HASAN AL-BANNA, MUHAMMAD ABDUH DAN 15 TAHUN SUFIMUDA.NET

Hasan al Banna tidak pernah menyangka bahwa kebiasaan dia nongkrong di warung kopi kemudian melahirkan Gerakan Islam paling besar di zaman modern ini yaitu Ikwanul Muslimin. Hasan al Banna memang senang nongkrong di warung kopi di pinggir sungai nil di Mesir, sekalian menyampaikan dakwahnya, mengikuti gaya pendahulunya yaitu Jamaluddin al-Afghany.
Keduanya memang memimpikan sebuah masyarakat Islam yang bersatu, berbeda namun tetap dalam satu persaudaraan besar yaitu persaudaraan Islam. Begitulah alamiah di dunia ini semua berubah, Gerakan Ikhwanul Muslim yang semula ingin menyatukan ummat Islam menjadi Gerakan yang ekslusif terpapar oleh pemikiran Khawarij yang suka menyalahkan orang diluar kelompoknya.
Jamaluddin al-Afghany memahami bahwa akar penyebab kemunduran Islam karena sejak zaman Salahuddin Al-Ayubi pintu ijtihad di tutup dan mazhab hanya boleh 4, untuk menghindari perpecahan Islam. Agama kemudian kehilangan ruh nya, kehilangan fleksibilitas, apapun tantangan zaman ulama akan terus menerus mengacu kepada pemikiran klasik tanpa mau menciptakan hal baru. Kemudian Muhammad Abduh meneruskan pemikiran Jamaluddin al-Afghany menjadi Gerakan pemikiran yang lebih besar.
Muhammad Abduh adalah seorang tokoh yang menempatkan akal pada kedudukan yang sangat tinggi, sehingga corak pemikiran teologinya adalah bersifat rasional. Menurutnya, Islam adalah agama yang rasional, agama yang sejalan dengan akal, bahkan agama yang didasarkan atas akal. Pemikiran Muhammad Abduh di teruskan oleh Hasan al-Banna dan di Indonesia pemikiran modern ini diterapkan oleh K.H Ahmad Dahlan dalam Muhammadiyah.
Gerakan Ikhwanul Muslimin yang awalnya untuk menyatukan ummat Islam dikemudian hari menjadi kelompok yang justru menyebabkan perpecahan di kalangan ummat Islam, mereka telah membuang pemikiran paling mendasar dari tokoh pendirinya kemudian menjadi pemikiran yang hampir 100% meng-adopsi paham wahabi. Jika Jamaluddin al-Afghany dan Hasan Al-Banna adalah pengamal tarekat dan menjadikan tasawuf sebagai pondasi pemikirannya maka dikemudian hari pengikutnya justru menentang tasawuf dengan sangat serius.
Awal tahun 2000, Gerakan anti tasawuf yang dipelopori oleh kelompok ini sangat massif berdakwah di internet dan masyarakat awam dengan mudah meyakininya karena bagi Sebagian besar orang saat itu menganggap informasi dari internet itu sepenuhnya benar. Jika kita search kata tasawuf yang muncul bukan hal positif tapi hal negatif. Penggalan kata ulama dulu seperti Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal dijadikan senjata untuk menyerang tasawuf.
Ucapan dari tokoh tasawuf diputar sedemikian hebat sehingga terkesan sesat dan keluar dari agama. Memang kelompok satu ini paling hobi mengeluarkan orang Islam dari Islamnya, semangat yang tidak pernah terfikir oleh pendirinya… Hasan Al-Banna. “Barangsiapa yang menghapal hadist tidak aku izinkan mengikuti majelisku”, ucapan Abu Yazid Al-Bisthami itu dianggap sebagai anti hadist. Padahal Beliau sedang menasehati orang-orang di zaman Beliau yang suka menghapal hadist untuk mencari uang. Orang yang menyampaikan hadist entah itu benar atau dikarang, Raja langsung memberikan imbalan. Abu Yazid tentu saja hidup dizaman dimana hadist belum diverifikasi sebagaimana di zaman kita sekarang.
Maka tanggal 8 April 2008, dengan niat mengimbangi informasi salah tentang tasawuf, kami mulai menulis tentang tasawuf berdasarkan pengamalan kami di tarekat. Apa yang kami baca kemudian kami selaraskan dengan apa yang telah kami jalani maka tulisan-tulisan di Sufimuda.net bukan sekedar tulisan tapi itu bagian dari pengalaman pribadi dalam tarekat.
Jika tulisan awal Sufimuda memang bercorok argumentatif dan cenderung propokatif untuk mengimbangi informasi negatif, dikemudian hari tulisan-tulisan disini berubah secara perlahan.
Sufimuda.net tetap menjadi sarana bagi kami pribadi untuk menulis tentang tasawuf, filsafat, sejarah dan pemikiran Islam, mudah-mudahan menjadi Kolam Kedamaian kepada siapapun para pencinta tasawuf tanpa memandang apa tarekatnya dan siapa mursyidnya. Tulisan ini juga sebagai informasi untuk semua ada perubahan total dalam tampilan wajah Sufimuda.net tapi tidak berubah isinya.
Sufimuda.net juga mudah-mudahan menjadi sarana alternatif bagi siapapun yang ingin melihat Islam dari sudut pandang lain, sudut pandang yang tidak pernah terfikirkan selama ini. Kami menyemangati semua Islam untuk sedikit mau merenung, apa Islam yang selama ini dilaksanakan sudah benar sesuai dengan apa yang yang dilaksanakan dan dirasakan oleh Nabi dan para sahabatnya?
Jika Sufimuda.net adalah sarana untuk mengetahui tentang tasawuf sedangkan Dayah Sufimuda adalah sarana untuk mempraktekkan apa yang dipahami dan dipelajari. Sebab Tasawuf adalah praktek, tanpa praktek maka paham tasawuf akan Kembali menjadi teori, menjadi syariat yang penuh perdebatan. Dayah Sufimuda dengan jamaah saat ini sudah mencapai 10.000 orang dan terus bertambah, mengamalkan praktek tasawuf, merasakan kesembuhan dan ketenangan jiwa dan akan terus berkembang. Corak persaudaraan di Dayah Sufimuda inilah sebenarnya yang diimpikan oleh Hasan Al-Banna, corak persaudaraan yang berlandaskan spiritual dengan demikian segala wujud material tidak menjadi tolak ukuran.
Persaudaraan yang dalam satu sisi meninggalkan rasionalitas terutama berhubungan dengan Ketuhanan namun disisi lain sangat rasional, itulah alasan kenapa di Dayah Sufimuda bisa berkumpul berbagai jenis manusia dari berbagai kalangan.
Dayah dengan ciri khas tarekat yang bercorak tradisional tetap dipertahankan sebagai warisan dari keaslian ajaran warisan Nabi, sementara Gerakan pemikiran orang-orang di Dayah Sufimuda berkembang dengan bebas karena mereka sudah merdeka dalam arti sesungguhnya, terbebas dari hawa nafsu, terbebas dari setan di dalam dirinya.
…Muhammad Abduh akhirnya lega, ternyata corak Islam tradisional termasuk praktek tarekat di dalamnya tidaklah menghambat kemajuan, tidaklah bertentangan dengan modernitas yang diimpikannya.
Hasan al-Banna pun mengubah kebiasaan dari minum kopi di kafe pinggir sungai nil lebih sering nongkrong di kantin Dayah Sufimuda. Hasan al Banna meyakini bahwa persaudaraan tidak bisa dibangun hanya bermodalkan pemikiran bahkan ideolologi, persaudaraan Islam harus dilandaskan oleh Spiritual, ruh harus di ikat oleh satu ikatan besar yaitu Ruh Rasulullah SAW. Sambil memandang Dayah Sufimuda, Hasan al-Banna berucap… “Aku Telah Menemukan!”.


2 Comments
Jamil Al Kolli
Izin share .Abangda
uda dennie
HADIR saudaraku…….