Sufi Muda

Menemukan Tuhan Dalam Keseharian

Al-Qur’an, Warisan Yang Tidak Diwariskan…

Semua ummat Islam sudah sering mendengar kisah-kisah mukjizat yang terjadi di zaman dulu, baik terekam di dalam al-Qur’an, hadist maupun riwayat para ahli sejarah. Kejadian diluar akal manusia itu berlangsung selama ribuan tahun dari sejak zaman Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Sebagian besar meyakini bahwa kejadian itu memang ada, sebagian menganggap itu hanya sebuah kisah untuk dijadikan bahan pelajaran bagi generasi selanjutnya.

Para Nabi di dalam dakwah dibekali oleh Allah dengan mukjizat untuk memudahkan manusia untuk beriman kepada Allah. Ketika akal tidak mampu mencerna apa yang sedang terjadi, maka manusia akan cenderung mengakui itu sebagai sesuatu diluar kuasa manusia. Tukang sihir firaun yang sakti akhirnya sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang dilakukan oleh Nabi Musa bukan sihir, bukan rekayasa manusia tapi benar-benar berasal dari kekuatan di atas sana, hanya dengan melihat tongkat menjadi ular.

Para pengikut Nabi Isa as dengan serta merta bertambah imannya ketika melihat Beliau mampu menghidupkan orang yang telah mati. Beliau dengan 5 potong roti dan 2 ekor ikan, mengangkat tangan ke atas sambil bersyukur, dan dengan melakukan itu mampu memberi makan orang dengan jumlah 5.000 orang, hal yang diluar nalar sama sekali.

Nabi Muhammad SAW, jika kita ceritakan mukjizat Beliau sangatlah banyak bahkan keajaiban itu berlangsung untuk sahabat, generasi setelah itu dan sampai saat sekarang. Nabi SAW mengatakan bahwa Beliau meninggalkan warisan sangat berharga kepada ummat yaitu Kitabullah dan sunnahnya.

Berbicara tentang kitabullah dalam hal ini al-Qur’an, tentu pertanyaan paling menarik, bagaimana cara kita bisa mengerluarkan energi atau power tak terhingga dari al-Qur’an itu sehingga mampu pula melakukan keajaiban sebagaimana yang telah dilakukan oleh para Nabi terdahulu. Jika al-Qur’an adalah sebuah pusaka, sebuah warisan, tentu segalanya ikut terwariskan. Jika kita diberi warisan sebuah mobil, maka fungsi mobil itu akan bisa dinikmati persis seperti yang dinikmati oleh tangan pertama yang memberi dan ketika mobil itu diwariskan lagi akan tetap juga mendapatkan fasilitas yang sama, jika memang mobil itu asli. Jika mobil itu hanya sebuah sertifikat atau hanya bentuk tulisan saja tentu tidak bisa diwariskan sama sekali karena wujud mobilnya tidak ada.

Seorang yang mendapat warisan rumah, akan bisa merasakan kenyamanan dan seluruh fasilitas yang ada di dalam rumah, jika memang rumah itu asli dan berwujud. Namun jika rumah itu hanya berbentuk sebuah sertifikat tanpa ada bendanya, maka kita hanya bisa menikmati tulisan rumah, bukan rumah yang asli.

Maka ummat Islam harus berani bertanya, Al-Qur’an yang diwariskan itu dalam bentuk apa? Tidak ada riwayat yang mengatakan bahwa Nabi menerima wujud kitab yang tertulis berupa mushaf atau dalam bentuk kepingan-kepingan bacaan. Juga tidak ada riwayat ketika Nabi wafat, Beliau memberikan kepada seseorang sebuah buku untuk diwariskan. Maka Kitabullah yang dimaksud sebagai warisan itu bukanlah dalam bentuk fisik, sebab fisik akan terbatas oleh ruang dan waktu, sedangkan al-Qur’an itu bersifat abadi. Kita semua tahu bahwa al-Qur’an dalam bentuk buku itu baru ada di zaman Ustman bin Affan.

Nabi mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah obat dari segala penyakit, artinya seluruh penyakit baik yang sudah ada maupun yang belum ada di dunia ini bisa disembuhkan dengan al-Qur’an. Tapi pada kenyataannya ketika sakit, untuk penyakit yang ringan pun tidak bisa disembuhkan dengan bacaan al-Qur’an, apalagi penyakit rumit seperti HIV, Kanker dll. Ucapan Nabi pasti benar karena Beliau membawa jaminan dari Allah Yang Maha Benar, artinya jika keajaiban Al-Qur’an tidak mampu kita dapatkan, berarti ada yang salah selama ini. Kita belum mampu mengerluarkan energi Maha Dahsyat dari Al-Qur’an yang merupakan satu-satunya warisan dari Nabi kepada kita.

Di dalam surat Ar-Ra’d ayat 31 disebutkan bahwa Al-Qur’an mampu memindah-mindahkan bukit, menghidupkan orang mati bahkan mampu membuat bumi terbelah, artinya teknologi al-Qur’an itu melampaui atau diatas teknologi nuklir yang dibanggakan manusia. Karena hukumnya memang begitu, metafisika itu di atas fisika. Seluruh kekuatan fisik tidak akan mampu mengalahkan kekuatan metafisik, itu yang telah dialami oleh para Nabi dan Para kekasih Allah.

Metafisika yang dimaksud tentu adalah metafisika yang murni berasal dari Allah. Kekuatan yang telah dialami oleh para Nabi dan diberi warisan kepada kita untuk mendownload setiap saat sehingga warisan itu bisa kita manfaatkan setiap waktu pula sesuai dengan kebutuhan kita saat sekarang.

Kelemahan ummat Islam saat ini adalah kita hanya menjadikan agama sebagai ilmu sosial bukan sebagai ilmu eksak atau ilmu pasti. Ilmu sosial itu ilmu bercakap-cakap atau ilmu pandai bercerita. Baru saja di dengar langsung dicerita tanpa mau meriset atau meneliti kebenarannya untuk diri sendiri. Jika ilmu eksak, seorang ahli teknologi tidak akan mengatakan sesuatu sampai dia membuktikan kebenarannya lewat peneliatan ribuan kali, diseminarkan puluhan kali, di uji berulang-ulang, ketika berhasil barulah ilmu itu diceritakan dan diajarkan.

Nabi mengatakan bahwa Islam itu ILMIAH, artinya segala yang pernah terjadi pada Nabi bisa terjadi pada ummat. Ilmiah bermakna bisa diulang kapan saja dan di mana saja. Ketika rukun dan syaratnya terpenuhi maka hal tersebut akan terjadi.

Ummat Islam dimana-mana kalah, baik secara teknologi, politik bahkan budaya. Timur Tengah hancur berantakan, terkhusus Suriah dan Palestina tidak berdaya sama sekali menghadapi Israel, walaupun seluruh ummat Islam sudah mengutuk Israil.

Seharusnya seluruh ummat Islam berfikir secara jernih, kenapa kekalahan ini terjadi? Kenapa Islam bisa kalah di mana-mana, hal yang tidak pernah dialami Nabi? Bukankah Ummat Islam sebagai penerima warisan dari sisi Allah?

Bisa jadi kita hanya menerima warisan berupa tulisan Rumah, bukan wujud Rumah, hanya menerima surat Mobil tapi tidak memiliki Mobil. Tentang Al-Qur’an, bisa jadi kita tidak mendapat warisan sama sekali karena tidak memenuhi rukun dan syarat sebagai pewaris.

Bisa jadi selama ini kita hanya sampai ketahap “membaca” belum memahami, baru sampai ke tahap menghapal tapi tidak sampai kepada hakikat isinya. Bisa jadi kita hanya mengandalkan akal semata untuk mengakases wahyu yang Maha Tinggi tersebut sehingga justru menjadi terhijab atau terhalang dari energi Maha Dahyat itu. Persis sebagaimana firman Allah di dalam Surat Muhammad ayat 24..

“..Namun hati mereka memang keras dan tertutup sehingga tidak mendapat manfaat dari al-Qur’an.”

Semoga Tulisan ini bermanfaat dan menjadi renungan untuk semua…

Single Post Navigation

2 thoughts on “Al-Qur’an, Warisan Yang Tidak Diwariskan…

  1. Pingback: Al-Qur’an, Warisan Yang Tidak Diwariskan… – SUFIMUDA_37

  2. budisufi on said:

    Terima kasih guru

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: