Tasauf

IKHLAS BERGURU KEPADA WALI ALLAH

 

Kata ikhlas seringkali kita dengar dalam keseharian, sebuah kata yang mudah diucapkan akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak semudah pengucapannya. Saya jadi teringat film “Kiamat Sudah Dekat” yang dibintangi oleh Dedi Mizwar. Bagian yang menarik dari film itu adalah disaat Pak Haji (Dedi Mizwar) membuat sebuah sayembara barangsiapa bisa Ikhlas maka dia berhak untuk menikah dengan anaknya. Di akhir cerita, Fandi memenangkan sayembara yang dibuat Pak Haji, dia menemukan hakikat Ikhlas dan itu didapat bukan dari membaca buku akan tetapi dari pengalaman, dia menyadari bahwa dirinya tidak cocok untuk anak Pak Haji yang baik, cantik dan alim, dia menyadari dirinya bukan siapa-siapa dibandingkan dengan saingannya yang kuliah di Mesir yang alim dan religius, dia menyadari kekeliruannya selama ini yang jauh dari Tuhan, disaat kesadaran itu timbul maka dia ikhlas sang pujaan hati dipersunting oleh orang lain demi kebahagiaannya, justru disaat itulah dia menemukan hakikat Ikhlas, dan Pak Haji menikahkah dia dengan anaknya.

Di dunia ini tidak ada alat pengukur yang bisa menunjukkan kadar keikhlasan seseorang, hanya Tuhan dan diri pribadi kita yang mengetahui apakah kita ikhlas atau tidak. Dikalangan Tasawuf, ikhlas termasuk salah satu bagian dari maqam, tingkat yang harus dilalui seorang sufi agar bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ikhlas merupakan kunci untuk dapat diterimanya amal seseorang. Dalam Surat Al-Ikhlas tidak ada satupun kata-kata ikhlas didalamnya, kenapa? Kerena pada hakikatnya manusia tidak ada yang ikhlas, hanya Tuhan yang memiliki sifat ikhlas dan andai manusia itu memiliki rasa ikhlas maka itu tidak lain kerena Allah SWT memberikan rasa Ikhlas itu kedalam hatinya. Maka Allah berfirman :

Keikhlasan adalah rahasia yang diambil dari rahasia-rahasia-Ku. Aku telah menempatkannya sebagai amanat di hati sanubari hamba-hamba-Ku yang Aku cinta “ (H.R. Al Qazwaini).

Ketika pertama sekali kita bertemu dengan Guru Mursyid atau dengan salah seorang khalifah yang diizinkan untuk mengajarkan zikir, pertanyaan yang pertama diajukan kepada kita dan mesti dijawab adalah, “Apakah anda belajar tarikat ini karena Allah?” dan sudah pasti kita menjawabnya “Ya, karena Allah”, sebab kalau kita menjawab bukan karena Allah maka secara otomatis kita tidak diterima menjadi murid.

Pada awalnya saya tidak begitu menghayati makna yang terkandung dalam pertanyaan itu, yang saya ketahui kalau kita melakukan sesuatu memang harus karena Allah, berniat selain karena Allah akan mengurangi bahkan membatalkan amal ibadah kita. Kemudian baru saya disadarkan akan makna sebenarnya yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Ternyata itu memang merupakan kunci agar kita bisa selamat dalam menempuh jalan menuju Allah SWT. Disitulah berawal kita belajar ikhlas, belajar dengan tulus menerima apa yang diajarkan oleh Guru Mursyid kita dan salah satu syarat ilmu yang kita pelajari itu berhasil adalah antara yang mengajarkan dengan yang menerima pengajaran harus sama-sama ikhlas. Disitulah kita berawal menjadi murid yang kemudian dibimbing dengan ikhlas oleh sang Guru, setahap demi setahap sampai kehadirat Allah SWT. Diterima menjadi murid seorang Wali Allah itu memang sulit, sebagaimana digambarkan oleh Imam al-Ghazali bahwa menemukan seorang Wali Mursyid itu lebih mudah menemukan sebatang jarum yang di sembunyikan di padang pasir yang gelap gulita. Namun yang jauh lebih sulit adalah bertahan dan tetap teguh dalam menjalankan semua prinsip-prinsip ajaran tarikat itu. Banyak yang tidak berhasil dalam berguru disebabkan oleh kurangnya rasa ikhlas serta tidak bersunguh-sungguh dalam menjalankan apa yang diamanahkan guru kepada kita.

Kenapa tidak semua orang yang belajar Tarikat itu bisa bertahap dan istiqamah? Apa yang menyebabkan kegagalan dalam menempuh jalan spiritual? disini saya membagi orang-orang yang tidak berhasil dalam mempelajari tarikat itu dalam 4 kategori beserta penyebabnya.

  1. Kurang Pengetahuan Tentang Tarikat; Faktor pertama yang menyebabkan orang mundur dalam mengamalkan Tarikat adalah karena ada beberapa hal pokok dalam tarikat yang tidak dijumpai secara umum dalam ilmu syariat. Misalnya masalah Mursyid, Wasilah, Rabithah, memuliakan Guru, kemudian murid ini tidak mau membuka diri, menganalisa ilmu tarikat berdasarkan ilmu syariat yang dia pelajari kemudian diperparah lagi bertanya kepada orang yang tidak mengerti tentang ilmu tarikat atau bertanya kepada orang yang membenci tarikat seperti kaum wahabi, salafi dan sejenisnya. Sama dengan orang yang memperbaiki jam tangan yang rusak kepada bengkel sepeda, sudah pasti jam tanga nya akan semakin rusak bahkan menjadi hancur. Sebenarnya persoalan tadi (mursyid, wasilah dll) bukan tidak dijumpai dalam syariat akan tetapi pengetahuannya tentang syariat masih kurang, sebab apabila seseorang mempelajari syariat secara sempurna, misalnya lewat pasantren (ahlul sunnah) maka hal-hal yang diajarkan dalam Tarikat tidak aneh bahkan sejalan dengan apa yang dipelajarinya. Hampir semua orang yang berlantar belakang pasantren yang saya ajak menekuni tarikat tidak mempermasalahkan tentang Mursyid dan hal-hal pokok dalam tarikat. Biasanya orang yang belajar agama dari sekedar membaca buku justru mengalami kebimbangan dan keraguan ketika mulai belajar Tarikat. Disaat kita ragu (was was) sebenarnya pada saat itu dalam diri kita sedang terjadi peperangan antara yang Haq dengan yang Bathil. Menjauhkan diri dari Mursyid membuka kesempatan kepada syetan untuk kembali menguasai dan menjajah kita. Dalam tahap ini sebaiknya anda sering-sering bertawajuh dan mengamalkan zikir untuk menghilangkan was-was.

  2. Niat yang salah; ada sebagian orang masuk tarikat dengan tujuan ingin menjadi kaya, ingin kebal atau memiliki kekuatan gaib. Biasanya orang-orang yang mempunyai niat seperti ini tidak akan bisa bertahan lama, karena akan banyak sekali ujian yang mereka dapat selama mereka menekui tarikat. Semakin banyak keinginan dalam hatinya maka akan semakin besar rasa kecewa yang didapatkannya. Semakin banyak keinginan dalam hati akan menciptakan jurang pemisah antara dirinya dengan Mursyid dan jurang itu semakin lama semakin lebar hingga akhirnya dia benar-benar jauh dari Mursyid. Membawa kain putih kehadapan guru mursyid bukan hanya sebagai syarat semata, akan tetapi merupakan symbol untuk menyadarkan kita bahwa menemui seorang Guru Mursyid itu harus dengan niat yang tulus tanpa ada niat terselubung, harus bersih seperti kain putih dan juga harus pasrah laksana seorang yang akan menghadapi mati.

  3. Pernah menuntut ilmu Kiri/kebathinan; Beguru kepada Mursyid adalah bagian dari proses bertaubat, menyadarkan diri untuk tidak melakukan lagi kesalahan-kesalahan dan dosa. Orang-orang yang pernah menuntut ilmu kiri (menyembah jin) harus meninggalkan kebiasaan buruk itu, meninggalkan segala amalan yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist dan menggantikan dengan Zikrullah. Dalam proses ini lah terjadi tarik menarik antara jin yang pernah dipujanya dulu dengan zikir yang haq. Apabila dia tidak sanggup bertahan maka akan kembali lagi seperti semula, diper-alat oleh jin. Namun banyak juga orang yang pernah menuntut ilmu kiri ini justru lebih cepat berhasil dalam ber Guru kepada Mursyid, dia menyadari kesalahan-kesalahannya, taubatnya benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh dari lubuk hati paling dalam dan dia selalu bisa menjaga Adabnya dihadapan guru. Biasanya orang seperti ini sangat tinggi Adapnya baik kepada Guru maupun kepada saudara-saudaranya yang lain.

  4. Berprasangka Buruk; Setiap orang beriman itu harus melalui berbagai macam ujian dan cobaan. Jangan katakan anda sudah beriman sebelum mengalami berbagai macam cobaan. Disinilah kadangkala letak kekeliruan sebagian pengamal tarikat. Ketika Allah memberikan cobaan baik itu berupa cobaan dalam bentuk harta maupun dalam bentuk musibah, kemudian dia menghubungan musibah tersebut dengan amalan tarikat dan dia menganggap tarikat itu sebagai pembawa sial. Banyak sekali orang yang gugur karena berprasangka buruk terhadap tarikat dan salah mengambil kesimpulan. Saya jadi ingat dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 155, “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar”.

Berdasarkan uraian diatas maka jalan yang paling aman bagi kita untuk terus bisa istiqamah dijalan-Nya tidak lain dengan memperbaiki kembali niat kita. Kalau anda hendak terbang kelangit, cara yang paling mudah agar bisa terbang adalah dengan membawa sedikit beban bahkan dengan tidak mempunyai beban sama sekali. Semakin banyak beban yang anda bawa semakin sulit anda terbang. Buanglah semua beban yang selama ini membebani pikiran anda, datanglah kepada guru dalam keadaan kosong, maka guru akan mengisinya.

Mari kita dengan sunguh-sunguh dan dengan Ikhlas menerima semua yang diajarkan oleh Guru kita, karena sesungguhnya Beliau sangat ikhlas menumpahkan ilmunya, tanpa pamrih, tanpa melihat latar belakang kita, siapapun kita semua diperlakukan sama. Dengan demikian kita juga harus selalu berprangsaka baik kepada Beliau agar kita selalu mendapat rahmat dan karunia dari Allah SWT.

Tulisan ini hendaknya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua terutama sekali bagi saya sendiri, mari kita perbaharui kembali niat yang mungkin telah terkontaminasi oleh keinginan dan nafsu kita. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dijalan-Nya, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

50 Comments

  • yudistira

    TUHAN ……..
    Tolong luruskanlah niatku dalam mengabdi, berubudiah kepada MU.

    TUHAN……
    Tolong bimbing dan tuntun aku yang dungu, hina dan papa ini ke jalan MU yang penuh NIKMAT dan KARUNIA.

    Amin ya Rabbal ‘aamin.
    Terima Kasih TUHAN …..

  • mm

    Orang yang telah ber-tariqat, tentu dan pasti akan selalu dan selalu bersyukur dan berterima kasih kepada orang yang telah berjasa dalam hidupnya, terkhusus kepada Guru-nya, yang telah membimbingnya muridnya ke jalan yang benar yang di ridhoi Allah SWT.. Semuanya diberikan dengan Ikhlas tanpa ingin dipuji dan juga tidak ingin diberi upah, tetapi beliau malah selalu memantau muridnya, agar senantiasa mengamalkan dzikir dengan sebaik-baiknya… sehingga jangan sampai terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, dan senantiasa berwaspada akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun negara, agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita..
    insya Allah…

  • moonlight

    I K H L A S…
    huruf-hurufnya sih aku uda tau..
    tapi…
    buat ngejalaninya –dengan sebenar-benarnya– gak sesimpel itu..
    Laa Haula wala quwwata….

  • aprilfooltaiktasu

    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄

    BERITA BAIK!!!
    Mari kita liat nich blog. keren abiss!

    MARI MENCARI KEBENARAN

    Masuk sini= http://mustahil-kristen-bisa-menjawabb.notlong.com

    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄

  • dell

    Sebelumnya, mohon ijin pada sufimuda untuk aku memberikan beberapa kalimat komentar.

    Paragraf ke3 terakhir mbuat aku ingat dengan pengalaman pribadi. Beberapa tahun lalu sebelum masuk tarikat aku merasa sumpek, seakan2 terjejali dengan paksa apa2 yang disebut dengan syariat sebanyak2nya. Aku ikuti saja karena aku menganggap kalau tidak begini islamku belum kaffah dan memang begitulah yang ditanamkan. Tapi aku tidak sekuat mereka. Pada titik awal aku merasa cukup nyaman tapi kemudian aku sampai pada titik jenuh terlalu cepat. Pada titik itu aku sering merasa putus asa dan ingin bunuh diri. Aku berusaha mencari makna ibadahku hingga sampai pada satu kesimpulan bahwa inti dari ibadah bukanlah syariat tapi tauhid. Aku bertanya tentang tauhid & malaikat pada org2 yang kuanggap lebih banyak tahu tentang agama. Mereka mengatakan itu adalah hal gaib dan menganjurkan aku untuk membaca buku. Bukan jawaban seperti ini yang kucari. Aku tidak puas.

    Saat bingung begitu aku diajak untuk masuk tarikat oleh seseorang. Sebagai orang awam, aku bertanya ke beberapa orang tentang tarikat tapi semua jawabannya bersifat negatif. Yang mengajak masuk ini berkata padaku untuk mengosongkan pikiranku, buang segala informasi keagamaan yang aku peroleh selama ini. Aku ikuti apa katanya tanpa banyak bertanya because i want it so badly (maksudku tentang tauhid).

    Tapi ternyata jalan ke sana tidak terlalu mulus. Aku harus menunggu beberapa bulan untuk bisa masuk. Karena niatku sudah kuat, aku sabarkan diri untuk bisa menunggu waktu yang ditentukan.
    Jadi maksudku menceritakan ini adalah hilangkan beban yang ada dipundakmu. Kosongkan cawanmu agar tidak tumpah saat diisi air. Dulu, cawanku bukan hanya kecil tapi juga berlubang jadi waktu diisi jangankan penuh meninggalkan sedikit air pun tidak.

    Iseng2, coba deh nonton film “The Forbidden Kingdom” pemerannya Jacky Chan & Jet Lee. Walaupun film komedi tapi ada sedikit filosofi di dalamnya.

    Salam untuk sufimuda dan semuanya.

  • Elfizon Anwar

    Dalam Al Quran ada beberapa jabatan yang merupakan ‘anugerah’ Allah SWT pada hamba-Nya manusia. Jabatan khalifah dianugerahkan-Nya hanya pada Adam AS dan Nabi Daud As. Jabatan rasul dianugerahkan-Nya pada makhluk-Nya tidak saja pada manusia tetapi juga malaikat dan jin (QS. 22:75; 6:130). Nabi ‘memang’ khusus, dianugerahkan-Nya pada manusia saja, maka ada ayat bahwa Nabi Muhammad SAW adalah ‘penutup nabi-nabi’ (QS. 33:40). Oleh karena itu, tidak akan ada lagi pengangkatan seperti Imam Mahdi atau Nabi Isa As. akan datang lagi ke dunia ini. Sedangkan jabatan ‘wali’, karena ada istilah ‘wali Allah’, maka yang mengangkatnya jelas juga Allah SWT. Tentang ‘wali’ dalam Al Quran tidak ada contoh konkritnya, siapa orang-orangnya?. Berarti, pengangkatan wali adalah mutlak milik Allah SWT bukan diangkat oleh manusia.

  • Manto

    Iklas.. Masyaalloh itu ilmu luar biasa. Iklas itu menurut saya tiada suara tiada hurup seperti halnya niat. Tidak bisa dikatakan dg lisan kalau masih dikatakan maka alloh masih menahannya.mungkin suwaktu waktu kita mengingatnya dan hati lain suaranya maka iklas itu diragukan bahkan batal. Orang tua dulu bilang, rasa iklas itu seperti orang buang air besar, setelah tercapai berasa lega dan tak terucapkan lagi. Jadi iklas itu milik rasa yang punya rasa. Lillah billah. Gitu ya bang sufimuda

  • sufimuda

    Untuk Bang Elfizon A…
    Makasih udah komentar…
    Wali Allah itu memang Allah langsung yang mengangkat bukan diangkat oleh manusia.
    Wali Allah itu hanya Allah yang mengetahui derajat kewaliannya dan hanya orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah untuk mendapat keberkahan yang mengenal wali-Nya.
    Semoga Allah memperkenalkan kepada kita wali-Nya, amien

    Untuk Bang Manto…
    Semoga Allah SWT melimpahkan ke dalam hati kita sifat Ikhlas, amien

  • qolbu

    Assalamualaikum.

    ingin nanya???

    bolehkah ini????

    bukan surga yang kuinginkan,….
    bukan neraka yang kutakuti……….
    hanya ridhomu yang kucari………
    aku hanya bisa berserah diri……
    IKHLAS itu hal yang pasti (mau tak mau itulah yang terjadi)…

    tapi bagaimana dengan orang2 yang kucintai………….
    (seperti Rasullulah mencintai umat-umatnya)
    Apa yang bisa kuperbuat untuk mereka……????
    bisakah pengorbanan untuk orang2 yang kucintai………
    KAU ciptakan aku untuk mencintai…….
    kulupa tentang diriku sendiri………..

    aku takut mengharap pahala dari-MU ya Rabby…..
    tapi bisakah KAU limpahkan kepada orang2 yang kukasihi…..
    aku takut…takut…sekali ya Rohman ya Rohim.

    ihdinas sirotol mustkim ya Rabb

    krn aku orang yg buta yang tidak tau jalan yg pasti……

    Hanya kepada-MU aku berserah diri??

  • hilmi

    Assalammualaikum,
    apakah ada amal yang lebih berat dari ikhlas?
    apakah ikhlas ada ilmunya? … mohon petunjuk … semoga
    Allah memberiku petunjuk berjumpa guru mursyid… dan di
    beri kekuatan ber tarekat

  • sufimuda

    Wa’alaikum salam
    Bang Hilmi
    Ikhlas itu bukan suatu amalan akan tetapi suatu Maqam atau tingkatan .
    Untuk mencapai ikhlas harus dengan mujahadah, harus Istiqamah dalam beramal.

    Lewat bimbingan Guru Mursyid maka Allah SWT akan melimpahkan rasa ikhlas ke dalam hati kita….

  • muh solichan anwar

    assalamu’alaikum ya abdillah
    menarik banget saat ngomongin wali, alhamdulillah aku dah banyak mendapat masukan tentang wali Allah, wali Allah memang haq dan benar adanya, hanya Allah yang berhak mengangkatnya, semua manusia bisa menjadi wali Allah, ada banyak tingkatan (pangkat) pada wali Allah, dan pangkat tertinggi tu adalah seseorang yang benar-benar dekat dengan Allah, wali Allah memiliki ilmu kerasulan dan ilmu kenabian, ilmu kerasulan adalah semua syariat yang sudah sampai pada diri kita, semua ibadah mahdhoh itu adalah ilmu kerasulan, dan ilmu kenabian adalah tentang akhlak, 3 hal mendasar yaitu niat yang baik, perkataan yang baik dan perbuatan yang baik, seseorang yang sudah dapat menguasai 2 ilmu tersebutlah yang bisa dikatakan wali Allah, wAllahu a’lam bis showab.
    terima kasih ya Allah tlah Kau pertemukan ku dengannya
    wassalamu’alaikum

  • muh solichan anwar

    nyambung, buat yang masih bingung ma ikhlas….
    ikhlas tu yang punya Allah, bagaimana ikhlas tu hanya Allah yang tau, tapi Allah juga kasi contekan ttg apa tu ikhlas, dimana??? ya di surah al-ikhlas. wAllahu a’lam

Tinggalkan Balasan ke hamba'79Batalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca