Pemikiran

POST TRUTH

Saya sering mendapat informasi di media sosial tentang Erdogan, Pemimpin Turki yang diyakini sebagai sosok yang sempurna mewakili Islam. Bahkan ada kata-kata dari Erdogan yang dikutip seperti “dimana azan berkumandang disitulah negeriku”, artinya Erdogan menjadi pelindung bagi negeri-negeri muslim diseluruh dunia. Apakah kebenarannya memang demikian? Bagi pendukung Erdogan tentu informasi yang mereka terima dan mau mereka terima hanya tentang hal-hal baik mengenai Erdogan, kritik terhadap Erdogan langsung dianggap fitnah. Ketika channel Al Arabiya (milik Saudi) dan Al Ain (Uni Emirat Arab) menyebarkan video bukti kerjasama Erdogan dengan Israel maka beramai-ramai pendukung Erdogan menganggap itu Hoaks, padahal mereka percaya 100% ketika Al Arabiya selama 8 tahun terakhir menyebar hoax soal “kekejaman Assad”. Inilah salah satu contoh fenomena Post Truth.

Istilah post-truth atau pasca-kebenaran menjadi primadona pada 2016. Hampir semua negara membicarakan istilah itu. Dalam kamus Oxford, makna post-truth adalah dikaburkannya publik dari fakta-fakta objektif.

Ada dua peristiwa yang melatarbelakangi post-truth jadi perbincangan banyak orang di dunia. Peristiwa pertama yang metarbelakangi fenomena post-truth adalah keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa. Insiden kedua yang menguatkan fenomena post-truth adalah kemenangan Donald Trump dalam kontestasi politik di Amerika Serikat.

Usai dua peristiwa itu, muncul anggapan bahwa opini publik dapat dibentuk via hoaks. Namun jika ditilik secara historis, pengguna pertama istilah post-truth adalah Steve Tesich dalam artikel berjudul The Goverment of Lies yang dimuat majalah The Nation tahun 1992.

Dalam artikelnya, Steve Tesich menggambarkan bagaimana skandal Watergate dan Perang Teluk Persia dapat membuat tenang dan nyaman warga Amerika Serikat meski dua insiden tersebut dipenuhi banyak kebohongan. (Pikiran Rakyat).

WNI yang bergabung bersama ISIS berperang di Suriah juga tidak terlepas dari pengaruh Hoaks yang secara overdosis ditelan sehingga mereka meyakini bahwa ISIS adalah benar-benar Tentara Allah yang ingin membebaskan umat muslim seluruh dunia dari jajahan negara kafir. Ketika mereka disuguhi informasi lain tentang ISIS, bahwa itu adalah kelompok yang sengaja dibentuk oleh Amerika untuk merusak wajah Islam dan untuk kepentingan politik mereka, maka informasi ini dianggap fitnah oleh mereka.

Kelompok Wahabi/Salafy sampai kiamat 7 kali pun tetap menganggap kelompok mereka satu-satunya yang benar-benar menjalankan ajaran Islam secara murni dan benar, ajaran mereka paling orisinil seperti yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika disuguhi informasi lain bahwa ajaran wahabi itu hasil kreatifitas para intelijen Inggris dan kaum orientalis untuk meruntuhkan Turki Ustmani dan untuk mengontrol ummat Islam dengan cara memecah belah mereka pasti informasi ini dianggap fitnah. Mereka sangat menjunjung tinggi kesucian negara Arab Saudi tapi ketika pengaran Muhammad bin Salman membocorkan rahasia bahwa ajaran wahabi sengaja disebar atas perintah Amerika Serikat untuk membentung pengaruh Uni Soviet pada perang dingin (Sindonews), informasi ini langsung dianggap Hoaks. Kelompok Wahabi pasti langsung percaya jika dibilang Sufi itu berasal dari ajaran Hindu dan tidak mau percaya sedikitpun informasi lain tentang sufi selain yang mereka sudah percaya.

Ada sebuah ungkapan bahwa kebohongan yang di ulang-ulang akan menjadi kebenaran. Kita awalnya mentertawakan iklan yang nampak lebay, seperti orang setelah minum minuman berenergi ketika loncat di padang pasir dengan seketika padang pasir berubah jadi sungai. Tapi tahukan anda bahwa alam bawah sadar manusia tidak bisa membedakan antara nyata dan ilusi?.

Iklan di TV atau di media sosial itu mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan ketakutan. Ketika anda takut maka anda bisa menjadi pangsa pasar mereka, mengiring kepada kehendak mereka. Orang di takut-takuti dengan warna kulit yang gelap, tujuannya agar mereka bisa menjual pemutih kulit. Iklan produk suplemen juga bekerja dengan cara sama, anda diberi ketakutan agar mereka dengan mudah mempengaruhi anda.

Karena itulah sebabnya kenapa akal disebut lemah karena sangat mudah dipengaruhi informasi yang masuk kedalamnya. Informasi ini kemudian membentuk persepsi mereka terhadap sesuatu. Akal sama sekali tidak bisa dipakai untuk menemukan Hakikat Tuhan karena anda sudah terlanjur diberikan “iklan” tentang Tuhan yang bukan Tuhan. Anda diberi persepsi bahwa Tuhan itu sesuatu yang tidak terjangkau agar Dia nampak Agung. Tuhan tidak memiliki tempat dan tidak terikat ruang dan waktu agar Dia nampak hebat bahkan Tuhan tidak bisa dilihat agar Dia terlihat berbeda dengan makhluk.

Apakah semua persespsi itu benar? Jawabannya akan anda dapat setelah anda sampai ke Alam Rabbani dimana disana segala persepsi memang tidak diperlukan lagi karena anda sudah sampai kepada hakikat. Ketika rohani anda sampai ke Alam Rabbani maka segala persepsi anda selama ini tentang Dia akan runtuh berantakan, karena memang Dia berada diluar persepsi.

Pernahkah anda renungkan, jangan-jangan keyakinan anda terhadap agama selama ini hanyalah sebuah fenomena  post truth tidak sampai kepada Kebenaran Sejati?  

10 Comments

  • Hadrial Aat

    Sekarang bagaimana kebenaran yang terus diulang-ulang agar kebenaran sejati yang seharusnya diketahui. Terimakasih kepada Tuan Guru yang terus mengulang dengan pendekatan terkini dan terteknologi serta milenialis sehingga relevan dengan penerima informasi masyarakat sekarang..!!!

    • Ruslianto

      Secara etimologi kata “suluk” berarti jalan atau cara, bisa juga diartikan kelakuan (berkelakuan) atau tingkahlaku, Kata suluk adalah bentuk Masdar yang diturunkan dari bentuk verbal “Salakka yasluku” (Faslukki) yang secara arfiah mengandung beberapa arti yaitu: Memasuki, melalui jalan,bertindak (secara jahir dan batin) dan memasukkan.
      Secara garis besarnya merupakan kegiatan seseorang beriman lebih mendekatkan diri (lahir bathin) kepada Allah SWT.
      Suluk hampir sama dengan tharikat, yakni suatu cara mendekat kan diri lahir batinnya kepada Tuhan, hanya saja, jika tharikat masih bersifat konseptual, sedangkan “suluk” sudah dalam bentuk operasional.
      Operasional dalam arti yg sesungguhnya (Mujahadah/perintah Allah QS Almaidah -35) dan hanya sekedar teori, melainkan langsung dipraktekkan dalam tingkahlaku keseharian dalam suluknya sang salik.
      Kata suluk berasal dari ungkapan terminologi dalam Al-Qur’an surah an-Nahl (16) ayat 69 ; Summa kulli min kullis samarati faslukki dibuka rabbihi zulula, yakhruju mim butuniha syarabum mukhtalifun alwanuhu fihi syifa’ul lin nas Inna fi zalika la aayatal liqaumiyyatafakkarun.
      Kemudian makanlah dari segala (macam) buah buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu) , Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.Sungguh, pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berfikir.
      Perhatikan kata ; Faslukki (dima’nai sebagai suluk) disisipkan pada Surah an-Nahl (lebah) menggambarkan ttg madu yg banyak manfaatnya bagi manusia sedangkan kata Faslukki itu sendiri disambungkan dgn agar orang beriman menempuh jalan Tuhan yg telah dimudahkan, dipenghujung ayat menyebut agar orang beriman berfikir secara rasional, dan Perhatikan pula bentuk sarang lebah (an Nahl) dan bentuk kelambu anda.
      Demikianlah, Doeloe InshaAllah bermanfaat, Allahua’lammbisowab.
      Wass.

  • Hudsuhu

    Yg mulia guru sufi muda,,,izinkan saya jadi murid anda,,,meskipun sementara ini lewat dunia internet,,,
    Apabila Tuhan mengizini,pasti saya ketemu anda secara langsung,,,betapa bahagianya hati ini,apabila ketemu anda tuan guru
    Salam hormat dari saya

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: