Tasauf

Dunia Sufi Yang Misteri (bagian 1)

Ketika anda mendengar kata “sufi” atau orang sufi saya yakin hampir sebagian kita tergambar sebuah kehidupan sederhana di padang pasir yang tandus, ada pohon kurma lengkap dengan ontanya serta tergambar juga dalam pikiran kita seorang yang pakaian sederhana memakai jubah dan surban seperti lazimnya orang Arab. Mungkin tidak semua dari anda berpandangan seperti itu, tapi itulah gambaran umum tentang kaum sufi dan gambaran itulah yang terekam dalam pikiran saya sebelum mengenal dunia sufi dari seorang Wali Allah.

Disampul buku-buku tasawuf juga kita lihat orang berjubah yang hidup sederhana, makanya tidak mengherankan banyak orang alergi dengan tasawuf karena dalam pandangan mereka orang sufi itu adalah jenis manusia zuhud yang tidak memerlukan lagi dunia, mereka hanya memikirkan Tuhan semata. Kritik tajam terhadap kaum sufi adalah mereka egois hanya memikirkan diri sendiri dengan ibadahnya sehingga melupakan hubungan dengan manusia.

Pandangan miring terhadap tasawuf dan dunia sufi itu saya dengar dalam sebuah perbincangan disebuah warung kopi, dimeja sebelah saya 4 mahasiswa IAIN sedang berbincang tentang sufi menurut pandangan mereka dan sangat disayangkan obrolan mereka bukan membahas kebaikan ajaran tasawuf tapi malah membahas hal-hal buruk tentang sufi. “Orang sufi ketika suluk tidak makan daging, dari mana dalilnya itu? Bukankah tindakan seperti itu tandanya tidak mensyukuri nikmat Allah, kenapa melarang sesuatu yang dihalalkan Allah?” demikian seorang mahasiswa memaparkan pandangannya tentang tasawuf. Kemudian yang lain menambahkan, “Saya setuju dengan tasawuf sebagai pelajaran akhlak, tapi saya tidak setuju dengan Tarekat, jumlahnya begitu banyak jadi membingungkan dan terkesan Islam itu terpecah padahal Islam itu kan satu, tidak ada ajaran-jaran khusus sejak zaman dulu dan Nabi dengan sifat amanahnya tidak pernah menyembunyikan ilmu apapun, sementara mereka (kaum sufi) mengatakan memperoleh ilmu laduni, mana ada dalil seperti itu?”. Obrolan yang mirip diskusi itu terus berlanjut membahas hal-hal yang mereka sendiri tidak memahami dengan lengkap dan saya sambil menikmati secangkir kopi hanya senyum-senyum saja. Sebelum meninggalkan warung kopi saya hampiri mereka dan mengatakan, “yang kalian bahas itu tidak ada hubungan sedikitpun dengan tasawuf, persis seperti orang buta membahas tentang Gajah yang tidak pernah dilihatnya. Kalau kalian ingin belajar tasauf jangan hanya membaca tapi carilah guru yang ahli untuk membimbing kalian agar bisa mengamalkan tasawuf dengan benar.” Mereka menatap saya dengan wajah terkejut dan saya segera meninggalkan mereka dengan sejuta tanda tanya. Dalam hati saya berdoa mudah-mudahan Allah membimbing mereka sehingga menemukan Guru Mursyid yang Kamil Mukamil.

Banyak orang membaca tentang tasawuf dan dunia sufi dari orang-orang yang tidak memahami sepenuhnya tentang tasawuf, hanya memahami secara teori dan kemudian pemahaman yang tidak lengkap tersebut dituangkan lagi dalam buku dan dibaca oleh orang awam maka timbul salah persepsi tentang tasawuf. Lebih parah lagi, membaca tentang tasawuf dari orang-orang yang memang anti dengan tasawuf, kelompok-kelompok yang mengambil ilmu dari orientalis yang selalu memojokkan tasawuf. Salah satu ucapan orientalis yang diyakini sebagian besar kaum muslim adalah mereka mengatakan tasawuf itu bukan berasal dari Islam tapi hasil percampuran antara Yahudi, Kristen dan filsafat yunani.

Dalam Islam sendiri ada kelompok yang memang sangat anti dengan tasawuf, saya tidak menyebutkan nama kelompok tersebut dan saya yakin anda mengerti yang saya maksudkan dan kebetulan kelompok tersebut bukan hanya tasawuf yang dianggap sesat tapi hampir seluruh aliran dalam Islam selain dari mereka dianggap sesat.

Kembali ke Sufi, karena seringnya kita membaca buku-buku tentang sufi, cerita sufi, anekdot sufi yang seluruh ceritanya sebagian besar menceritakan dengan latar belakang kehidupan di tanah Arab, dan itu wajar karena cerita-cerita tersebut diambil dari kitab-kitab yang ditulis oleh orang Arab.

Apakah Sufi itu hanya di arab? Dan apakah menjadi sufi itu harus selalu berjubah dengan sekian banyak tambalan, pakaian compang camping, memegang tongkat atau menggembala domba? Kalau menjadi sufi harus seperti itu maka saya yakin orang Indonesia tidak satupun memenuhi Kriteria menjadi seorang sufi .

Tasawuf adalah ajaran moral agar akhlak manusia menjadi lebih baik dan setahap demi setahap melangkah mendekatkan diri kepada Allah sampai benar-benar dekat sehingga tidak ada keraguan lagi yang disembah adalah Allah SWT. Seperti ucapan Abu Yazid ketika ditanya tenang Allah, Beliau berkata, “Tiada keraguan sedikitpun bahwa itu adalah Allah”.

Siapapun yang mengamalkan tasawuf, apakah orang arab, Indonesia, China bahkan orang Eropa sekalipun maka hatinya akan terisi dengan Nur Ilahi, memiliki gairah dalam berzikir mengingat Allah kemudian timbul rasa cinta dan rindu kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sufi akan hadir dimana saja, mungkin dia suka nongrong di mall, atau sering duduk di warung kopi, atau sedang bekerja sebagai karyawan yang apapun yang dilakukan selalu tidak melupakan zikir kepada Allah. Bisa jadi teman disebelah anda dalam pesawat, tukang parkir yang sering senyum kepada anda, tukang bengkel yang memperbaiki mobil anda atau juga bahkan seorang penyanyi yang anda kagumi, jangan-jangan mereka adalah sufi yang selama ini anda cari. Tubuh mereka dibungkus oleh pakaian yang sesuai dengan zaman dan tempat mereka berada, namun hati mereka tidak berubah sedikitpun.

Sufi akan terus menjadi misteri sepanjang zaman dan tidak mudah dikenali kecuali oleh sufi itu sendiri. Mereka lebih senang kalau manusia tidak mengenali mereka sebagai sosok sufi yang alim, mereka lebih nyaman tidak diketahui agar terhindar dari sifat sombong dan ria. Mereka melakukan zikir lama-lama atas rasa cinta dan kerinduang kepada Sang Kekasih dan tentu saja tidak dilakukan di dalam mesjid atau tempat terbuka karena memang tujuan mereka beribadah bukan untuk mendapat pujian manusia

Bersambung…

69 Comments

  • Abdul Muthalib

    Alhamdulillahirabbil’alamiin.
    Bang Sufimuda, memang seperti itulah kiranya seorang Sufi Akhir zaman yang selalu bisa membaur dengan masyarakat lingkungannya dengan menjaga Hablumminannas, dan mungkin saja pada zaman dulu tidak seperti sekarang ttg sifat dan tingkah laku ada yang ekstrim tapi tidak semua seperti itu, salam.

  • Subaidy

    Tulisan yang enak di baca, gaul dam membumi. Semoga penulisnya ditambahi Ilmunya, ditingkatkan derajatnya, ditinggikan maqomnya, ditambahi pula yaa pokoknya ditambah semuanya …syukur bisa bertambah menjadi 7 seperti yang di sunnahkan dalam syariat Nabi Muhammad. he he he he ….

  • zenlita fatima

    masyaAllah, bagus sekali tulisannya.. allhamdulillah ya Allah, KAU ciptakan makin banyak sufi urban 🙂

  • Suroso

    Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memotivasi hamba-hambaNya untuk selalu berkarya dan mendakwahkan hasil karyanya untuk menjadi itibar sesama dan lingkungan.

    Senang sekali rasanya bagi saya, Sufimuda menulis lagi artikel-artikel yang bagus-bagus. Tulisan-tulisan SM, ibarat Vitamin C yang membuat tubuh ini menjadi segar…fresh. he3x…

    Kawan-kawan yang budiman…
    Bagaimana kita tahu, bahwa Garam itu rasanya Asin, jika kita tidak berani mencoba meletakkan sejumput Garam ke/ dalam Lidah kita. Walaupun kita sudah pernah membaca literatur/buku tentang Garam atau mendengar paparan seorang Guru/ Dosen tentang Garam…bahwa Garam itu Asin rasanya.

    Belum lagil rasa Garam yang di produksi dari Pantai Utara Jawa berbeda dengan garam Pantai Selatan Jawa, berbeda pula yang berasal dari Pantai Madura, Sumatra, kalimantan, sulawesi, Papua.. yang import dari China memiliki perbedaan rasa. Tidakkah kita ingin lebih dalam dan detail lagi memahami dan merasakan rasa dari Garam ? Cicipilah, Insya Allah kita akan mengetahuinya.

    Begitu pula halnya dengan Ilmu TASAWUF ini.

    Tasawuf…tidak hanya suatu JALAN menuju Tuhan/ Allah SWT saja. Tidak hanya suatu JALAN untuk mengenal Tuhan saja. Tasawuf adalah suatu “Metode” yang efektif dan efisien untuk dapat cepat sampai dan bertemu denganNya.

    Dikaitkan dengan kita sebagai manusia yang memiliki keterbatasan ruang dan waktu (umur manusia), sampai berapa lama kita menyusuri Jalan untuk bisa MenggapaiNya ? Belum lagi banyak jalan terjal,berliku dan bercabang. Disinilah Tasawuf dalam Islam memainkan peran yang sangat penting.

    Jalan dengan Dinnul Islam sudah kita “Pilih”, mari kita gunakan Metode nya.

    Selamat mencicipi.

    Terimakasih Bang SM. Selamat berkarya. Sukses selalu.

  • alleisha

    benar, dalam buku ary ginanjar pun, sufi sekarang dapat ditemui di perusahaan2 besar, bukan di tempat2 ibadah…

    oya saya mau bertanya, apakah sufi itu firqoh?

  • JELATANG

    Tulisan mantab…
    bahasa yang gurih dan mudah di cerna…
    semoga bisa membuka pola pikir orang banyak yang mengira sufi itu hanya ada di tanah arab,yang hidup miskin dengan baju compang-camping seperti gelandangan dan tidak peduli tentang dunia..

    semoga semakin banyak saudara kita yang berkeinginan masuk ke Jalan Cinta ini..

    terima kasih Abang SM…
    Barakallah fikum..

  • Zainal Arifin

    Assalamu’alaikum bang…
    biarkan saja orang berkata apa bang terhadap diri kita, saya saja sudah banyak mendapat ocehan, sampai ada yg bilang saya sudah gila.
    tapi dalam hati saya cuma bilang, “memang benar saya gila, bahkan tergila-gila dengan semua pelajaran yang saya dapat dalam mengenal Allah, dan tergila-gila sampai setiap saat mengingat-Nya”

    izin share ya bang di akun fesbuk saya, ditunggu bagian 2, 3, dst…

  • adi

    alhamdulillah…menarik skali,saya sangat terima kasih atas ilmu pengetahuan nya…saya tunggu lagi,sambungan nya.

  • MARD

    hehehe … asalkan tidak hanya dalam wacana saja juga … semua tinggal praktek nyata nya … apakah benar rahman rahim sudah menjadi jalan hidup ?? ataukah juga hanya menjadi jargon saja ?? bertasawwuf bertarikat tapi ternyata kasar arogan dan tiak menampakkan sedikitpun lemah lembut dalam berprilaku … sudahkan berbuah segala ucap dan teori itu ??? karena tarikat dan tasawwuf saat ini begitu nampak menggelora dan subur tapi jangan jangan ternyata hanya kulit yang dipahami … semoga menjadi bahan renungan bersama untuk saling menghargai perbedaan dan selalu mencari persamaan bukan perbedaan

    • Candra Kirana

      Sepakat:-)

      Seharusnya ada buku tentang tasawuf/sufi yang ditulis oleh orang yang benar paham dan mengamalkan tasawuf/sufi itu sendiri.

      Ini bisa menjadi penyeimbang dari buku2 tasawuf yang penulisnya sendiri tidak mengerti tentang tasawuf:-)

  • Aisyah ar-Rahmi

    bagaikan air yg menyerupai wadahnya yg ditempati,-para sufi jg demikian adanya,-mereka akn slalu ada pada gerak kehidupan,-membaur sehingga tdk mudah untuk di kenali,-krn bagi mereka cukuplah Allah sj yg tau,-(sunyi sendiri dalam keramaian)
    salam hormat Abangnda SM,-

  • Udin

    wah sip tulisannya….
    lanjutkan sufi muda. semoga semua orang pengamal ilmu tasawuf bertambah ilmunya dan selalu semakin mendekatkan diri pada ALLAH SWT. amien…

    salam kenal 🙂

  • Azis Yaumil

    iya tulisannya bagus bgt, tapi apakah itu tidak terdengar aneh, kalau kita berzikir dan bertasbih sedangkan kemungkaran dan ketidakadilan merajalela, apa itu BUKTI CINTA KITA KEPADA TUHAN KITA? yang dibutuhkan di akhir zaman ini dimana hukum Allah belum ditegakkan ini BUKAN sosok sufi yang meninggalkan dunia dan menyendiri dengan berzikir dan bertasbih di sudut2 dunia, tapi adalah sosok seperti NABI MUHAMMAD, DAN PARA SAHABAT, yang setia untuk mensyiarkan ajaran Allah dan menegakkan kalimat Allah, walaupun kaum2 kafir benci, andaikata kita merujuk kembali kepada semangat seperti maka tidak mustahil akan tercipta madinatul darussalam yang bisa menjadi tempat yang asyik dan sejuk untuk berzikir dan bertasbih kepada Allah semata dan yang terpenting tidak ada lagi saudara-saudara kita di indonesia, palestina, afganistan, irak dan belahan bumi manapun tertindas… no offense.

    • muktar

      he..he..saya bukan superman….(1).kalau saya diserang anjing galak yang kuat,saya akan panggil pemilik anjing itu untuk meredamnya,buat apa cape2 melawan anjing toh dia lebih kuat bisa-bisa mati konyol dong…(2) mana yang lebih prioritas perang yang kecil atau perang yang besar..?…wahai saudaraku kita semua sebagai umat islam punya hak beribadah..bukan kah begitu..? salam untuk mu saudaraku Aziz yaumil

    • Arsad@yahoo.com

      Ass wr wb Sobat muda anda memprotes siapa? Bukankah seluruh kejadian dijagat raya ini sdh tertulis di laut mahfud. dengan demikian pasti sdh diketahui Allah , dan bahkan merupakan skenario Allah SWT. Ketertindasan di negara2 yg anda sebut tadi siapa yg anda slahkan ? Kondisi ini memberi kesempatan kepada kita untuk peduli dan berbuat yg terbaik buat mereka. Bicara kepedulian kekuatan apa yg kita milki? Disini ada harta, ada pikiran, ada tenaga, ada do’a, ada zikir. Kekuatan ini lah yg seharusnya kita padukan. Sufi berada dalam salah satu kekuatan itu. Tinggal cari orang yg bisa merakit kekuatan itu. Mungkin andalah yg ditujuk Allah untuk merakit kekuatan itu, bisa jadi demikian. mungkin juga org disekitar kita yg belum kita kenal. Wahai sobat dalam perjuangan diperlukan hati yg bersih dan niat yg ihklas karena cinta kepada Allah. Bicara hati, niat, ihklas dan cinta kepada Allah kayaknya tidak ada salahnya kita banyak belajar dgn saudara kita dari kalangan sufi. Tinggalkan gengsi untuk ketemu dgn yg Maha suci . semoga.

  • abu majnun billah

    assalaamu ‘alaikum. “kalo ngobrol dengan abu tentang Allah melulu” begitu ungkapan orang yang tidak suka dengan saya. saya punya buku buat ikhwan semua berjudul “MENJADI WALI ALLAH” tentang 7 latho’if dan 20 muraaqabah. hub Abu, 085782289659

  • Andra

    Sesungguhnya para penguasa sufi telah berusaha memelihara keyakinan-keyakinan tasawuf, yakni, dengan merancukan dan menghapuskan ayat-ayat Al-Kitab Al-Karim. Membolak-balik, serta merubah pemahaman Sunnah An-Nabawiyah yang telah suci.

  • Ruslianto

    _APA YANG DIKATAKAN ALLAH KEPADA HAMBANYA__
    1. “Bila engkau telah mengenal Daku dengan-Ku, tidak lagi perkenal an dengan-Ku itu akan dapat ditambah oleh sesuatu (karena Akulah yang akan membawamu sampai kepada puncak makrifat yang dikemu diannya tiada lagi tambahan”).
    2. “Engkau sendiri yang Ku-maukan dari sekian banyak apa yang telah Kuciptakan, maka hendaknya engkau pun demikian juga!
    Hanya kepada-Ku sendiri arahkan kehendakmu, bukan mengarah ke lain dari ciptaan-Ku”.
    3. Batas yang dapat dicapai oleh penglihatan mata-hati, ialah mengenal apa yang dikehendaki oleh-Nya (Nabi Musa a.s menyang gah tindakan-tindakan Al-Khidr, yang mana penglihatannya sudah mencapai apa yang dikehendaki-Nya dan memahami maksud dan persoalan raja yang main rampas perahu secara paksa).
    4. “Menziarahi para orang yang sudah “mendapat” sedangkan pada dirinya tiada mendapatkan, itu berarti suatu pelanggaran (berkumpulnya seorang ahli tasauf “tanpa” ada padanya “zauqiah” (hal-hal yang menyangkut rasa dalam hal ihwal mereka,) adalah merupakan suatu pelanggaran”).
    5. “Syarat keridaan itu ialah penilaian sama antara penolakan dan pemberian”.
    6. “Ilmu itu …lisan lahir,…dan makrifat itu,…lisan bathin”.
    7. “Ilmu itu minuman jiwa; Makrifat itu minuman hati; Hukum itu minuman akal; dan Keputusan itu minuman roh”.
    8. “Kejahilan itu lintasan hati di dalam ilmu; Ilmu itu lintasan di dalam makrifat; makrifat itu itu lintasan hati di dalam “perkenalan”, Perkenalan itu lintasan hati di dalam waqfah; Waqfah itu kesudahan, tiada lagi bahaya dan tiada pula lintasan hati”.
    9. “Akal itu merupakan alat bagi ilmu; Ilmu itu merupakan alat bagi makrifat, makrifat itu merupakan alat bagi perkenalan dan perkenal an itu bukanlah alat dan bukan pula waqfah itu alat.
    Setiap alat mempunyai dua tangan, tangan pertama bertugas memegang dan yang lain melepaskan. Memegang dan melepaskan itu menunjukkan tanda-tanda pertentangan, maka bila tanpa alat, tiada pula pertentangan”.
    10. “Ketahuilah! Kuajak engkau berbicara,.supaya engkau dapat melihat,…bukan untuk berbicara,….Kukatakan padamu,…Inilah penglihatanmu ! Agar engkau memperoleh bukti di dalam makrifatmu kepada Ku, bukan untuk engkau pamerkan atas-Ku kepada siapa yang tiada melihat-Ku…..
    Ketahuilah ! petunjuk Ku bukan berada ditangan Mu,..maka bila Aku mengajakmu bertutur kata, niscaya engkau dapat melihatKu,…. bila engkau melihat,..tiada lagi pembicaraan”.
    11. “Siapa yang tiada naik atasnya Nur Cahaya-Ku, maka ia di dalam api,…dan siapa-siapa yang naik atasnya Nur Cahaya-Ku maka ia akan dapat melihat-Ku”.
    Akhirnya,……Sang hamba (betutur) : aku telah dihentikan berdiri di dalam Hadirat-Nya, Dia adalah abadi demi keabadian, kekal demi kekekalan, akupun telah melihat tirai dan tabir-tabir, segala rupa penghijab, semua terhampar menutupi wajah-wajah siapa saja yang memohon kepada-Nya,…aku telah melihat pula bagaimana kesemuanya itu tersingkap bagi wajah siapa yang berserah diri kepada-Nya,……
    ku mempunyai di sisi Tuhanku suatu maqam, dimana tiada lagi didalamnya “perintah” maupun “larangan”,………………………………
    Mohon maaf kepada yang sangat dimuliakan orang banyak,…….. Wass.

  • Polos

    Assalamualaikum Wr.Wb,
    Ijinkanlah sitolol yg papa ini memuliakanmu wahai mahluk mahluk,
    Kusadri bila hati ini masih ada rasa:bahwa aku lebih mulia darimu,
    bahwa akulah golongan yg benar,
    bahwa kamu hanyalah kulit,dan akulah isi,
    bahwa kamu buta dan akulah penunjukmu
    dan segala umpatan hati bahwa aku sudah lebih dan kau masih kurang,
    maka ketahuilah itu berarti jalanku baru setapak tapi kusangkakan sudah sampai.
    itu berarti kutak tahu apa apa tapi kusangkakan cerdik pandai.
    ‘Salah ! Tak bisa kuterima ! ‘,mahluk mahluk’ mulia dan cerdik itu’ menggeram.
    Tapi lihatlah betapa ‘bodoh’ dan ‘hinanya’ dia yang setiap pagi tanpa boleh telat sedikitpun harus menerbitkan mataharinya untuk menghangatkan mahluk mahluk mulia itu.
    Lihatlah ia harus menggerakkan anginnya untuk mempertahankan napas mahluk mahluk mulia itu.
    Berjuta macam lagi kerja yang harus dilalukannya demi kesenangan mahluk mahluk mulia itu.
    Mengapa dia begitu patuh,setia,murah,kasih dll kepada mahluk mahluk itu ?
    Itulah buktinya dia sudah sampai ( baca; disana).

  • ari sutedja ismu

    seorang sufi akan selalu diam
    jk rukun dan syaratnya sempurna, maka sewaktu dzikrullah, tawajuh, itiqaf dan lain2 _ semua panca indera jasmani akan berhenti bekerja
    jk mash bekerja rasanya belum sampai

    jk sdh praktek seperti ini, apa yg mau dibicarakan lagi ?????

    itulah kaji putus di pangkal——

  • TanTjengHay

    Assalammu’alaikum bang SufiMuda, saya seorang chinesse dan saya penganut katholik, tetapi saya sangat meridukan dan sangat ingin selalu semakin dekat kepada Tuhan, jika saya ingin memperdalam pengetahuan ilmu Tassawuf yang demikian menakjubkan bagi saya, bagaimana menurut pendapat abang.
    Tanggapan abang sangat saya tunggu, terimakasih

  • Ruslianto

    Mendalami makna dunia islam dari arah dalamnya jiwa, dan dampak perilakunya “bersih” DARI unsur materialistis kelezatan dunia yang sifatnya sementara (ini), lebih dikenal dengan sebutan “tasawuf atau sufisme” Bila ditelusuri dari segi “bahasa”, maka sufi berasal dari kata shafwa – yang punya arti bersih atau shafaa. Hal ini dikuatkan dengan “tujuan hidup” kaum sufi adalah kebersihan lahir dan batin, menuju maghfirah dan ridha Allah.
    Di Indonesia, menurut sejarahnya pengikut sufisme banyak di jumpai di berbagai tempat yang mayoritas beragama Islam. Kaum sufi di Indonesia, umumnya,…….. masuk menjadi warga salah satu tharekat, suatu bentuk aliran tasawuf.
    Tokoh-tokoh Islam yang pertama menyebarkan Islam di Indonesia, seperti Wali Songo, DLL – pada dasarnya adalah “kaum sufi” Bahkan, tokoh-tokoh sastra dan spritual seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatranie dan Abdul Rauf Singkel di Sumartera / Aceh Singkel, adalah figur-figur legendaris kaum sufi.
    Mungkin, dengan adanya “warna islam” yang sufistis inilah ia tidak mengalami benturan dengan unsur esoteris pribumi (dulu) sebagai warisan dari Hindu dan Budha.
    Tasawuf atau sufisme itu adalah suatu ajaran dan amalan-amalan kesempurnaan moral yang berlandaskan pada Al Qur’an dan Al Hadist. Seorang Sufi, tentulah ia akan selalu menjalankan praktek-praktek kehidupan yang mendekatkan diri kepada (hanya) ridha Allah. Ia juga menjauhi pola hidup materialistis.
    Lalu, sang sufi pun menampilkan dirinya dalam bentuk berpakaian sederhana, makan seadanya menjalankan ibadah wajib serta menambah ibadah-ibadah sunnah dengan sebanyak-banyaknya.

    Demikian sekedar “pengenalan” siapa sufi dan pengenalan Pelajaran thasawuf (tentu versi Islam) yang ditanyakan oleh Sdr.TanTjengHai.
    wass.

    • iyan

      pencari ilmu di mata-Ku tidak mempunyai jalan kecuali setelah ia mengakui kebodohannya, karena jika ia tidak melepaskan ilmu yang ada padanya, ia akan menjadi setan

      • Ruslianto

        Sewaktu saya “ngisi” premium sepeda motor, seorang petugas SPBU mengucapkan : “Mulai Dari NOL ya Pak” Hmm,… saya hanya tersenyum, mengangguk (setuju).

Tinggalkan Balasan ke syeikh rabbani eewantsBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca