Berdamai Dengan Diri
Malam selasa penuh berkah dimana para pecinta bergegas penuh semangat mendatangi Sang Kekasih, sebagian menyebut sebagai “Pelepas Rindu”, sebagian lain menyebut “Mengambil Berkah”, tidak salah juga kalau ada yang menyebut “sebagai wujud patuh” dan pada umumnya menyakini sebagai tradisi tarekat yang sudah ada sejak zaman Nabi yaitu dzikir berjamaah setelah shalat Isya di malam Selasa dan malam Jum’at.
Dzikrullah atau mengingat Allah adalah amalan yang tidak terhingga nilainya, disebut dalam al-Qur’an dan Hadist. “Berdzikirlah (Ingatlah) kamu pada-Ku, niscaya Aku akan ingat pula padamu! ” (Al–Baqarah :152). Makna ayat di atas apabila seorang hamba berdzikir (ingat) kepada Allah dengan metodologi yang tepat, maka Kalimah Allah yang asli berasal dari Allah akan diberikan dan turun kepada si hamba, barulah dia memperoleh kemenangan dunia akhirat. Dzikir tanpa metodologi akan menjadi sekedar menyebut saja, tanpa ada power sama sama sekali.
Sama halnya dengan shalawat, Nabi SAW bersabda “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali shalawat, maka Allah memberi rahmat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim). Bershalawat pun tidak sekedar mengucapkan tapi harus menggunakan metodologi yang tepat. Kalau direnungi secara dalam, untuk apa kita mendoakan Nabi, bukankah Beliau sudah sejahtera dan selamat? Padahal yang belum selamat justru kita. Disinilah rahasia paling dalam dari shalawat, ketika kita bershalawat maka akan tersambung ruhani kita dengan ruhani Rasulullah SAW yang di dalamnya sudah ada Nur Allah, ibarat kabel listrik, sambungan ini akan menurunkan arus secara langsung kepada kita dari sisi Allah SWT. Bershalawat dengan metodologi yang tepat ini akan membuat sambungan langsung diri kita dengan Rasulullah SAW dan otomatis tersambung langsung juga kehadirat Allah SWT, inilah kunci rahasia kemenangan ummat Islam sejak zaman dulu. Metodologi untuk mengamalkan ini semua disebut dengan Thareqatullah atau lazim dikenal dengan tarekat.
Kami pribadi sekian lama istiqamah mempraktekkan metodologi ini, belajar langsung kepada Guru Mursyid yang Kamil Mukamil, yang ahli di bidang tasawuf/tarekat, dari sana kami mengambil kesimpulan bahwa tanpa menggunakan metodologi yang tepat maka ajaran-ajaran agama hanya menjadi rutinitas dan formalitas semata. Tujuan utama tarekat tidak lain agar kita benar dan sempurna melaksanakan syariat sehingga rahmat dan karunia Allah turun dengan deras dari langit.
Setelah menekuni tarekat maka kita bisa masuk kepada dunia “rasa”, hal yang masih spekulatif di dunia syariat. Hal-hal gaib yang menjadi misteri tapi wajib kita yakini menjadi nyata dalam dunia tarekat, tentu setelah melewati tahapan-tahapan. Kunci pokok dalam mengamalkan Tarekat bukanlah pada jenis amalannya, karena amalan-amalan tersebut bisa di baca di kitab-kita tarekat/tasawuf karya para syekh terdahulu, kuncinya ada pada Guru Mursyid, Sang Ahli yang mampu membimbing para murid setahap demi setahap hingga mencapai tujuan.
Dengan mengamalkan Tarekat maka janji Allah dalam al-Qur’an tentang keutaman ibadah dan dzikir dapat terealisasi. Salah satu dari sekian banyak janji dan jaminan Allah akan keutamaan dzikir adalah barangsiapa yang berdzikir maka hatinya menjadi tenang dan damai. Ketenangan ini benar-benar hadir dan merasuk ke dalam hati, sehingga gemuruh duniawi tidak mampu mempengaruhi ketenangan hatinya.
Persoalan serumit apapun bisa selesai dengan dzikir kepada Allah, karena ketika berdzikir maka Allah menyalurkan cahaya-Nya kepada hati si hamba, dengan sinar yang begitu terang tersebut secara otomatis akan menghapus segala kegelapan, menghapus bala tentara syetan yang selalu bersemayam dalam diri anak manusia tanpa kecuali.
Hanya Dzikir dengan menggunakan metodologi warisan Rasulullah akan membuat ummat ini mengalami kemenangan dunia akhirat. Kalau para sahabat merasakan nikmat iman yang sulit tergambar dengan mata, sulit terungkap dengan kata, maka “Rasa” ini pasti sama kita rasakan jika kita menggunakan ilmu dan rumus yang sama. Hal ini lah yang membuat Nabi mengatakan lebih mencintai ummat akhir zaman yang tidak pernah berjumpa secara zahir dengan Beliau tapi memiliki “rasa” yang sama dengan ummat yang hidup dengan Beliau.
Terpenting dari semua itu adalah kita akan selalu bisa berdamai dengan diri sendiri, bisa menerima apapun yang diberikan Allah kepada kita, baik ataupun buruk, inilah hakikat menjadi hamba Allah. Proses menuju kesana memerlukan bimbingan, ujian dan berbagai macam rintangan harus dilewati sehingga sang murid yang dibimbing menjadi insan kamil, manusia yang sempurna dalam pandangan Allah.
Tulisan yang saya tulis tadi malam setelah shalat Magrib dan tidak selesai karena sudah masuk waktu Isya, saya lanjutkan lagi pagi ini, sMoga dapat memberikan manfaat kepada sahabat semua para pembaca sufimuda.net. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin!
23 Comments
bubukomando
The top artikel
Saman
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..
Duhai sufi muda. Sudi kiranya sufi muda mendo’akan saya (dan kluarga saya) yg lemah ini agar di jauh kan dari kemalasan,kefakiran dan di lepaskan/jauhkan dari belenggu hutang.
Dan sudi kiranya sufi muda membimbing saya.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..
SufiMuda
Wa’alaikum salam wr. wb.
Doa saya untuk anda sekeluarga, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga persoalan2 hidup bisa selesai, Aamiin 3x ya Rabbal ‘Alamin
semoga Allah mempertemukan kita dalam kasih dan sayang-Nya.
fredykoboi
Sufimuda dari dulu sy ingin berjumpa dgn anda dan ingin kiranya saya belajar dgn anda
rudi iskandar
assalamualaikum,, saya pernah di talkin di pst suryalaya thn 2002.,,belum mengerti apa apa..(awam dan fasiq)dan kini ada rasa rindu ingin mengamalkanr dzikir tsb..namun metode nya sy g bisa…mohon pencerahannya.. dan juga sya hanya belajar dari mp 3 kh zezen zaenal mustofa(alm),,apa yg harus sya lakukan..?
Rudi Iskandar
Guru.kemana mesti ku tuju arah ini?sang pendosa merindukan mursyd.
Dikirim dari Yahoo Mail pada Android
Ruslianto
Ass.
Ini tulisan bagus, dan saya anggap diantaranya termasuk tulisan-tulisan pilihan juga dari Bg.SM,.. pada ksempatan ini berharap agar yg singgah diblog ini baik yg kesasar ataupun yang rutin mengikuti tulisan Bg.SM,… agar membacanya secara seksama… jika merasa “belum” begitu faham atau menganggap tulisan diatas, (hanya) biasa-biasa saja- khusus saya sarankan agar membacanya minimal 7 X ber-ulang ulang dengan durasi lambat, sMoga yang mbacanya mendapat petunjuk dan Hidayah dariNYA (Ammiinn).
Tulisan diatas mbuat saya terkesima,.. merangkai angan saat Abu Bakar r.a tergopoh-gopoh “sowan” kepada Rasulullah SAW,..bercurhat (empat mata),…sambil berkata : “Ya Rasulullah,.. pandanganku begitu jelas dan terang bahkan lebih terang dari zahirnya,.. apakah itu ya, Rasulullah,..” Rasul menjawab; “ Ya Abu Bakar sahabatku,… agar engkau memegangnya dengan erat, jangan engkau lepaskan”. .. “Tapi ya Rasulullah ketempat,……. (maksudnya,..WC), Dia pun menyertaiku,…” (Maksud Abu Bakar “jika” itu sesuatu yang suci mengapa ditempat yg kurang baik dan masih “ada”). Rasul menjawab; “Pegang ia erat-erat jangan engkau palingkan wajahmu, Ya Abu Bakar , seperti halnya engkau mengkatupkan gigi gerahammu…”
Pertemuan (curhat) Abu Bakar r.a dengan Rasulullah itu, terdengar juga oleh Ali Bin Abu Tholib r.a,… dan dari Abu Bakar r.a berbisik pula dengan Jafar r.a dan Salman Al Farisi r.a, mereka sepertinya “sepakat” bahwa ini-lah yang didengung-dengungkan Rasululah SAW, sebagai Ahli Sunnah Wal Jama’ah (Ahli = Pakar) sedangkan (maksud) Sunnah, ialah (mengikut) Sunnatullah dan mengikut (pula) Sunnah Rasulullah SAW (zahir dan bathin).
Kembali,.. dan sebelum atau mungkin setelah pertemuan dengan Abu Bakar itu Rasulullah menerima wahyu yang disampaikan Jibril,… dinukilkan dalam Firmannya,…QS.Asy-Syura(42) ayat 52 : ………………Bersambung.
SufiMuda
wa’alaikum salam
Terimakasih Bang Ruslianto.
Syaidina Abu Bakar Shiddiq dan sahabat lain diajarkan metode ini oleh Rasulullah, menghubungkan rohani ummat dgn rohani Rasul yang tidak ada kamus kalah.
Mudah2an seluruh ummat Islam menemukan kembali warisan berharga ini. Tujuan utama dari sufimuda.net adalah ke arah sana..
Salam
Ruslianto
Kembali,.. dan sebelum atau mungkin setelah pertemuan dengan Abu Bakar itu Rasulullah menerima wahyu yang disampaikan Jibril,… dinukilkan dalam Firmannya,…QS.Asy-Syura(42) ayat 52 : ………………Bersambung.
Wa kazalika auhainaa ilaika ruuham min amrinaa, maa kunta tadri maal kitaabu wa lal iimaanu, wa laakin jaa’alnaahu nuuran nahdi bihii man nasyaa’u ‘ibaadinaa, wa innaka lathdii ilaa syiraatim mustaqiimm.
Dan begitulah Kami wahyukan kepadamu satu jiwa (ruuham) dari sisi Kami, padahal engkau tidak tahu (sebelumnya) apakah dia (itu-berupa) kitab dan apakah dia (itu-berupa) iman, Tetapi Kami jadikan dia nur (jaa’alnaahu nuuran), yang Kami pimpin dengannya siapa yang Kami kehendaki dari hamba-hamba Kami, dan sesungguhnya engkau akan memimpin (manusia) ke jalan yang lurus.
Kembali,… dan pada saat akhir menjelang Rasulullah SAW, berpulang ke rahmatullah,… pada saat itu Abu Bakar dan Para Sahabat lainnya sedang menanti melaksanakan sholat shubuh (yg biasanya Rasulullah SAW menjadi imam sholat),.. Rasulullah yg sedang sakit kala itu, memberi syarat dengan tangan, agar Abu Bakar melanjutkan sholat shubuh dan Abu Bakar menggantikannya sebagai imam, …. Isteri Nabi saat itu berkata bahwa; bahwa Abu Bakar setiap sholatnya selalu menangis, sehingga bacaan dalam sholat agak kurang jelas,… Nabi tersenyum (teringat saat apa Abu Bakar curhat kala itu),.. dan agar perintahnya tetap Abu Bakar menjadi imam sholat, ,…
Pada detik-detik terakhir Rasulullah SAW wafat,… menyebut ummati,.. ummati,… ummati,… (seakan akan “sangat” mengkuatirkan sesuatu terjadi dibelakanghari kepada ummatnya, jika tidak mendapatkan “chanel” seperti yang didapati Abu Bakar r.a).
Allohu ‘alamm bishowab.
Demikian,..sMoga bermanfaat.
wiraranau
Wahai Sufi Muda, bagaimana kebenaran itu bisa dibuktikan dengan jelas dan terang jika hanya menggunakan “rasa”?
SufiMuda
“Rasa” itu bukan untuk membuktikan kebenaran.
Ketika manusia mencari kebenaran maka selamanya dia akan terjebak dalam perdebatan2 dan keraguan. Tujuan tarekat adalah mencapai kehadirat Allah.
Ketika Allah SWT sebagai pemilik Kebenaran telah kita jumpai maka kebenaran tidak perlu lagi di cari.
Menjumpai dalam maqam Musyahadah (Menyaksikan), bahwa tdk ada keraguan sedikit pun yang disaksikan adalah Dzat Allah SWT, Tuhan seru sekalian Alam.
Rasa adalah salah satu wujud pancaran kasih sayang-Nya ke dalam diri hamba.
Ini menurut pendapat saya, bisa benar dan bisa salah karena sesungguhnya hanyalah Allah yang Maha Benar.
Demikian
farid sudibyo
asalammualaikum Sufi Muda…
Tulisan yg sangat ringkas tapi sangat bermakna dan mendalam. alhamdulilah bang Sufi muda lewat blog ini membawa saya setahap demi setahap mulai terasa ketenangan batin ini. dengan metode yg Sufi Muda sampaikan dan telah saya jalankan untuk mencari ridho Allah swt lewat seorang guru tarekhat . hati sdh mulai terasa ada kehadirannya di setiap saat seiring dhikir qolbu yg terus terucap. tak jarang air mata bercucuran tatkala menjalankan sholat. Wahai sufi muda mohon doanya agar saya semakin dekat dengan Allah swt agar bisa menjadi kekasihnya ..amin..
tak lupa saya doakan jg agar Sufi Muda ditambah-tambah kemulyaan oleh Allah swt..Amin ya Rob…
Ruslianto
Ass. Sdr.Wiraranau
Pertanyaan anda, kpd.Ab.Sufi Muda, sperti bagaimana kebenaran itu bisa dibuktikan dengan jelas dan terang jika hanya menggunakan “rasa”?
Yang dimaksud dengan “rasa” itu bukan skedar ; asin,manis,asam,pahit saja tapi bisa juga sedih , senang, ta’jub, takut, berani,getaran jiwa, kagum, jika dikaitkan dengan kebenaran, maka Allah SWT ber-firman dalam Al Qur’an ; QS.An Naziat(79) ayat 17-19 :
Izhab ilaa fir’auna innahu tagaa-Faqul hall aka ilaa an tazhaka-Wa ahdiyaka ilaa rabbika fataksyaa.
Pergilah kamu (Musa.a.s) kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas- dan katakanlah (kepada Fir’aun); “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri “- Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya”
“Kalimat Allah SWT, diatas sangat jelas dan wajib disampaikan oleh Nabi Musa kepada Fir’aun, Kesatu : Adakah niat untuk membersihkan diri (jiwa) ? – Kedua ; Jika ada, maka akan dipimpin supaya “timbul” rasa takut.
Begitu pentingkah rasa “takut” bagi jiwa dan keimanan manusia ?…. sangat penting,… bukankah banyak orang yang men yebut “Allah” , tapi belum bergetar hatinya ?.
Renungkanlah,… sMoga bermanfaat.
Wass.
R. Anggorodjati
🙂
R. Anggorodjati
🙂 terima kasih wahai Sufi Muda
farid sudibyo
asalammualaikum Sufi Muda…
Tulisan yg sangat ringkas tapi sangat bermakna dan mendalam. alhamdulilah bang Sufi muda lewat blog ini membawa saya setahap demi setahap mulai terasa ketenangan batin ini. dengan metode yg Sufi Muda sampaikan dan telah saya jalankan untuk mencari ridho Allah swt lewat seorang guru tarekhat . hati sdh mulai terasa ada kehadirannya di setiap saat seiring dhikir qolbu yg terus terucap. Tak jarang air mata bercucuran tatkala menjalankan sholat. Wahai sufi muda mohon doanya agar saya semakin dekat dengan Allah swt agar bisa menjadi kekasihnya ..amin..
Tak lupa pula saya doakan agar Sufi Muda selalu ditambah-tambah kemulyaan oleh Allah swt..Amin ya Rob…dan semoga Allah Swt dapat mempertemukan saya secara langsung dengan Sufi Muda …amin..
SufiMuda
wa’alaikum salam..
Syukur Alhamdulillah, terimakasih atas doanya yang tulus ikhlas.
sMoga Allah senantiasa menuntun dan membimbing anda agar semakin dekat dengan-Nya
Amin ya Rabbal ‘Alamin
Uswah hasanah
Assalamu’alaikum wr wb
aamiin ya robbal’aalamiin
Komari Anwar
Assalaamu’alaikum wr wb
Sufi muda yang di muliakan Allah
Mohon diberitahu Guru Mursyid yang kamil mukamil di Jakarta, saya tinggal di Ciledug.
Trimakasih sebelumnya.
Wassalaamu alaikum wr wb
orang gila
Aassalamualaikum sodarq.. .sebenarnya Ada mursyid yg anda Cari Di jakarta.cmn Allah blm mempertemukan kpada anda.
siti alladunni
Amiin ya Robbal ‘Alamiin
Pingback:
Hadi
Assalamualaikum tuan sufimuda.
Nama saya Sufian Hadi.
Saya hanya orang yang baru mula belajar. Mohon ijin tuan sufimuda menghalalkan akan ilmu yang sedikit sebanyak membantu saya dalam cuba memahami. Insya Allah.