau bukan kepada Sang Maha Segala-galaNya, Dia lah yang bisa menyelesaikan segala problem kita.

Jadi berhentilah menjadi reporter berita karena bukan itu tugas anda, berhentilah menyebar informasi karena anda bukan bekerja di Kominfo, tugas anda sebenarnya adalah terus menerus berusaha memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah sampai nanti tiba saatnya anda dipanggil oleh Sang Maha Kuasa, anda berada dalam keadaan siap.

Berhentilah anda menyebar hoax meskipun atas nama agama, menuduh si A tidak shalat, menuduh kelompok B berbuat bid’ah, menuduh golongan C masuk neraka, sudah lah… nanti di akhirat anda tidak pernah ditanya tentang orang lain apalagi kelompok dan aliran-aliran, anda ditanya tentang diri anda sendiri, Allah SWT tidak pernah meminta anda mempertanggungjawabkan keselahan orang lain, tapi kesalahan diri anda sendiri.

Cara terbaik menghindari hoax adalah dengan mengaktifkan kerja akal sehat kita. Setelah menerima informasi berikan kesempatan sejenak otak menganalisa informasi tersebut, jangan langsung memberikan respon. Misalnya tentang penculikan anak dengan tujuan dijual ginjal dan organ penting lainnya, coba ajukan pertanyaan dalam diri :

Dimana operasi transplantasi organ itu dilakukan? Indonesia atau Luar Negeri?

Jika di Indonesia, harusnya tidak terlalu sulit menelusuri dimana tempat pelaksanaan operasi tersebut, pasti ditempat yang memiki peralatan lengkap dalam hal ini rumah sakit. Jika di luar negeri seberapa lama organ tubuh itu bisa bertahan diluar tubuh?

Bagi penerima organ, bukankah lebih baik jika mereka menerima organ tubuh dari donor yang masih hidup?

Apakah orang yang rela mengeluarkan uang milyaran itu bersedia menerima organ tubuh begitu saja tanpa proses pemeriksaan kecocokan terlebih dulu?

Pertanyaan-pertanyaan kritis itu perlu diajukan agar kita tidak mudah memakan begitu sajak hoax yang membuat jiwa raga menjadi sakit.

Untuk perang atau keperluan lain, Negara memiliki kepentingan dan wewenang untuk menciptakan propaganda, salah satunya hoax dan itu wajar-wajar saja, dilakukan oleh lembaga resmi negara dalam hal ini Lembaga Inteligen. Hoax terkadang diciptakan untuk meredam isu tertentu demi kepentingan lebih besar atau demi kestabilan nasional.

Bagi diri kita sendiri, hoax tidak memiliki keuntungan sedikitpun, bahkan mendatangkan dosa besar tanpa kita sadari. Maka berhentilah menjadi pecipta dan penyebar hoax karena seperti kami jelaskan diatas tentang hukum pasti di alam, apa yang kita tanam akan kita tuai, maka tanamlah sebanyak-banyaknya kebaikan.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua dan menutup tulisan bersambung 3 bagian ini, kami mengutip Firman Allah SWT tentang larangan keras untuk menyebarkan Hoax dalam al Qur’an surat An-Nur ayat 14-15

Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.

(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar.”

“dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar.

3 Comments

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: