Tasauf

Belajar dari Rasa Takut Nabi Daud AS kepada Allah SWT

ya AllahDalam sebuah riwayat di kisahkan bahwa Nabi Dawud a.s menangis empat puluh hari bersujud tanpa mengangkat kepala, hingga tumbuh rerumputan sampai menutupi kepalanya akibat cucuran air matanya. lalu ada suara memanggil, “Hai Dawud, bukankah engkau merasa lapar hingga engkau makan dan merasa haus minum?” Dawud terus meratap sampai tongkatnya bengkok dan terbakar oleh panasnya rasa takutnya. Kemudian Allah SWT menerima taubat dan permohonan ampunannya. Nabi Dawud berkata, “Wahai Tuhanku, letakanlah kesalahanku di telapak tanganku.” Maka kesalahannya tertulis di telapak tangannya. Konon setiap kali ia membentangkan telapak tangannya untuk makan dan minum, atau bahkan yang lainnya, ia pasti melihat kesalahannya sehingga membuatnya terus menangis. Mujahid juga menceritakan bahwa suatu hari pernah dibawakan secangkir gelas kepadanya yang dua pertiganya berisi air. Namun ketika ia meminumnya, ia melihat kesalahannya, sehingga belum sempat gelas itu menyentuh bibirnya, ia sudah menangis tersedu-sedu.

Diriwayatkan bahwa Nabi Dawud a.s. tidak pernah mengangkat kepalanya ke langit hingga wafat karena malu kepada Allah SWT. Dalam do’anya, ia selalu mengucapkan, “Ya Tuhanku, setiap kali aku teringat dengan kesalahanku, maka bumi yang luas ini terasa sempit bagiku. Dan setiap kali aku teringat dengan rahmatMu, maka seakan-akan jiwaku kembali padaku. Maha suci Engkau, Engkau telah mendatangkan para dokter yang menjadi hambaMu untuk mengobati kesalahanku. Mereka semua memberi petunjuk kepadaku untuk menuju kepadaMu, maka betapa buruknya orang-orang yang berputus asa dari rahmatMu.

Fudhail mengisahkan bahwa suatu hari Nabi Daud teringat akan dosa-dosanya. Seketika itu pula ia langsung melompat lari sambil berteriak seraya meletakkan tangannya di atas kepala hingga sampai ke puncak gunung. Maka binatang-binatang buaspun berkumpul mengelilinginya. Nabi Dawud berkata, “Kembalilah kalian semua, aku tidak menginginkan kalian. Aku hanya menginginkan setiap mahluk yang menangisi kesalahannya. Jadi janganlah mendatangiku kecuali dalam kondisi menangis. Barangsiapa yang belum mempunyai kesalahan, maka janganlah berbuat kesalahan pada Dawud.

Konon, Nabi Dawud sering mencela dirinya dalam banyak tangisannya. Ia berkata, “Biarkan aku menangis sebelum keluarnya hari tangisan, sebelum dikoyaknya tulang, sebelum diburaikannya isi perut dan sebelum aku diseret oleh para malaikat yang kasar dan keras., yang tidak pernah durhaka kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan_Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan segala yang diperintahkan_Nya.

Abdul Aziz bin Umar meriwayatkan bahwa setiap kali Nabi Dawud melakukan kesalahan, keindahan Suaranya menjadi berkurang, lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, jernihkanlah suaraku di antara kejernihan suara kaum pencinta kebenaran.”

Diriwayatkan bahwa Nabi Dawud sudah lama menangis hingga melampaui batas, maka dadanya terasa sempit dan digelayuti oleh kesedihan yang mendalam. Ia berkata, “Wahai Tuhanku, tidakkah Engkau kasihan dengan tangisanku ini?” Maka Allah SWT mewahyukan, “Wahai dawud, apakah engkau lupa dengan dosamu dan ingat dengan tangisanmu?” Dawud menjawab, “Wahai Tuhanku, mana mungkin aku lupa akan dosaku. Setiap kali aku membaca Zabur, air yang mengalirpun jadi berhenti, angin berhenti berhembus, burung hinggap di atas kepalaku dan binatang buas datang ke mihrabku dengan jinak. Wahai Tuhanku, keterasingan apa yang ada diantara diriku dengan dirimu?” Allah SWT mewahyukan kepadanya, “Wahai Dawud, itulah lembutnya ketaatan dan terasingnya kemaksiatan. Wahai Dawud, Adam adalah salah satu dari mahluk_Ku. Aku ciptakan ia dengan kekuasaan-Ku. Aku tiupkan ruh_Ku kedalam jasadnya. Para malaikat_Ku bersujud padanya. Aku pakaikan ia dengan pakaian kemuliaan_Ku. Aku beri ia mahkota dengan kemuliaan_Ku. Ketika ia mengadu kepadaKu tentang kesepiannya, Aku nikahkan ia dengan Hawa. Aku persilahkan ia untuk tinggal di surga_Ku. Namun ia mendurhakaiKu sehingga Akupun mengusirnya dari sisiKu dalam keadaan telanjang dan hina. Wahai Dawud, dengarkanlah Aku, Sungguh! Aku ingin mengatakan kepadamu; jika eungkau menanti Kami, maka Kami pun menantimu. Jika eungkau memohon kepada Kami, maka Kami pun akan mengabulkan permohonanmu. Jika engkau mendurhakai_Ku, maka Kami pun akan mengacuhkanmu. Dan jika engkau kembali kepada Kami seperti semula, maka Kami pun akan menerimamu.

Kisah diatas kami ambil dari “Ringkasan Ihya ‘Ulumuddin” Karya Imam al-Ghazali. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari Nabi Daud AS, salah satunya adalah rasa takut kepada Allah SWT. Rasa takut kepada Allah SWT akan membuat kita lebih hati-hati dalam bertindak. Tidak ada yang menjamin kita untuk tetap beriman dan menyakini akan ke-Esa-an Allah dan tidak ada yang menjamin kita tetap selalu bersama-Nya. Karena tidak ada jaminan tersebut maka kita selalu berusaha untuk tetap bisa terus bersama-Nya, memperbanyak ibadah dan ubudiyah sehingga rahmat dan karunia-Nya selalu bersama kita.

Menutup tulisan ini, saya jadi ingat doa yang selalu dipanjatkan oleh Guru mewakili rasa takut Beliau kepada Allah…

Ya Allah… Kuatkanlah Iman, Islam, Tauhid dan Makrifat kami kepada-Mu ya Allah…

8 Comments

Tinggalkan Balasan ke gepeng purwoBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca