Tasauf

JANGAN KAU SOMBONG GAJAH!

Seorang Syekh (Mursyid Thariqat) berceramah di depan para ulama dalam sebuah acara. Ceramah Beliau berisi tentang kehebatan Al Qur’an ditinjau dari segi ilmu metafisika eksakta. Diantara yang hadir termasuk salah seorang yang sudah banyak sekali mempelajari  tentang segala hal yang berhubungan dengan Islam, mulai  dari sejarah sampai kepada hokum-hukum Islam dan ayat-ayat Al-Qur’an sudah hapal diluar kepala juga telah membaca ratusan kitab-kitab klasik dan merasa dirinya sudah banyak tahu tentang agama dan menganggap ceramah Syekh itu masih sangat rendah  dibandingkan dengan ilmu yang dipelajarinya. Dalam hati orang yang sombong tadi berkata, “Kalau begini ceramahnya, aku sudah banyak tahu, lebih baik Syekh itu  turun aja dari mimbar”.

Seorang Syekh (Muryid) diberi kerunia oleh Allah SWT untuk mengetahui isi hati orang lain dikarenakan hatinya telah bersih sehingga mampu menangkap sinyal atau gelombang apa saja yang datang termasuk gelombang kesombongan yang dipancarkan dari hati ulama itu. Tiba-tiba Tuan Syekh berkata, “Sekarang aku mau cerita tentang gajah. Ada seoekor gajah yang besar badannya. Suatu hari ada orang yang mau memberikan minum kepada sekawanan gajah termasuk gajah yang besar tadi dengan memakai selang air sebesar kelingking. Sang gajah protes, Bagaimana mungkin kami bisa cukup minum dari selang yang kecil ini, untuk saya sendiri saja tidak cukup”. Tuan Syekh tadi diam setelah ceritanya sampai kepada gajah besar yang protes, tiba-tiba Beliau berkata sambil menunjuk ulama yang sombong tadi, “Jangan kau sombong gajah, selang ini memang hanya sebesar kelingking, akan tetapi selang ini tersambung langsung dengan lautan yang sangat luas, seribu gajah sepertimu tidak akan sanggup menghabiskan air ini”. Orang yang di tunjuk tadi merasa tersindir dan malu, kemudian menyadari bahwa apa yang terlintas dalam hatinya diketahui oleh Syekh, dan setelah acara ceramah ulama tadi mendatangi Tuan syekh dan menyatakan diri ingin berguru. “Pandangan mata batin tuan tajam sekali, saya mohon maaf atas kesombongan saya dan mohon sudi kiranya tuan menerima saya menjadi murid”.

Seorang Guru Mursyid kadangkala secara zahir nya sama seperti manusia lain tidak terkecuali bentuk ceramahnya, akan tetapi setiap yang diucapkannya memgandung Nur Ilahi yang tersambung langsung kehadirat Allah SWT lewat “selang-Nya” sehingga apapun yang diucapkan oleh Guru Mursyid merupakan ucapan Allah SWT.

Bagi pengamal thariqat, tidak terkecuali saya sendiri, seringkali mengalami hal-hal yang ajaib saat bersama Guru Mursyid. Bimbingan yang diberikan oleh Guru Mursyid berbeda sekali dengan bimbingan yang diberikan oleh Guru pada tataran syariat. Seorang Mursyid sangat mengetahui isi hati dari muridnya, sehingga walaupun jumlah muridnya ribuan bahkan jutaan pelajaran yang diberikan tidak sama.

Seringkali Mursyid berceramah dan didengar lebih seratus orang, nanti ke-seratus orang itu akan mengambil kesimpulan yang berbeda. Seorang Guru Mursyid yang kamil mukamil bahkan membimbing dan menuntun muridnya secara 24 jam, zahir dan batin dan tidak mengenal tempat karena sesungguhnya rohani dari Guru Mursyid itu telah larut kedalam zat dan fi’il Allah sehingga seluruh gerakannya adalah gerakan Tuhan semata.

Seringlah kita ucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas karunia yang tidak terhingga yang telah memperkenalkan seorang kekasih-Nya kepada kita dan lewat kekasih-Nya itu pula terbuka dengan lebar sebuah pintu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT.

Al-Qur’an memberikan gambaran yang sangat lengkap tentang Para Guru Mursyid sebagai orang-orang yang diberi izin oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke jalan-Nya.

Dan kami jadikan mereka ikutan untuk menunjuki manusia dari perintah kami dengan sabar serta yakin dengan keterangan Kami” (Surat Asajadah, ayat 24 juz 21).

Mereka itulah orang yang telah diberi Allah petunjuk, maka ikutlah Dia dengan petunjuk itu” (Surat An Am ayat 10 juz 7)

Barangsiapa yang berjanji teguh dengan engkau (Dia) sebenarnya mereka telah berjanji teguh dengan Allah, tangan Allah diatas tangan mereka” (Surat Al Fathu ayat 10 juz 26).

Guru Mursyid membimbing murid-muridnya tanpa pamrih dan bukan semata-mata mengharapkan harta, beliau membimbingnya dengan ikhlas tidak peduli siapapun kita, dari mana kita berasal, anak siapa kita tetap akan dibimbing oleh Beliau dengan kasih sayang dan penuh keikhlasan. Ini digambarkan dalam al-Qur’an :

“Ikutilah orang yang tiada meminta upah kepadamu itu, karena mereka mendapat pimpinan yang benar” (Surat Yasin ayat 21 juz 23)

Semoga kita semua diberi karunia oleh Allah SWT untuk menerima Nur Ilahi sebagai sumber kebenaran hakiki lewat dada seorang Kekasih Allah yang akan membimbing kita dari dunia sampai akhirat, Amien ya Rabbal ‘Alamin

22 Comments

  • jablai_wex

    om sufiii…….i come back again.Om sufi coba sekali2 ke toko buku gramedi .sekarang banyak yang menentang dan menjelekan kita punya kaum (tarekat)sufisme dgn dalil2 yg sesungguhnya mereka gak ngerti apa yang tersembunyi.hanya berpatok tafsir Depag or jalalain…..Keki deh ane…Mari semua ikhwan dari Nenek guru ,YMM SY Prof.kadirun yahya sampe YMM Bapanda Guru SY H.Ddermoga Barita Raja M.Sukur kita berjuang demi kedamaian dunia agar tidak ada lagi fitnah2 yg tidak mendasar…..dgn zikrullah hingga kebenaran membuka hati dan pikiran para mahabisme n para penentang tarekat naqhsabandi………

  • sufimuda

    Semoga Sufimuda bisa menjadi sebatang lilin ditengah terjangan badai yang menerpa kaum sufi….
    Do’a adalah senjata kaum mukmin dan tentu pengamal tasawuf harus bersatu untuk menyuarakan kebenaran yang selama ini berusaha dibungkam oleh kelompok2 yang kurang paham (baca: dungu) akan ilmu agama.
    Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir…
    Persatuan diantara sesama pengamal Tasawuf akan memperkuat kedudukan tasawuf di masyarakat…

  • sanggardewa

    Allahu Akbar, mereka(Mursyid) terkoneksi 24 jam dg Tuhan nya yg ilmu-Nya sang luas. sebagaimana sabda Sayyidil Wujud baginda Rasulullah Saw: “Aku tidur tapi hati ku tidak pernah tidur”.

    @jabai_wex
    kata orang jawa sekarang eranya cokro ningrat atau sering kita mendengar orang bilang jaman edan yg dikaitkan dg tanda-2 Qiyamah yg sebetulnya berarti era kebangkitan spiritual. al-Imam Ali as berkata : “Apabila ilmu yang diberikan Rasul saw kepadaku, lalu aku beberkan niscaya hanya dua kemungkina yg akan terjadi: DIBUNUH atau DIANGGAP GILA. jangan kecil hati bro…
    “La Takhauf Wa la Tahzan, InnAllah Ma Ana”.
    “sebarkan terus cinta kasih tanpa pamrih ke seluruh alam semesta”.

    @sufimuda dan seluruh pekerja cahaya

    “Laisal Ied Liman Labisal Jadid, Wa La Kinnal Ied liman Taqwahu Yaziid”
    Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf LAhir dan Bathin.

  • muhammad_ananda

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Senang saya menemukan blog ini, membuat saya lebih memahami lagi, akan beberapa pengertian dalam ilmu tasawuf.
    Dalam kesempatan yang baik ini, saya ingin bertanya sedikit kepada sufi muda tentang Awaluddin ma’rifatullah, awal agama mengenal Allah, apa yang disebut dengan awal agama, dan bagaimana mengenal Allah.
    semoga sufi muda berkenan menjawabnya, karena pertanyaan ini amat sederhana, namun bagi saya ini amat penting karena ini adalah dasar dari pemahaman.
    demikian yang dapat disampaikan lebih kurangnya saya minta ma’af jika dalam penyampaian ini ada yang tidak berkenan.
    wassalamu’alaikum wr wb.

  • sufimuda

    Wa’alaikum salam wr. wb
    Terimakasih Abang Muhammad Ananda atas kunjungannya.
    Awal agama berarti memberikan gambaran kepada kita tentang hal-hal yang pokok yang harus kita ketahui tentang agama. Sebagaimana kita ketahui bahwa Islam merupakan salah satu agama yang mentauhidkan Tuhan. Tujuan Allah SWT menurunkan agama kepada manusia tidak lain agar semua manusia menemukan jalan untuk mengenal-Nya kemudian menghambakan diri kepada-Nya sebagai kunci selamat dunia dan akhirat.

    Tujuan Allah menciptakan manusia tidak lain agar manusia mengenal Tuhan ( Hablumminallah), dan itulah inti sari Agama. Kemudian barulah lewat agama di ajarkan kepada kita kebaikan-kebaikan berhubungan sesama makluk (habluminannas)

    Pokok atau intisari dari Agama itu tidak lain hubungan langsung antara manusia dengan Allah SWT.

    Bagaimana Mengenal Allah?
    Ini pertanyaan yang membutuhkan jawaban panjang dan bisa saya ringkas sebagai berikut:
    Ketika Adam AS terusir dari surga, maka putuslah hubungan beliau dengan Allah. Selama bertahun-tahun Beliau beribadah menyatakan tobat atas segala kesalahannya akan tetapi Allah tidak memberikan jawaban atas do’anya. Suatu hari Nabi Adam AS berdo’a dengan memakai wasilah Nur Muhammad SAW. Kemudian Allah SWT barulah berkenan datang kepada Adam dan berfirman: “Hai Adam, dari mana engkau tahu Muhammad sedangkan dia belum aku ciptakan”.
    Kemudian Adam menjawab, “Di tiang surga aku lihat nama-Mu bersanding dengan nama Muhammad, dan aku berkeyakinan tidak mungkin Engkau menyandingkan nama-Mu kecuali dengan nama yang Engkau kasihi”.
    Akhirnya taubat nabi ada dengan berwasilah kepada Nur Muhammad diterima Allah SWT.

    Ilmu yang diperoleh Nabi Adam AS diteruskan secara turun-temurun sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
    Kepada siapa nabi Muhammad SAW berwasilah?
    Beliau berwasilah kepada Jibril AS. Malaikat Jibril lah yang menuntun Beliau menuju kehadirat Allah SAW.

    Nabi SAW sebagai manusia yang mulia dan telah diprogram oleh Allah sebagai nabi akhir zaman memerlukan pembimbing rohani, lalu bagaimana dengan kita?

    Tentu kita juga harus mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi SAW. Setelah Nabi tiada maka ilmu mengenal Allah itu diteruskan kepada ulama-ulama pewaris Nabi.

    Jadi jawaban saya bagaimana kita berhubungan dengan Allah tidak lain menemukan orang yang telah punya hubungan dengan Allah. Maka orang tersebut yang akan membimbing kita kehadirat-Nya.

    Kata-kata di atas saya ambil dari sebuah hadist riwayat Abu Daud yang bunyinya sbb:
    Kun ma’allahi fain lam takun ma’alaahi fakun ma’a manma’alaahi fainnahu yushiluka ilallahi
    “Adakanlah (jadikanlah) dirimu itu berserta Allah, jika engkau (belum bisa) beserta Allah, maka adakanlah (jadikanlah) berserta orang yang beserta Allah, maka sesungguhnya (orang itulah) yang menghubungkan engkau kepada Allah SWT (yaitu rohaninya).

    Bagitulah cara kita mengenal Allah dengan sebenar-benar kenal sehingga tiada ragu dan was was lagi yang kita sembah itu adalah Allah.
    Untuk mencapi tahap Makrifatullah itu harus melalui 3 tahap sebelumnya :
    Syariat (mengetahui hukum2 agama, aturan-aturan dan segala perilaku harus sesuai dengan tuntunan ajaran agama).
    Thariqat (Berbai’at kepada salah seorang Guru Mursyid untuk menerima amalan zikir yang sebenarnya berupa Nurun ‘Ala Nur).
    Hakikat (Terungkap rahasia-rahasia )
    Barulah kemudian mencapai tahap Makrifat.

    Demikian jawaban saya mudah-mudahan berkenan. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada saya untuk membahas masalah ini dalam bentuk tulisan. Silahkan Abang baca tulisan-tulisan yang berhubungan dengan Mursyid, Thariqat, Dalil-dalil Melihat Tuhan, Wali Allah dan tentang Mursyid. Semoga Tulisan-tulisan itu dapat membukakan hijab bagi yang membaca.
    Semoga Allah SWT akan memberikan kita petunjuk-Nya, amien.

  • Habib

    Ya TUHAN.. berilah petunjuk MU..

    semoga kami tak menjadi bagian dari gajah-gajah yang sombong…..
    Amin…..

    …………….., x_x ,…………………

  • muhammad_ananda

    Assalamu’alaikum Wr Wb.

    Senang membaca jawaban dari saudara sufi muda, yang begitu ringkas dan mengena.

    Saya sudah membaca beberapa tulisan saudara sufi muda sebagaimana yang di anjurkan, namun demikian ada beberapa lagi pertanyaan yang sekiranya perlu sedikit pengertian dari saudara sufi muda.

    Bagaimana penjelasan saudara sufi muda, tentang ilmu, amal dan ibadah, dan dimana batasan – batasan dari ilmu, amal dan ibadah pada diri kita.

    Demikian yang dapat ditanyakan, sekiranya saudara sufi muda tidak berkenan menjawabnya disini, boleh mengirimkannya ke alamat email saya.

    Demikian yang dapat disampaikan, lebih kurangnya saya minta ma’af jika dalam pertanyaan saya ini ada yang tidak berkenan.

    Wassalamu’alaikum Wr Wb.

    SELAMAT IDUL FITRI, 1429 H
    Minal aidin wal fa idhin.

  • tasya

    Ass. abang sufimuda..
    tak tertahan tetesan air mata ini, selalu saat membaca setiap postingan abang…
    Sebegitu banyak hujatan yang saya baca tentang Nenek Guru dan Maha Guru…
    Cuma satu yang menguatkan hati bahwa :”Hanya Allah sendiri yang menjagadzat-Nya”.
    Berjuang terus ya bang.
    Salam sejahtera bagimu abang sufimuda.

  • Siemkia

    Orang jika lebih sibuk memikirkan aib orang lain atau membela diri dari perlakuan buruk orang lain atau membanggakan apa yg ada pada diri hingga merasa telah memiliki. maka hakikatnya belum seperti yg dikendaki. Orang yg sudah merasa ikhlas berada dalam bahaya. Istighfar hendaknya diperbanyak.

  • sufimuda

    Sunan Bonang memberi nasehat kalau kita berjumpa orang sombong maka pujilah dia…
    Namun dalam pelaksanaan sehari-hari ada baiknya kesombongan itu dikejutkan dengan kesombongan pula.

    Ada kalanya cacian itu dibalas dengan senyuman, namun di zaman yang sudah sangat gila ini bagus juga celaan itu dibalas dengan teguran yang keras agar kebiasaan buruk itu tidak menjadi kebiasaan.

    Membela diri dari kezaliman itu wajib bagi kita Muslim….
    cuma tidak harus seperti amrozi cs yang melawan perlakuan buruk dengan tindakan kekerasan….

  • sufimuda

    Benar…
    Pisau itu akan berbahaya kalau salah digunakan sebaliknya akan banyak sekali manfaatnya kalau digunakan dengan tepat.
    Segala sesuatu harus ditempatkan pada tempatnya

  • randu

    sufi sangat indah terucap dan di letakkan sebagai teori hidup, tetapi hakekatnya pasti yang mendapatkan petunjuk itulah yang akan mengerti, jangan sampai kesombongan manusia ada pada membesarkan sesama sehingga mengesampingkan Allah Dzat Yang Maha Besar, banyak sekali gambaran para tokoh sufi yang cenderung menyembunyikan jatidirinya karena mereka takut cintanya pada Allah SWT tidak dapat di mengerti kaum awam, bersabarlah saudaraku sufimuda

  • Adinata

    Nabi Nuh a.s yang membangun BAHTERA diatas gunung pun dianggap ‘berbahaya’ oleh orang-orang yang belum diberi petunjuk. Bahkan banyak yang melempari kotoran untuk menyatakan ketidak setujuan mereka. Dan itu bukan dongeng sebelum tidur. Itu adalah pelajaran dan sunnah Allah.
    Suatu saat orang-orang mengerti mengapa dibangun BAHTERA diatas Gunung. Mudah-mudahan sempat menaikinya sebelum terseret banjir bah.
    Suatu saat kotoran itupun akan hilang, dibawa kembali orang-orang yang melemparinya.
    Seperti kata randu, bersabarlah saudaraku sufimuda.

  • awe

    Salam kenal saudara mathematicse

    ——————————————————————————————————-
    Wah bagi saya yang masih awam, artikel-artikel di sini, yang sempat saya baca, cukup menggoyahkan. Berbahaya, bagi orang awam seperti saya.

    Maaf…

    ——————————————————————————————————-

    saudara sangat benar, artikel-artikel disini memanglah sangat mengoyahkan. berbahaya bagi orang awam..,

    awe… menitipkan pesan, ke awaman itu dari diri, dan berbahayanya itu juga dari diri…..

    karena sangat banyak orang-orang awan lain melihat artikel-artikel disini adalah dakwah dan syiar Islam yang sebenarnya ISLAM… bertuhan kepada yang sebenarnya TUHAN….

    awe.. menitip salam sebagai sesama orang awam, mari kita belajar… agar tidak terus dalam keawaman, kerana Sunnah Nabi SAW, menyuruh kita untuk belajar.. bukan menyuruh kita untuk diam dan mengakui ke awaman….

    salam kenal dari awe… salam manis dalam keadamaian….

    ……… ^_^ …….

  • andik

    mungkin gajahnya gak mau minum cuma pengen mandi aja (numpang dingin ) he he he maaf bercanda akhi smg para sufi selalu memenuhi jagad yang sudah tua ini dengan doa doanya amiin amiiin amiin

  • OTAKU

    takjub T.T tiba2 tulisan ente jadi seabrek.. terima kasih sobat sudah menshare semuanya…
    puji syukur atas2 ilmu2 ente.. semoga ane jg kecipratan BerkahNya..

Tinggalkan Balasan ke rizoaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca