Kisah Hikmah

Memahami Cinta Allah

sujud1Di sebuah negeri zaman dulu kala, seorang pelayan raja tampak gelisah. Ia bingung kenapa raja tidak pernah adil terhadap dirinya. Hampir tiap hari, secara bergantian, pelayan-pelayan lain dapat hadiah. Mulai dari cincin, kalung, uang emas, hingga perabot antik. Sementara dirinya tidak.

Hanya dalam beberapa bulan, hampir semua pelayan berubah kaya. Ada yang mulai membiasakan diri berpakaian sutera. Ada yang memakai cincin di dua jari manis, kiri dan kanan. Dan, hampir tak seorang pun yang datang ke istana dengan berjalan kaki seperti dulu. Semuanya datang dengan kendaraan. Mulai dari berkuda, hingga dilengkapi dengan kereta dan kusirnya.

Ada perubahan lain. Para pelayan yang sebelumnya betah berlama-lama di istana, mulai pulang cepat. Begitu pun dengan kedatangan yang tidak sepagi dulu. Tampaknya, mereka mulai sibuk dengan urusan masing-masing.

Cuma satu pelayan yang masih miskin. Anehnya, tak ada penjelasan sedikit pun dari raja. Kenapa beliau begitu tega, justru kepada pelayannya yang paling setia. Kalau yang lain mulai enggan mencuci baju dalam raja, si pelayan miskin ini selalu bisa.

Hingga suatu hari, kegelisahannya tak lagi terbendung. “Rajaku yang terhormat!” ucapnya sambil bersimpuh. Sang raja pun mulai memperhatikan. “Saya mau undur diri dari pekerjaan ini,” sambungnya tanpa ragu. Tapi, ia tak berani menatap wajah sang raja. Ia mengira, sang raja akan mencacinya, memarahinya, bahkan menghukumnya. Lama ia tunggu.

“Kenapa kamu ingin undur diri, pelayanku?” ucap sang raja kemudian. Si pelayan miskin itu diam. Tapi, ia harus bertarung melawan takutnya. Kapan lagi ia bisa mengeluarkan isi hati yang sudah tak lagi terbendung. “Maafkan saya, raja. Menurut saya, raja sudah tidak adil!” jelas si pelayan, lepas. Dan ia pun pasrah menanti titah baginda raja. Ia yakin, raja akan membunuhnya.

Lama ia menunggu. Tapi, tak sepatah kata pun keluar dari mulut raja. Pelan, si pelayan miskin ini memberanikan diri untuk mendongak. Dan ia pun terkejut. Ternyata, sang raja menangis. Air matanya menitik.

Beberapa hari setelah itu, raja dikabarkan wafat. Seorang kurir istana menyampaikan sepucuk surat ke sang pelayan miskin. Dengan penasaran, ia mulai membaca, “Aku sayang kamu, pelayanku. Aku hanya ingin selalu dekat denganmu. Aku tak ingin ada penghalang antara kita. Tapi, kalau kau terjemahkan cintaku dalam bentuk benda, kuserahkan separuh istanaku untukmu. Ambillah. Itulah wujud sebagian kecil sayangku atas kesetiaan dan ketaatanmu.”

Kisah diatas apakah benar terjadi atau hanya sebuah kisah yang dikarang untuk diambil hikmahnya, bagi saya keseluruhan cerita diatas memberikan kesadaran akan misteri cinta Ilahi. Kita selalu menginginkan Allah mencintai dan memperlakukan kita sebagaimana yang kita inginkan akan tetapi tidak pernah direnungi sesaat bagaimana keinginan Tuhan memperlakukan kita.

Pernahkah kita merenung sesaat, bisa jadi jalan hidup yang sedang kita alami (baik atau buruk) merupakan rencana Tuhan agar kita selalu bisa dekat dengan-Nya. Tuhan mempunyai rencana yang begitu hebat agar kita sebagai hamba selalu bisa dekat dengan-Nya. Bisa jadi cobaan yang diberikan Allah kepada kita bukan sebuah bala akan tetapi bentuk lain dari cinta-Nya kepada hamba, cinta Allah yang ingin melihat tangisan hamba-Nya.

Saya menutup tulisan ini dengan sebuah hadist dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Tarmidzi, Baginda Nabi bersabda, ““Tidak masuk neraka orang yang menangis karena takut Allah hingga susu kembali lagi ke kantung susu dan tidaklah menyatu debu dijalan Allah dan debu jahannam.”.

Semoga kita menjadi orang yang selalu Ridha dengan apa yang diberikan Allah sehingga Allah menjadi Ridha dengan kita, amin ya Rabbal ‘Alamin

29 Comments

  • mohamad subhan

    banyak makna yang terkandung dalam sebuah kisah, trima kasih Sufi Muda.Abang banyak memberi inspirasi, aku sering membaca tulisan Abang berulang-ulang. kadang hati bergetar dahsyat,kadang sampai menangis.terima kasih Abangda, dengan bantuan Abang lewat tulisan akhirnya aku bisa menemukan seorang Guru. Doakan agar aku Istiqomah dijalan ini. Jasa Abangda Sangat besar dalam kehidupanku. banyak-banyak trimakasih yg ingin kuucapkan, kiranya tak cukup utk kuungkapkan.

  • sronodh

    Barangkali ada yang bersedia secara ikhlas untuk share bagaimana caranya meningkatkan saling cinta antara Al’Lah dan kita, ciptaanNya. Semoga ada jawaban yang konkrit, apakah puasa, dermawan, dan bukan sekedar klise, “ikuti perintahnya dan jauhi laranganya”.

  • Muhammad Dharmawan

    Apakah jawaban saudara Jika suatu saat kelak Allah Swt Pencipta, Pemilik(Rabb), dan Penguasa(ilah) alam semesta dan segala isinya ini bertanya kepada saudara, Siapakah kamu dan Siapakah AKU ? Apakah yang akan saudara jawab? atau apakah saudara akan menjawab ” aku adalah aku dan Kamu adalah Kamu”, sebagaimana jawaban yang pernah diberikan oleh nafsu ketika pertama ia diciptakan! Atau seperti Fir’aun, dll.
    Atau saudara akan menjawab “aku adalah Engkau dan Engkau adalah aku” seperti jawaban Al halaj, syech siti zenar, atau ajaran manunggaling kawula gusti, juga seperti ajaran kitab weda, bhagawat gita “ajaran sri khresna kepada arjuna” tentang wahdatul wujud, atau ajaran trinitas oleh paulus, dan sejenisnya
    Atau saudara akan menjawab sesuai dengan tuntunan Al Qur’an, yang diimani oleh para Nabi dan Rasul Allah yaitu “Engkau adalah Penciptaku dan Rabb(Pemilik/Tuan)ku dan aku adalah ciptaan dan abdi/hambaMU. sebagaimana ungkapan Nabi Isa,as “Engkau mengetahui segalanya tentang aku dan aku tidak mengetahui apapun tentang Engkau” atau ungkapan “Tidak ada Penguasa selain Engkau dan aku termasuk orang yang sesat. Atau ungkapan Nabi Ibrahim as ialah aku tidak tunduk dan patuh pada apa yang ada dibumi ataupun yang ada dilangit tetapi aku hanya tunduk, patuh dan setia hanya kepada ZAT yang telah menciptakanku dan menciptakan segala yang ada dilangit dan dibumi!

    • SufiMuda

      Suatu saat kelak?? Brati nunggu kiamat dulu baru bisa ditanya oleh Allah.
      Seorang mukmin akan terus bisa berdialog dgn Allah dalam shalat dan munajatnya, kalau blm bisa berdialog brati blm sempurna iman nya.

      Saya yakin Allah gk menanyakan pertamyaan itu ke saya, kenapa? Karena Allah Maha Cerdas, Dia tahu kepada siapa yang harus ditanyakan kepada siapa yang tidak.

      Lucu rasanya kalau SBY presiden RI nanya, “Siapa aku?” Kepada menteri dan pegawai2 nya, sangat menggelikan.
      Mungkin kalau lagi iseng, dalam kunjungan ke TK atau playgroup atau anak kelas 1 SD bisa jadi SBY nanya, “siapakah aku?” Untuk menguji anak2 kecil itu.

      Memang dalam pelajaran di TK atau SD, mereka disuruh hapal nama presiden, hal ini tidak diwajibkan lagi di SMP, SMA atau universitas, krn mrk udah pasti hapal.

      Guru TK pasti menakut nakuti anak2 didiknya, “kalian harus hapal nama presiden, kalau nanti tiba2 bapak presiden datang dam bertanya kan malu gk bisa jawab”.

      Begitulah pelajaran di TK sementara di universitas mrk belajar bagaimana bisa jadi pegawai presiden, bisa mengabdi kepada presiden, mencintai negara sehingga setiap saat mereka bisa selalu bisa bersama presiden dibawah naungan presiden.

      Mudah2an anda paham…

        • Ruslianto

          Ass.
          Yth.Bg.SM, ,…………… “Suatu saat kelak” ??? kiranya ada yang menduga-duga seperti Allah SWT bertanya, padahal ini pertanyaan seperti (itu) pernah ditanyakan Allah (doeloe), kepada Sdr. Dharmawan dan Bg.SM serta Kita semua semasa di alam roh, apakah mungkin “nanti” ditanya lagi ? DAN pertanyaan Allah tsb, telah di jawab oleh Bg.SM (sewaktu)di alam roh, ah mungkin Sdr.Dharmawan dah lupa kali yee, yaitu sebelum Sdr.Dharmawan lahir di dunia (ini), masih di alam roh ? Atao Sdr.Dharmawan tidak tau ? ah pura-pura engga tau kali yaa. He he he (jangan tersinggung canda di Bulan Ramadhon).

          Al-A’raaf ayat 172 :
          Wa iz akhaza rabbuka mim banii aadam min zuhurihim zurriyyatahum wa asyhadahum ‘alaa anfusihim, alstu bi rabbikum, qaaluu balaa syahidnaa, an taqulu yaumal-qiyamati innaa kunna ‘an ghafiliin.
          Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakangmu) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman); “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?” Mereka menjawab , “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi “. (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan , “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”.

          Wass.sMOGA bermanfaat. Maaf jangan tersinggung.

          • SufiMuda

            Terimakasih Abangda Ruslianto, Kebetulan sekali, saya sedang menulis tulisan tentang itu, insya Allah sudah yang jadwalkan jam 16.00 nanti di posting 🙂

      • rudey

        Assalamu’alaikum…
        Salam kenal..
        Masya Allah..Sangat bermanfaat komen2nya.. Sipenanya mengungkapkan “Rasa” ketauhidan yg hakiki..yg perlu dicermati..yg jika tdk diselami dgn sirr terdalam dpt terpeleset..makanya diperlukan guru pembimbing yg hakiki yg telah sampai kehadiratNya yg dpt mendudukkannya pada kursi tauhid yg Haq yg pd hakikatnya Allah jg yg membimbing lewat perantara mursyid…tetap panduannya adalah Al-quran dan Sunnah Baginda Rasul SAW..shg nyata dan tersingkaplah rasa haqqul yakin dihati yg plg dalam yg tdk adalagi keraguan dgn bashirah penyaksian(musyahadah) atas panduan Al-quran dan Al-hadist tsb..pandailah merasa jgn merasa pandai atau yg lainnya..kenali diri terlebih dahulu baru kita mengenal Allah..bgmana diri kita dibandingkan dgn segala keMaha SempurnaanNya..sampaikan penjelasan disesuaikan dgn kadarnya..pahami pandangan dan pemahaman msg2..jk smua memandang krn Allah..insya Allah dipahamkanNya..kedepankan akhlakul karimah..dgn mencontoh akhlak mursyid yg merupakan foto copyan akhlak Baginda Rasulullah SAW..keep tawadhu..krn sdikit saja besitan dihati yg tdk baik membuka pintu masuk syetan utk menggoda..keep busy to dzikrullah..mohon maaf sebelumnya..wathasimubihabillillahwassallam..

  • amir karyo

    Salam kenal sahabat semua.

    Seandainya… hanya seandainya… jikalau kelak saya ditanya Alloh tentang siapa DiriNya, saya akan jawab mudah saja : Lho, bukannya Panjenengan itu yang menciptakan saya, menggerakkan saya, sekaligus memberi ketetapan pada saya? Kenapa pula bertanya pada saya? Panjenengan kan lebih tahu diri saya ketimbang saya sendiri?

    Aneh kan, kalau Tuhan Yang Maha Tahu pake acara tanya-tanya segala? Apalagi pake acara test? Apalagi kalau pertanyaannya pake bahasa Arab, memangnya Tuhan gak tahu bahasa lain apa? Memangnya Tuhan keturunan Arab? Banyak bahasa di alam ini yang struktur dan kosakatanya jauh lebih baik dari bahasa Arab, idealnya Tuhan akan memakai bahasa yang paling baik di alam ini, yg jelas bukan bahasa Arab.

    Dalil-dalil dan ayatnya mengenai hali ini sudah benar semua, tidak ada yang salah. Cuman saja dibutuhkan alat yang sesuai untuk memahami dalil-dalil atau ayat-ayat tersebut. Karena agama ini keluar dari hati manusia yang suci, maka alat untuk memahami agama hanyalah hati yang bersih dan jernih. Karena sesungguhnya agama ini sarat dengan tamsil atau perumpamaan.

    Munkar berarti tidak sesuai dengan jalurnya, Nakir berarti tidak peduli atau cuek. Bila kita membawa 2 keadaan itu waktu mati, niscaya kita akan berhadapan dengan Munkar dan Nakir.

    Ketidak pedulian kita untuk menemukan kesejatian Alloh dan Rasululloh di alam ini (Nakir) akan membuat kita kebingungan yang luar biasa di alam Barzah, kita akan bertanya pada diri sendiri : Mana itu Alloh? Mana itu Rasululloh? Katanya Tuhan itu ada? Kebingungan tersebut diumpamakan oleh Rasululloh seperti kepala kita dipukul dengan gada hingga pecah.

    Kemudian semua perbuatan kita yang di luar jalur kebenaran (Munkar) akan membuat kita melihatnya dan menangisinya sejadi-jadinya, bahkan menjerit sejadi-jadinya. Jangankan kelak sesudah mati, sekarang saja kita akan sedih luar biasa kalau melihat hasil perbuatan buruk kita di dunia ini mencelakakan orang lain atau merusak alam ini. Terlebih lagi bila kita masih membawa banyak kotoran hati waktu mati, seperti iri, dengki, benci, marah, dendam, sombong, dll. Semuanya hanya akan manambah sengsara kita.

    Jadi siksa kubur itu memang nyata, cuman saja tidak ada siapa-siapa yang menyiksa, diri sendirilah yang tersiksa. Semua hanya berjalan sesuai hukum sebab akibat saja (Sunatulloh). Kita hanya sekedar manuai hasil perbuatan kita semasa hidup. Karena yang menciptakan hukum sebab akibat itu Alloh, ya boleh diibaratkan kalau Alloh sendiri yang menyiksa.

    Orang-orang yang sudah mengenal kesejatian Alloh dan kesejatian Rasululloh (Makrifatulloh dan Makrifaturosul) semasa hidupnya, tidak akan kebingungan dan khawatir di alam Barzah, dia tidak akan bertemu Malaikat Nakir. Tetapi kalau perbuatannya masih di luar jalur kebenaran, dia akan masih bertemu Malaikat Munkar. Karena Makrifat barulah awal dari sebuah perjalanan untuk menuju Wushul atau sampai atau menjadi. Seperti ulat yang dibenci menjadi kupu-kupu yang disenangi banyak orang.

    Orang-orang yang sudah makrifat dan sedang berjalan menapaki kesucian, barulah terbebas dari Munkar dan Nakir. Dia sudah beroleh Surga/Kebahagiaan sejak masih hidup sampe selama-lamanya. Cuman kalau belum Wusul, tetap saja belum sempurna. Bagaimanapun Surga tetap saja makhluk, dan yang namanya makhluk tetap ada batasannya.

    Yang mutlak hanyalah Alloh semata, oleh karenanya wajib bagi setiap manusia untuk mencapai Muhammad, mencapai Alloh. Sesuai sabda Rasululloh : Barang siapa yang telah sampai kepada Aku (Muhammad) maka ia telah sampai kepada Alloh (yang Maha Suci). Karena yang namanya Wushul itu satu saja.

    Mohon maaf atas kelancangan saya.

  • amir karyo

    Teruslah semangat menulis sahabat SufiMuda, semoga bermanfaat bagi banyak manusia. Khasanah hati adalah bagian yang sangat jarang disentuh oleh manusia. Syariat meskipun penting, hanya menyentuh fisik manusia saja, sehingga hanya menciptakan manusia-manusia munafik. Hanya luarnya yang tampak bagus, tapi dalamnya sangat gelap.

    Dengan hati yang penuh dengan hijab, Alloh menjadi gaib. Padahal sesungguhnya Alloh adalah Wujud, sedangkan yang lain adalah tidak ada. Alloh adalah yang nyata sedangkan yang lain adalah semu. Hanya dengan hati yang jernih Alloh mampu disaksikan, Musyahadah adalah wajib, karena ia merupakan tataran dasar dalam perjalanan agama. Qur’an telah menegaskan : Barang siapa yang buta terhadap Alloh semasa hidupnya, maka ia akan lebih buta terhadap Alloh di akhirat. Maka satu-satunya kesempatan untuk mengenal kesejatian Alloh (makrifat) adalah semasa hidup ini.

    Keseimbangan alam ini tetap terjaga karena barokah dari manusia-manusia yang tetap menjaga kebersihan hati. Hujan masih turun ke bumi ini karena mereka, matahari masih bersinar hangat karena mereka, tanaman masih tumbuh karena mereka. Kita berhutang hidup terhadap Beliau-beliau yang bersih hatinya, khususnya Beliau Rasululloh dan Al Kamil.

    Mohon maaf lahir dan Bathin.

Tinggalkan Balasan ke RUDIYANTOBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca