Tasauf

Setelah Shalat Subuh (16)

Sebagaimana sering kami sampaikan di dalam tulisan-tulisan terdahulu bahwa ibadah mempunyai dua aspek yaitu zahir dan bathin. Ibadah zahir adalah meniru gerakan dan ucapan yang bersumber dari ibadah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Para sahabat meneruskan cara Nabi SAW beribadah dan ditiru pula oleh generasi berikutnya sampai kepada generasi kita sekarang ini. Nabi mengatakan “Shalat lah kalian sebagaimana aku shalat”, atas dasar inilah setiap gerakan Nabi di dalam ibadah dijadikan model atau contoh untuk di tiru. Meniru Nabi dengan gerakan ibadah Beliau itulah sisi zahir dari ibadah sedangkan sisi bathin adalah merasakan apa yang Beliau rasakan di dalam ibadah, ini hal tersulit kita lakukan, inilah sisi bathin dari ibadah dan merupakan sangat pokok.

Membaca sejarah Nabi Muhammad SAW, kita tahu bahwa diawal Beliau mendakwahkan Islam tidak ada perintah dari Allah untuk melaksanakan shalat 5 waktu seperti yang kita kerjakan hari ini, lalu ibadah apa yang Beliau lakukan selama 11 tahun di Mekkah? Seorang Nabi yang menjadi utusan Allah tentu di dalam setiap waktu harus senantiasa bersambung kepada Allah, komunikasi tidak terputus, lalu Nabi lewat ibadah apa Nabi berkomunikasi dengan Allah? Rahasia inilah yang di dapat oleh kaum sufi secara turun temurun dari generasi awal sampai sekarang yaitu ibadah yang memenuhi aspek zahir dan bathin. Secara zahir melaksanakan kewajiban agama dan secara bathin ikut merasakan getaran yang Nabi dan para sahabat Beliau rasakan.

Di dalam surat Al’Ala Allah berfirman : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan dia ingat (berdzikir) Tuhannya, lalu dia salat”. Inilah urutan yang seharusnya dilakukan oleh segenap ummat Islam yang ingin mencapai kesempurnaan ibadah secara zahir dan bathin. Terlebih dahulu dia membersihkan dirinya dengan taubat sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW kemudian baru dia melaksanakan dzikir dengan demikian baru shalat menjadi khusyuk. Selama tidak mengalami proses perbersihan diri maka tidak akan mungkin hati nya bisa menyebut Nama Allah bukan sekedar mulut menyebut dan ketika dia tidak berdzikir maka dia tidak akan mungkin bisa menegakkan shalat dan ibadah-ibadah lainnya.

Allah menurunkan Nabi sebagai utusanNya dengan tugas utama tidak lain adalah mensucuikan segenap jiwa ummat yang dibimbingnya sebagai syarat utama agar bisa terkoneksi dengan Allah SWT Yang Maha Suci dan Maha Bersih.

“Dia-lah yang Mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah.” (Jumu’ah 2)

Bersih dan suci yang di maksud disini adalah terbebas dadanya dari unsur unsur syetaniyah yang tidak di ridhai oleh Allah SWT. Selama setan yang bersemayam di dalam dada masih ada maka ibadah apapun yang dilakukan akan tertolak dan selama setan itu tidak di usir maka sampai kapan pun dia tetap ada disana, menemani manusia dari dunia sampai akhirat kelak dan ketika manusia mati tentu saja dia akan berada di neraka, tempat yang telah disediakan untuk setan dan orang-orang yang berserta dengannya.

Selama setan itu tidak terusir maka segala ibadah akan tertolak. Setan tidak akan pernah mau pindah dari dada manusia selama manusia tidak menggunakan medote yang persis digunakan oleh Nabi dan para sahabat Beliau. Untuk membersihkan jasmani manusia sangatlah mudah, cukup dengan mandi maka seluruh tubuh akan bersih namun untuk membersihkan bathin tidaklah semudah itu. Membersihkan bathin dari unsur unsur setan inilah yang disebut sebagai mujahadah, perang tanpa henti. Selama 11 tahun Nabi mengajarkan ini kepada para sahabat, barulah kemudian Allah memerintahkan Nabi untuk melaksanakan shalat, ibadah zahir yang telah memenuhi kesempurnaan ibadah bathin lewat zikir.

Lalu dengan apa rohani kita disucikan? Lewat zikir ucapan mulut? Lewat shalat? Tentu TIDAK. Rohani kita hanya bisa disucikan oleh rohani yang suci pula yaitu rohani Rasulullah SAW. Rasulullah SAW lewat rohani Beliau mentransfer cahaya Ilahi ke segenap dada manusia dari awal sampai akhir zaman. Tugas kita selama hidup adalah menemukan khalifah Rasul yang diberi izin secara estafet dan bersambung kepada Rasulullah SAW sehingga bisa juga membimbing manusia dengan cahaya Ilahi yang dititipkan ke dadanya.

Inilah cara bagaimana ibadah kita bisa memenuhi unsur bathin sehingga kita tidak mengkhayal di dalam shalat dan shalat menjadi khusyuk. Kalau shalat menjadi khusyuk maka ibadah-ibadah lain akan mencapai kesempurnaan.

Coba tanyakan dalam hati, apakah shalat yang dilakukan selama ini sudah benar dan telah memenuhi rukun syarat secara zahir dan bathin? Atau shalat yang kita lakukan selama ini masih tetap pelajaran cara shalat yang kita dalam sejak umur 7 tahun dan tidak pernah di upgrade sama sekali?.

15 Comments

  • Mayang

    Bagaimana kalau kita belum bertemu dg orang yg memiliki rohani yg suci dan mensucikan diri kita apa lantas kita tidak bisa mengerjakan ibadaha zikir dan sholat?

    • Ruslianto

      Cari terus, jangan sampai bosan,….zaman Doeloe orang orang beriman dan Para Mujahid mencari Guru Mursyid Kamilmukamil berjalan naik onta bermil mil jauhnya, dan mereka meyakini jika sampai ajalnya dalam pencarian itu,dianggap mati syahid.
      Pengalaman saya berpuasa,..sholat hajat dll, padahal waktu itu (thn.1980 an) sudah memiliki buku buku YMM AG, tapi tak paham dengan isinya. Dan ta pernah menghentikan usaha saya itu,
      Anehnya setelah ketemu pun saya masih sholat istikharah, bayangkan.
      Sekarang saya berbahagia berusaha Istiqomah dengan ajaran tharikat YMM AG
      Demikianlah, semoga ada manfaatnya, Allahua’lammbisowab

      • Ruslianto

        Sungguh hebat tak ada tolok banding Guruku itu dan pernah berfatwa : “Sekiranya kalian dulu keharibaan Allah, Ayahanda antar, dan sekiranya Ayahanda duluan dari kalian, Ayahanda jemput kalian”
        Kata kata yang indah penuh makna, bahwa YMM AG, menyayangi para
        murid muridnya, untuk tetap bersama di dunia, alam baka, dan diakhirat kelak.
        Miris rasanya didada ada segelintir orang mengganti Mursyid. (Atau entah lah ya kalau mursyid nya dimaksud, belum pada Maqom Kamilmukamil)
        Demikianlah doeloe, inshaAllah bermanfaat.
        Wass.

    • Abdul Muis

      Guruku pernah berkata jika hati tidak bersih dari penyakit-penyakit hati maka amalan shalat itu tertolak dan tidak diterima. Nabi Muhammad SAW, Sekitar 12 tahun berdakwah tentang Tauhid baru setelah itu baru turun perintah shalat. Inilah orang-orang salah mengartikan, jika sudah shalat sudah pasti selamat ternyata tidak seperti, harus bersih atau suci dulu hati kita baru amalan shalat diterima. Logikanya seperti ini bagaimana kita kusyuk shalat kalau hati kotor, bagaimana kita dipandang oleh Allah SWT kalau hati hitam/kotor sedangkan Allah SWT Maha Suci. Jadi kalau dipandang/dikenal oleh Allah SWT maka syarat utamanya adalah bersihkan dulu hati kita dari segala penyakit-penyakit hati dengan perbanyak zikir didalam hati dengan zikir Laa Ilaaha Illallah.

  • ahmad kadir

    Thoriqoh adalah jalan, maksudnya secara umum adalah jalan menuju Allah. banyak sekali didunia ini perkumpulan2 thoriqoh, ada yg diakui (muktabaroh) adapula yg tdk, maksud diakui itu yah dianggap sah, sanadnya nyambung silsilahnya sampai Rasulullah SAW.

    Ada yg terlalu fanatik kepada perkumpulan thoriqoh yang seolah-olah utk menuju Allah hrs melalui/ikut dalam perkumpulan thoriqoh, namun saya membantah “keharusan” seperti itu……. Dahulu kala, jaman nabi ada uways al-qorni yg
    dikatakan oleh nabi sebagai “penduduk langit”, bgtu tingginya derajad uways, padahal uways tdk pernah bertemu nabi ataupun tdk pernah dididik scr langsung oleh nabi, nyatanya uways bs menjadi penduduk langit….. itu karena secara hakekatnya uways sudah bersambung kpd nabi meski tdk bertemu muka…… sama halnya dgn mengikuti perguruan thoriqoh atau tdk, itu bukan suatu “keharusan”, asalkan batiniahnya scr hakekat sdh bersambung kpd nabi (dalam artian dia seorang yg tulus mengikuti jalan nabi), dia sudahlah seorang yg berthoriqoh scr hakekatnya meski tanpa bai’at dari seorang mursyid manapun…….

    betulnya tulisan ini abangda, mohon pencerahannya

    • SufiMuda

      Pemahaman seperti ini harus di luruskan.
      Uwais al Qarni secara fisik memang tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW dikarenakan kondisinya yang jauh (di Yaman) dan masih mempunyai tanggung jawab merawat Ibunya. Akan tetapi hal yang tidak diketahui umum adalah, Uwais al Qarni berguru kepada sahabat Nabi (Abu Bakar Shiddiq) yang ditugaskan oleh Nabi untuk mengIslamkan penduduk Yaman. Jadi Uwais al Qarni mendapat ilmu hakikat (zikir) lewat khalifah Nabi dan itu sah sah saja. Sama juga dengan penduduk Mesir atau Kuffah yang tidak bertemu langsung dengan Nabi tapi berguru kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang di tugaskan dakwah oleh Nabi.

      Banyak orang yang menjadikan kisah Uwais al Qarni untuk membenarkan boleh tidak belajar tarekat. Andai.. sekali lagi andai pendapat itu benar, bukankah Uwais al Qarni itu hanya satu diantara sejuta. Lalu kenapa kita mengambil dalil yang spekulatif (tidak pasti) dengan mengikuti Uwais Al Qarni, siapa kira-kira orang di zaman sekarang yang tersambung sanad ilmu dan alam sampai kepada UWais al Qarni?

      Tarekat itu adalah jalan kepada Allah, untuk melaksanakan ajaran agama dengan benar. Maka kita harus berguru kepada orang yang bersambung silsilahnya sampai kepada Rasulullah SAW

      • Ruslianto

        WAJIB FANATIK PADA AJARAN THARIKATULLAH (1)

        Selama ini masih ada orang yg salah mengarti kan ma’na fanatisme yg dianggap sbgian ummat, sebagai yg menakutkan, terutama dlm hal agama tapi sebenarnya pengertian fanatik bukan hanya berkutat padahal agama saja.

        Fanatisme sebenarnya adalah sebuah konsekuensi seseorang yg yaqin dan percaya pd suatu aliran agama, bahwa apa yang dianutnya adalah benar, Paham seperti ini tentu akan berdampak positif pada seseorang, karena yang bersangkutan akan mengaplikasikan dan merefleksikannya pada aspek kehidupannya sehari-,hari.
        Dengan fanatisme seseorang tidak akan mencampuradukkan kebenaran agamanya /ajarannya dengan kebenaran yang LAIN, yang bertentangan dgn diyakininya,
        Konsistensi (dapat disebut fanatisme) dan merupakan sebuah keharusan bagi ummat beragama.
        Seseorang penganut yang tidak FANATIK terhadap Agama Islam tentu hanya akan merusak agama Islam itu sendiri.
        Kanotasi umumnya pemahaman “fanatik” dimak’nai dgn kegandrungan (kecintaan) yang berlebihan (membabibuta).Namun fanatik taklik seperti inipun tak bisa di nafi-kan begitu saja, bisa saja terjadi karena pengalaman (empiris) seseorang yg beriman (kaji “roso”).
        Penting dan Wajib Fanatik pada ajaran Thariqah, dan jangan merasa takut untuk (ber) fanatik pada ajaran, karena pengamal Thariqat adalah dzikrullah, Dzikrullah diwajibkan bagi orang islam beriman dan bertaqwa.
        QS.Al-Ahzab ayat 21 :
        ,Laqod kaana lakum fi rasulillahi uswatun hasannatul liman kaana yarjullahi wal yaumal-akhirah wa dzakarallaha kasiran.
        Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan (contoh) yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)hari kiamat dan banyak menyebut Allah.
        QS.al-A’raf ayat 205 :
        Dzikirlah Tuhan dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang , janganlah kamu termasuk orang orang yang lalai.

        Bersambung , sMOGA Bermanfaat.

      • Ruslianto

        WAJIB FANATIK PADA AJARAN THARIKATULLAH (2)

        Mengapa wajib fanatik bertharikat ? Karena amalan orang yang pengamal tharikat adalah dzikrullah ; Apa istimewanya dzikrullah disisi Allah ? Sungguh sangat istimewa, karena lebih tinggi nilainya dari ibadah lainnya,
        QS.Al Ankabut ayat 45

        Utlu ma’uhiyaa ilaika minal kitabi wa aqimis sholah, inna sholaata tanhaa ‘anil-fahsya’i wal munkar, wa la dzikrullah akbar, wallahu ya’lamu maa tasna’un.
        Bacalah Kitab (Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakan sholat , Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar , Dan (ketahuilah) ,bahwa dzikrullah itu lebih besar keutamaannya dari ibadat yang lain, Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

        Perintah Fanatik pada Guru Mursyid ;
        QS.AL Kahfi – ayat 28

        Wasbir nafsaka ma’alladzina yad’una rabbahum bol ghadati wal ,’asyiyyi yuriduuna wajhahu wa la ta,du ‘ainaka ‘anhum, turidu zinatal hayatiddunyaa, wa laa tuti’ man aghfalna qalbahu ‘an dzikrina wattaba’a hawaahu wa kaana amruhuu furutaa.
        Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupam dunia, dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari dzikir kepada Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.

        Allah (me)Wajib menyambungkan (Berhubungan) rohani dengan Guru Mursyid,
        QS.Ar-Ra’d ayat 21
        Walladzina yasiluuna maa amarallaahu bihii ay yusala wa yakhsyauna rabbahum wa yakhafuuna suu’al hisab.
        Dan orang orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.

        Nah, ternyata Fanatik memang dibutuh kan bagi mereka sebagai daya dorong (spirit/shulton) untuk orang beriman yang istiqomah

        Demikian dulu, sMOGA bermanfaat. Wass.

Tinggalkan Balasan ke RusliantoBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca