Serba Serbi

Euro 2008; Kira-kira Tuhan Menangkan Tim Mana Ya?

Setelah Tawajjuh (zikir bersama), seorang teman tiba-tiba nanya: “Euro 2008, kira-kira Tuhan menangkan Tim mana ya?” Mendengar pertanyaan tiba-tiba tanpa asal usul seperti orang dapat wangsit saya jadi kaget juga, dan saya jawab dengan santai: “Tuhan lagi sibuk gak sempat ngurus bola” , yang dengar jadi ketawa, teman yang mengajukan pertanyaan tadi cuma cengar cengir. Begitulah suasana pondok sufi, semua bisa jadi bahan gurauan, semua masalah serumit apapun biasanya ditanggapi dengan santai. Tapi begitu hebatnya pengaruh cinta kepada sepak bola sampai-sampai terbawa saat berzikir, bisa-bisa mengalahkan cinta kepada Tuhan.

 

Ya, deman Euro 2008 melanda seluruh dunia, bagi maniac bola inilah saat yang paling ditunggu, hajatan 4 tahun sekali, bagi pecinta bola tidak ada yang lebih indah dan nikmat selain menghabiskan waktu di depan TV, memelototi tim kesayangannya bertarung. Begitulah kalau cinta kepada bola sudah melekat, gula jawa rasa coklat he5, apakah itu yang disebut cinta?

 

Kisah cinta menjadi tema yang tidak akan pernah habis digarap dan dibicarakan para pujangga sepanjang masa. Tidak terkecuali dalam dunia sufi. Cinta adalah tingkatan atau Maqam (Station) tertinggi.

 

Membicarakan cinta ibarat membicarakan mawar dan bunga-bungaan di sebuah taman yang indah. Taman yang tidak ditumbuhi mawar dan bunga-bungaan itulah mirip kehidupan yang hampa dan kosong tanpa cinta.

 

Hanya masalahnya, cinta yang mempunyai daya dan energi, the power of love, meminjam istilah Celine Dion, sering disalahtafsirkan. Cinta lebih dipahami sebagai cinta-cintaan, seks, romantis, dan kegilaan yang mengabaikan norma dan agama.

 

Cinta yang oleh banyak orang dipahami sebagai care and share, perhatian dan berbagi perasaan kebanyakan ujungnya adalah seks, dan lebih parah lagi adalah seks bebas. Dahulu pernah berkembang fenomena yang mengatasnamakan cinta, tetapi berujung pada kecabulan dan kemesuman; Children of God.

 

Cinta yang memiliki daya dan energi adalah cinta yang lahir dari sebuah ketulusan. Cinta yang lahir bukan dari sisi luaran atau karena embel-embel material, istilah anak sekarangnya : cinta matre. Tapi, cinta itu lahir dari sebuah gejolak jiwa yang dalam dan tanpa pamrih.

 

Jadi, cinta itu lebih dekat ke pengertian memberi daripada berharap. Cinta itu lahir bukan karena: mengapa, karena, dan sebab? Tapi, cinta lahir dari: walaupun, meskipun, dan entahlah. Yang kalau dipahami dalam syair lirik Ebiet G. Ade, Apa Ada Beda, dengan ungkapan: Cinta yang kuberi sepenuh hati,/Entah yang kuterima aku tak peduli;/Aku tak peduli; aku tak peduli; aku tak peduli.

 

Cinta yang mampu mengancurkan dinding tebal, bukit cadas dan mampu menahan pedihnya penderitaan adalah cinta yang banyak digambarkan dalam ajaran sufi. Cinta juga sebagai kekuatan melampaui batas umur, ras, dan agama-beyond the limits, yang dalam bahasa Khalil Gibran, novelis dan sastrawan asal Libanon, cinta adalah agama itu sendiri.

 

Kisah syekh San’an yang telah beribadah selama lima puluh tahun dan menjadi guru sufi di Mekkah dan akhirnya jatuh cinta dengan gadis Nasrani yang bekerja di sebuah kuil Bizantium adalah sebuah contohnya, syekh San’an karena terpesona dengan gadis itu dia pun kasmaran dan mabuk cinta hingga melupakan jati`dirinya, dan mengabaikan semua atribut yang disandangnya. Beliau yang sudah tua pun rela hanya untuk mendapatkan cintanya, menjadi pelayan gadis itu; memelihara babi miliknya. Dia rela dihina, dicela, dan dicaci-maki.

 

Dalam tradisi kesufian, bila ingin mencapai tingkatan mahabbah, atau cinta, dia juga harus melakukan penderitaan ini: mortification, humilation  dan die for self-meminjam istilah Sara Sviri dalam bukunya the Taste of The Hidden Thing.

 

Syekh Dermoga Barita raja Muhammad Syukur mengatakan: “Tidak ada derita atas nama Cinta. Sahabat-sahabat nabi begitu cintanya kepada Beliau, jangankan harta, nyawapun akan diberikan

 

Kembali keteman yang demam sepak bola, diajak saya ke kantin dekat pondok sufi, dia nanya, “ Gimana ya supaya kita tahu tim mana yang menang?”, rupanya dia masih penasaran, saya jawab: “kan Guru kita pernah bilang, apapun masalah didunia ini bisa selesai dengan zikir 6 jam, masalah penyakit beratpun selesai, orang mati bisa dihidupkan, konon cuma masalah sepak bola

Wah kok sekarang baru ingat ya, malam ini saya akan zikir 6 jam!

Sebelum berpisah saya ingatkan dia “Kalau kamu gunakan zikir hanya untuk tahu siapa pemenang Euro 2008 nanti zikirmu akan sia-sia, kenapa tidak kamu gunakan zikir 6 jam untuk mengatasi persoalan hidup, mengubah nasib? Kalau kamu kaya, piala dunia 2010 kamu bisa nonton langsung di stadionnya”

Kawan saya diam, diam penuh makna, dari sorotan matanya bisa saya tebak, malam ini pasti dia akan zikir lama, karena begitu penasaran dan cintanya kepada sepak bola.

 

Mudah-mudahan Euro 2008 mampu mengubah seorang murid yang amat malas berzikir menjadi rajin, mengubah cinta kepada sepak bola menjadi cinta kepada Tuhannya. Semoga!

13 Comments

  • t.arif hidayat malik

    WONDERFULL. cinta sejati cuma ada didunia tasawuf dan di alam para sufi. tarian eskatis rumi bukanlah tanpa makna, itulah cintanya, ungkapan cintanya adalah dengan eskatis. namun tiada yang lebih tinggi selain dari ajaran Syaidi Syeikh Dermoga Barita Raja Muhammad Syukur, ” tiada derita atas nama cinta”. atas nama Cinta, apapun yang dialami, dirasakan bukanlah derita, melainkan kecintaan itu sendri. sungguh luar biasa.

    tidak ada cinta di Syari’at, yang ada hanyalah keterpaksaan untuk cinta dan mencintai seuatu yang tak berwujud, sungguh ironis dan kasihan. mau tahu cinta yang sebenarnya, hakikat cinta itu apa : PRAKSISKANLAH TASAWUF”.

    • ibay

      anda ngaco,, hehe
      “tidak ada cinta di syari’at” belajar lagi Islam dengan lebih baik ya.. 🙂
      “Barangsiapa yang menghidup-hidupkan sunnahku, maka sungguh dia mencintaiku. Dan barangsiapa yang mencintaiku, maka kelak ia bersama aku pada hari kiamat didalam surga”
      menghidupkan sunnah didapat dari mana? (jawab sendiri jika mengaku berilmu islam)
      jadi hati2 dalam berpendapat

      Salam

      • SufiMuda

        Sunnah itu akan hidup kalau anda tersambung rohani kepada Rohaniah Rasulullah yang beserta Maha Hidup. Tanpa itu maka bukan sunnah yang dihidupkan tapi hanya melaksanakan apa yang dikerjakan Nabi tanpa bisa merasakan kahadiran Nabi yang hidup disisi Tuhannya.
        Segala yang dikerjakan Nabi akan “hidup” untuk diulang kalau kita disertai oleh rohani Beliau yang terus hidup, tanpa itu kita tidak pernah melaksanakan sunnah Beliau, barangkali kita hanya melaksanakan budaya arab semata. demikian.

  • sufimuda

    Siapa yang menggetarkan jiwa rapuh ini?
    Siapa yang meleburkan rasa angkuh diri?
    Siapa yang mengirimkan kerinduan tanpa batas saat malam pekat?
    Siapa yang selalu menginspirasi fikiran untuk selalu bertafakur?
    Siapa yang telah menggerakkan badan ini untuk ber’ubudiah?
    Siapa yang telah menggoncangkan jiwa saat berzikir?
    Siapa yang membuat diri menjadi kuat dalam mujahadah ini?
    Siapa yang telah menanamkan cinta membara dalam jiwa lemah ini?
    Siapa yang telah membuat diri ini gila kepada Cinta?
    Siapa yang telah mengirimkan ribuan malaikat untuk menemani ku berzikir dalam suluk?
    Siapa yang telah menggoncangkan kantong air mata ini sehingga dia tumpah tanpa bisa tertahan?

    Semua itu karena Engkau Wahai Junjunganku…
    Tanpa Mu sungguh aku ingin cepat-cepat mati, agar aku bisa terus abadi bersama-MU
    Kalau aku sanggup menahan semua derita, mana mungkin aku bisa sanggup berpisah dengan -MU

    Wahai Junjunganku…
    Bukalah Hijab orang2 yang terhijab agar mereka bisa menyaksikan WAJAHMU nan Agung….
    Agar mereka tahu untuk apa mereka terlahir kedunia…
    Agar mereka tidak lagi berebut jatah “kapling” di surga…
    Bukankah melihat Wajah-Mu nan Suci adalah inti sari Surga?

    Wahai Junjunganku…
    Sadarkanlah orang2 yang selalu berbuat kerusakan dimuka bumi yang selalu mengatasnamakan dirimu…
    Engkau pernah berkata: “Ulama-Ku itu salahnya Ku benar-kan dan benarnya kuberkati, yang lainnya Benarnya Ku salahkan dan salahnya Ku kutuk”

    Ulama-Mu yang telah Engkau jamin setiap ucapannya adalah kebenaran tidak pernah menyalahkan dan mengkafirkan orang lain, kenapa orang yang tidak Kau beri mandat itu malah melakukan hal yang sebaliknya? merasa benar sendiri?

    Wahai JunjunganKu
    Ampuni atas ketidaktahuanku…

    Salam rinduku selalu kepada-Mu

    yang selalu berdosa
    Sufimuda

  • andra

    hahahaha makan tuh mursyid penipu..imam ghozali aja kapok bertarekat…akhirnya ia tobat..dan kembali kejalan Allah yang benar tanpa berwasilah…(bull shit semua)

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca