Tasauf

Tasawuf Tanpa Tarekat (2)

Auliya Allah (Wali Allah) sosok yang saya Idolakan sejak kecil

Saya lahir dan besar di desa, dari kecil Nenek saya cerita bahwa di gunung yang ada di desa saya itu tinggal Aulia Allah (Wali Allah). Ketika akan datang musim menanam padi, dipuncak gunung Auliya  Allah akan mengibarkan bendera putih tanda mulai musim menanam padi dan kalau bendera itu sudah dinaikkan maka biasanya hasil padi akan baik dan tidak pernah mengalami gagal panen. Nenek saya juga cerita bahwa Auliya Allah tidak hari kerjanya hanya ibadah dan zikir saya dan saat itu saya tidak pernah menanyakan apa yang dimakan Auliya Allah di hutan, apakah mereka makan nasi atau makanan makanan lain. Bahkan saya meyakini bahwa Auliya Allah itu berbeda dengan manusia seperti kita, sosok gaib seperti malaikat itulah gambaran Auliaya Allah dalam pikiran saya.

Saya pernah bertanya kepada Nenek bagaimana cara berjumpa dengan Auliya Allah, nenek saya menjawab, “Auliya Allah adalah sosok manusia suci dan hanya orang-orang yang bersih, shalat tidak pernah tinggal dan selalu berbuat baik saja yang bisa berjumpa dengan Auliya Allah”. Kemudian saya bertanya lagi, “Apakah Nenek pernah berjumpa dengan Auliya Allah?”. Beliau menjawab, “Nenek pernah perjumpa sekali di dalam mimpi?”. Saya penasaran  dan bertanya lagi, “Bagaimana wajahnya Nek?”, Nenek saya menjawab, “Wajahnya indah, putih bersih bercahaya memakai surban dan memakai jubah putih”.

Saya semakin penasaran dan cerita ini pertama sekali saya dengar dari Nenek ketika saya berumur 6 tahun dan sejak itu saya tidak pernah meninggalkan shalat karena saya ingin sekali berjumpa dengan Auliya Allah. Minimal sekali seumur hidup saya harus pernah berjumpa dengan sosok misterius yang bernama Auliya Allah itu.

Setahun sebelum Nenek saya meninggal dunia, saya telah mengikuti amalan Tarekat dan kemudian baru saya sadari saya bukan hanya telah berjumpa dengan sosok idaman saya, sosok yang saya inginkan sejak kecil tapi saya bahkan diterima menjadi murid Beliau, menjadi murid Wali Allah!

Ketika Nenek saya meninggal dunia, saya telah mengikuti suluk sebanyak 3 kali. Saya masih ingat ketika pulang ke kampung, waktu itu nenek saya sakit berat dan tidak bisa makan dan minum sama sekali. Saya menceritakan kepada nenek saya bahwa saya telah diterima menjadi murid Auliya Allah. Nenek saya dengan setengah ragu dan dengan suara lirih menanyakan kepada saya bagaimana wajah Guru yang saya sebut Auliya Allah tersebut. Saya kemudian ceritakan ciri-ciri Guru saya secara lengkap kepada Beliau. Nampak Nenek saya terkejut dan Beliau mengatakan, “Seperti yang kamu ceritakan itulah Auliya Allah yang bernah datang dalam mimpi ketika nenek masih muda, persis sama!”. Akhirnya beliau dengan semangat mendengar cerita saya tentang kehebatan-kehebatan Guru saya dan anehnya nenek saya seperti mengenal dekat sosok yang saya ceritakan tersebut padahal belum pernah berjumpa secara langsung.

Di akhir hanyat, karena uzur, nenek saya sudah jarang ke masjid dan hanya shalat di rumah. Sehari sebelum meninggal dunia, Nenek saya meminta air dari Auliya Allah kepada saya. Nenek meyakini bahwa air zikir dari auliya Allah bisa menyembuhkan segala penyakit, melapangkan dada bahkan dapat mengusir setan. Apabila minum air dari Auliya Allah maka ketika meninggal akan didatangi oleh Auliya Allah. Saya memberikan air tawajuh yang saya bawa dari surau Guru saya ketika selesai suluk dan Beliau meminumnya. Ketika meninggal dunia, saya berada di kepala Beliau, tidak ada keluh kesah, tidak ada kegundahan di wajah Beliau, ketika meninggal Beliau memandang lurus  dan tersenyum seperti melihat seseorang. Getaran di badan saya juga merasakan kehadiran Guru saya, Auliya Allah yang menjadi idola nenek saya. Beliau meninggal tersenyum dengan menyebut nama Allah. Semua yang hadir heran dan penasaran akan kematian nenek saya yang baik tersebut, meninggal dengan tersenyum dan menyebut nama Allah padahal nenek saya bukan seorang yang ahli ibadah, beribadah hanya sekedar kewajiban saja. Keyakinan akan Auliya Allah sebagai sosok ajaib yang dekat dengan Allah itu yang memberikan semangat kepada Nenek dan akhirnya walaupun tidak pernah berguru kepada Auliya Allah, syafaat sang Auliya Allah mengalir kepada Beliau. Saya selalu berdoa kepada Allah agar memberikan ampunan kepada nenek saya, dan semoga Allah berkenan menerima beliau disisi-Nya.

Bersambung…

11 Comments

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca