Nasehat

Intan

itslavida.com
itslavida.com

Seorang petani yang berada di desa di balik desa nun jauh disana mendengar informasi bahwa di dunia ini yang paling mahal harganya adalah intan. Intan itu bentuknya berkilau, indah di pandang mata. Intan terpendam di dalam tanah, untuk bisa mendapatkan intan kita harus menggali tanah terlebih dulu. Demikian informasi singkat dan ringkas yang diketahui oleh si petani dan dia se umur hidup belum pernah melihat intan apalagi memegangnya, hanya mendengar cerita dari orang-orang.

Sebagai petani yang miskin, dia ingin memiliki intan dan menyimpan untuk diwariskan kepada anak cucu, dengan harapan anak dan cucu nya kelak bisa hidup berkelimpahan. Konon kabarnya sebutir intan bisa untuk membangun sebuah rumah besar, bisa membeli beberapa petak sawah atau kebun yang luas. Petani sangat semangat untuk memiliki intan dan menyimpannya. Dia selalu berharap dan berdoa bisa mendapatkan intan.

Suatu hari ketika dia menyangkul di kebun, tiba-tiba dia melihat benda berserakan dalam tanah, sebenarnya itu adalah beling atau pecahan kaca. Dengan mata yang berbinar-binar, dia sujud syukur ke tanah, “Alhamdulillah, doa saya terkabul, akhirnya saya mendapatkan intan, dalam jumlah yang sangat banyak”.

Pecahan-pecahan kaca yang banyak tersebut kemudian di masukkan ke dalam karung, di cuci dan disampan sangat rapi, dia khawatir nanti intannya di curi orang. Dia tidak pernah menanyakan kepada siapapun tentang benda yang disimpannya, tidak berkonsultasi dengan ahli intan, hanya dengan modal keyakinan tanpa ilmu dan tanpa pembimbing, dia meyakini yang disimpannya itu adalah intan.

Waktu berlalu, 20 tahun kemudian, ketika anak-anak nya sudah besar, dia teringat dengan simpanan berharga yang dulu ditemukan di kebunnya yaitu satu karung intan. Si Petani membawa pacahan kaca yang di yakini intan tersebut ke kota, ke orang yang ahli tentang intan untuk di jual.

Dengan suara pelan dia mengatakan kepada pembeli intan, “Tuan, saya mau jual intan”.

Mana intan nya?” Tanya Pembeli. Kemudian petani mengeluarkan satu butir pecahan kaca dan diperlihatkan kepada ahli intan. Setelah di amati, ahli intan tertawa dan berkata kepada petani, “ini bukan intan tapi kaca!!”.

Petani bertanya, “Harganya berapa?

Pecahan kaca tidak memiliki harga, ini sampah yang dibuang orang” kata pembeli. Kemudian pembeli yang ahli intan memperlihatkan kepada petani bentuk intan yang asli dan dia menjelaskan tentang secara panjang lebar dan detail juga tentang bagaimana cara intan bisa ditemukan.

Mendengar penjelasan ahli intan, petani menjadi lemas, hilang semua impian dan harapannya untuk mewariskan intan kepada anak-anaknya, untuk bekal dia di hari tua. Seluruh yang disimpan dalam karung tersebut semua tidak di terima oleh ahli intan bahkan dianggap sebagai sampah.

Saya mendengar cerita ini dari Guru saya dan sampai sekarang bagi saya ini adalah cerita yang sangat menarik. Betapa banyak dari kita sepanjang hidup bangga dengan amalan-amalan yang kita kumpulkan, ibadah-ibadah yang banyak dengan harapan pahala yang melimpah namun terkadang kita tidak meneliti lebih lanjut, tidak bertanya kepada Ahli nya, apakah yang kita kerjakan itu sudah sesuai dengan standar yang diharapkan oleh Allah atau semua itu hanya nafsu dan keinginan kita semata.

Kita semua meyakini ibadah yang kita kerjakan, shalat seumur hidup, puasa, zakat dan lain-lain diterima oleh Allah tanpa kita mau berguru, belajar kepada yang Ahli dalam bidang tersebut. Kita hanya membaca informasi dari buku, membaca dari apa yang tertulis dalam al-Qur’an yang makna nya mungkin tidak seperti yang kita pahami. Al-Qur’an menceritakan tentang I’tikaf, tanpa pembimbing kita langsung ber’itikaf sendiri di mesjid, yakin Tuhan memberikan pahala tanpa mau bertanya kepada Guru Yang Ahli.

Allah sudah mengingatkan bahwa bagi yang tidak memahami hakikat puasa dia hanya mendapatkan lapar dan dahaga, hanya itu saja, tidak lebih. Allah menjanjikan dua kesenangan dalam berbuka yaitu Berjumpa dengan Tuhan nya dan berbuka. Tidak pernah kita riset, teliti dan selidiki secara mendalam, apakah kita sudah berjumpa dengan Allah sebelum berbuka? Ataukah kita selama ini hanya mendapatkan satu kenikmatan saja yaitu makan dengan sepuasnya ketika berbuka puasa.

Semua orang menunggu datangnya kiamat untuk bisa mengetahui apakah amalannya diterima atau tidak, sama halnya dengan petani yang menyimpan pecahan kaca selama 20 tahun. Sebagian besar orang dalam  ibadah itu spekulatif, antara diterima atau tidak, hanya sebagian kecil yang sampai kepada keyakinan dan kepastian.. Mari teliti lagi apa yang telah kita simpan dan akan kita simpan baik  di bulan Ramadhan atau diluarnya, apakah yang kita simpan itu adalah sebuah intan yang bernilai atau jangan-jangan hanya pecahan kaca??.

8 Comments

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca