Nasehat,  Tasauf

TERASING

kapal-layarSaya tulis tulisan ini untuk sahabat sahabat saya tercinta yang sedang mengalami cobaan hidup, jatuh ekonomi nya atau pun terguncang perahu rumah tangganya agar tetap bersabar dan terus ber-ikhtiar menyelesaikan segala persoalannya karena tangan-Nya Yang Maha Perkasa akan datang membantu ketika tangan hamba yang lemah bergerak.

Seluruh Nabi mengalami ujian berat dalam hidupnya dan begitu juga seluruh Wali mendapat predikat kewaliannya setelah melewati berbagai macam cobaan hidup. Kita bukanlah wali apalagi Nabi, akan tetapi sebagai pengikut nabi paling tidak akan melewati jalan yang telah ditempuh oleh Beliau. Kalau di jalan itu ada lumpur maka kita juga akan terkena lumpur, begitu juga kalau jalan tersebut dalam kondisi terbuka ditengah terik matahari maka rasa panas membakar kulit juga ikut kita rasakan.

Saya masih ingat cerita Guru tentang Ilmu Anggur. Pohon Anggur untuk bisa berbuah harus dirontokkan dulu seluruh daunnya, itu syarat yang berlaku. Kalau anggur tersebut tidak dipangkas maka dia tidak berbuah banyak atau bahkan tidak berbuah sama sekali. Manusia pun akan mengalami fase “dipangkas” oleh Allah SWT agar kemudian dia bisa “berbuah” dengan buah yang manis dan banyak.

Ketika fase dipangkas ini, anggur akan mengalami penderitaan berat, kekurangan makanan, merasakan panas dan itu harus dilewati dengan sabar sampai pucuk pucuk muda muncul, kemudian buahpun secara perlahan namun pasti mulai Nampak satu persatu diantara daun daun muda.

Di dunia ini seluruhnya mengalami fase cobaan, lihatlah induk ayam, ketika ingin menghasilkan keturunan dan kehidupan baru, maka dengan sabar selama 21 hari dia mengurangi makan dan minum dan tidak berpindah dari tempat pengeraman sampai telur-telurnya menetas menjadi anak ayam.

Allah SWT menguji setiap hamba-Nya yang beriman tidak lain sebagai wujud kasih sayang-Nya kepada hamba agar kualitas hamba naik menjadi sempurna. Para Nabi mengalami ujian dan cobaan sangat berat dalam hidupnya bahkan nyaris kepada kondisi tahap putus asa. Nabi Yunus senantiasa menasihati kaumnya namun tidak ada seorang pun yang beriman di antara mereka. Datanglah suatu hari kepada Nabi Yunus di mana beliau merasakan keputusasaan dari kaumnya. Hatinya dipenuhi dengan perasaan marah pada mereka namun mereka tidak beriman. Kemudian beliau keluar dalam keadaan marah dan menetapkan untuk meninggalkan mereka.

Dalam keputusasaan dan kebimbangan dan dalam derita yang berat di “Perut Ikan”, Nabi Yunus berdoa kepada Allah SWT, doa yang sangat terkenal di kalangan sufi : Laa ilaaha illa anta. Subhaanaka, innii kuntu minaz zhaalimiin  “Tiada Tuhan melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya, tolongkanlah daku)! Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri”.(QS Al-Anbiya’ : 87).

Doa di dalam “Perut Ikan” selama 3 hari 3 malam tanpa putus dipanjatkan oleh Nabi Yunus dalam kondisi gelap gulita dan setelah Beliau keluar dari “Perut Ikan”, maka di dapati oleh Beliau ummatnya sudah berubah, mau mengikuti dakwah Beliau. Dalam “Perut Ikan” selama 3 hari 3 malam itulah Nabi Yunus fokus beribadah kepada Allah. Ada persamaan dengan problem yang anda hadapi, jika sudah berturut turut datang menimpa dalam hidup, bisa jadi itu kesalahan dan dosa sebagaimana yang dialami oleh Nabi Yunus, maka segera masuk ke dalam “Perut Ikan” selama 3 hari 3 malam, tentu saja dibawah bimbingan orang yang telah berulang kali masuk dalam “Perut Ikan” dengan cara itu segala persoalan selesai. Itulah yang disebut menyelesaikan persoalan secara rohani setelah akal dan badan tidak mampu menyelesaikannya.

Apa yang dilakukan Nabi Yunus dalam perut ikan adalah secara terus menerus memohon ampunan atas kesalahannya dan atas doa yang tulus ini Allah mengabulkan permohonan Nabi Yunus. Memperbanyak mohon ampun kepada Allah adalah salah satu yang sangat di anjurkan oleh Rasulullah SAW untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam hidup kita. Dari Abdullah bin Abbas ra berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Baihaqi dan Ath-Thabarani).

Ketika tidak satu pun manusia bisa diharapkan untuk membantu, tidak satu saudara pun yang mau menolong, ingatlah kita masih mempunyai Sang Maha Setia yaitu Allah SWT dan Dia lah sebaik-baik penolong kepada kita. Minta ampunlah kepada-Nya dengan sebenar-benarnya mohon apun agar Dia mengampuni dosa dan kesalahan kita. Ketika dosa dan kesalahan diampuni maka kondisi kita akan dekat dengan-Nya, dalam kondisi dekat itulah doa kita dikabulkan-Nya.

Ambillah waktu untuk mengasingkan diri (khalwat) dimana disana hanya ada dirimu dan diri-Nya semata dalam keterasingan itulah Allah SWT akan memberikan ilham kehati hamba termasuk terhadap persoalan yang dihadapi.

Ketika “Perahu” kehidupan goncang, “Perahu” rumah tangga akan karam maka segera melompat ke dalam “Perut Ikan”  beristighfar memohon ampunan dari Allah agar segala badai dan goncangan itu menjadi hilang dan perahu pun berlayar dengan tenang.

Sahabat, dalam keterasingan itulah engkau akan menemukan kasih sayang-Nya, akan menemukan kedekatan dengan-Nya dan dalam keterasingan itulah kesempatan dirimu untuk kembali menjadi “DIRI”.

38 Comments

Tinggalkan Balasan ke SufiMudaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca