Tasauf

SIAPAKAH DIA?

Sesungguhnya Aku hanya menerima shalat dari orang-orang yang merendah diri (tadarruk) karena keagungan-Ku dan tiada menyombongkan dirinya di atas makhluk-Ku, tiada terus menerus bermaksiat kepada-Ku, menghabiskan masa harinya berdzikir kepada-Ku, berbalas kasih kepada orang miskin, orang musafir-ibnu sabil, perempuan janda dan orang yang terkena musibah. Ia memancarkan cahaya laksana matahari. Aku lindungi ia dengan Kebesaran-Ku dan memerintahkan malaikat-Ku menjaganya. Aku berinya cahaya dalam menerangi hidupnya. Ia diantara makhluk-makhluk-Ku laksana “Firdaus” gemerlapan di antara barisan surga-surga-Ku. (HR. Bazzar dari Ibnu Umar RA).

Kebanyakan orang melaksanakan shalat hanya berfokus kepada ritual zahir saja, melaksanakan gerak badan memenuhi rukun shalat. Begitu hampa dan kosong shalat yang dilaksanakan, rasa nya ingin cepat-cepat dia menyelesaikan gerak-gerak tersebut karena ada kegiatan lain menurut dia yang lebih penting. Maka terjadilah shalat seperti orang melakukan lomba, di mulai takbir dan diakhiri salam dalam waktu begitu singkat.

Sudah banyak kami tulis disini tentang hakikat shalat khusyuk dimana hati hamba akan senantiasa mengingat Allah di dalam shalatnya karena telah terlebih dahulu di latih lewat Dzikir diluar shalat. Shalat dimana ruh nya berada di alam Rabbani itulah yang termasuk shalat khusyuk.

Berdasarkan Firman Allah di dalam hadist Qudsi di atas, Allah hanya menerima shalat orang-orang yang telah memenuhi kriteria sedangkan selain itu akan tertolak dan dilempar ke kakinya kembali. Jika shalat tertolak maka seluruh ibadah lain akan tertolak dengan sendirinya. Membangun 1000 mesjid, menyantuni jutaan anak yatim akan ikut hangus bersama hangusnya shalat.

Shalat yang diterima adalah orang yang melakukannya dengan merendah hati, penuh adab dan tidak menyombongkan diri dengan makhluk-Nya, artinya jika ada sezarah kesombongan di hati maka shalatnya tertolak. Menyombongkan diri ini memiliki makna sangat luas termasuk merasa diri lebih hebat dan suci dari orang lain. Merasa ibadahnya lebih banyak itu juga bagian dari panyakit hati.

Dari keseluruhan kriteria shalat diterima oleh Allah seperti dalam Hadist di atas, kesemuanya ada di dalam tasawuf yang dipraktekkan di dalam tarekat. Melaksanakan dzikir dibawah bimbingan Guru Mursyid di dalam tarekat akan membuat hati menjadi tenang, bersih dan bercahaya, dengan itulah kita bisa melaksanakan segala ibadah dengan sempurna karena ruhani kita telah tersambung kepada Yang Maha Sempurna.

Lalu siapakah Dia yang disebut dalam hadist di atas sebagai sosok yang memancarkan cahaya laksana matahari?

Tentu saja dia adalah para kekasih Allah yang meneruskan pancaran Nurun Ala Nurin pada orang-orang yang dikehendaki Allah, karena dia adalah Aparat Allah SWT, seperti juga Rasulullah SAW sebagai Aparat Allah SWT yang Pertama, dan Ia adalah Penerus Tugas Rasulullah, sebagai Khalifah Allah dan Khalifah Rasul yang sebenar-benarnya, sebagai Al Ulama-u Warisatul Anbiya-i yang sebenar-benarnya, Lahir bathin, dalam jasmani dan dalam rohani.

Dia juga yang disebut dalam hadist lain memberi syafaat (pertolongan) kepada seluruh ummat sebagaimana Nabi memberikan syafaat (Yasyfa’u yaumal qiamatil Anbiya-u tsummail ‘Ulama-u, tsummasy syuhada-u).

Dia juga yang disebut dalam Hadist Qudsi :

“Sesungguhnya langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku namun Aku telah dijangkau oleh hati seseorang mukmin (yang Aku kasihi) (HR. Ahmad dari Wahab bin Munabbih).

Dia juga disebut dalam hadist berikut :

“Carilah kebaikan pada orang-orang yang mempunyai sifat belas kasih dari pada umat-Ku, tentu kamu akan dapat hidup dibawah lindungannya, karena rahmat-Ku ada pada mereka. Dan jangan mencari kebaikan dari orang-orang yang kejam hati, karena murka-Ku menimpa di atas mereka (HR. Al Qudha’ie dan Abi Said).

Berdebat seluruh manusia siang dan malam memaknai khalifah Allah, ada yang memaknai dengan sederhana bahwa seluruh manusia adalah khalifah-Nya sampai kepada tahap rumit untuk mewajibkan membentuk sebuah pemerintahan dibawah seorang Khalifah.

Allah SWT sudah pasti akan terus menurunkan hamba-hamba yang terpilih sebagai pembawa rahmat dari sisi-Nya, meneruskan misi Rasulullah SAW sehingga sampai kapanpun sebelum kiamat datang, rahmat Allah senantiasa didapat oleh ummat lewat pancaran Qalbunya.

Siapakah Dia??

7 Comments

    • Ruslianto

      Ass,
      Ada yang “hanya” merasa disentil ?,…kasian..kasian padahal ia seharusnya merasa ditampar dengan melihat keadaan (kekacauan) yang terjadi.
      Dan,…Siapakah Dia ? dalam artikel diatas – Dia adalah Sang Wali Akbar,…misinya ”sangat jelas” yaitu Rahmatan Lil ‘Alamin.
      Dalam kisah perjalanan haji Ayahanda Guru ingin pindah (ke) kloter awal karena firasat Beliau “ada” yang tak beres pada pesawat tersebut,…. Telaah (baca kembali) kisah tersebut pada artikel Sang Wali Akbar….Allahu Akbar,..Allahu Akbar,…Allahu Akbar Walillah’ilhamd
      Wass,..sMOGA bermanfaat.

  • Ruslianto

    AL KISAH

    Kisah Penggembala Kambing

    Di suatu kampung di daerah Timur Tengah, hiduplah Penggembala kambing yang sangat alim. suka merendahkan diri dan suka menolong penduduk kampung di sekitarnya.

    Anehnya, kambing-kambing yang dimiliki Penggembala itu tidak pernah habis meski banyak orang yang datang untuk membeli nya. Dan herannya lagi jika kambing-kambing itu dikeluarkan dari kandang , jumlah kambing yang didalam kandang tetap banyak.
    Melihat hal itu, seluruh alim ulama di kampung tersebut meanggap Pengembala kambing itu seorang waliyullah. Dan merekapun berniat untuk menemuinya dengan tujuan meminta Pengembala kambing itu menjadi imam di masjid kampung. Mereka ingin mendapatkan keberkahan dari waliyullah tersebut.
    Akhirnya si penggembala kambing itu menyetujui permintaan tersebut.Dan iapun segera menuju ke masjid bersama para alim ulama untuk melaksanakan shalat berjamaah.
    Malangnya penggembala kambing itu tidak fasih dalam membaca Al Qur’an.Dan tajwidnya pun tidak karuan Selesai shalat, seluruh penduduk kampung pulang ke rumahnya masing-masing sambil tertawa terbahak bahak. Ternyata anggapan mereka tentang penggembala kambing itu sebagai waliyullah salah.Menurut mereka seorang waliyullah itu harus bisa melantunkan ayat suci Al Quran dengan fasih dan sesuai dengan tajwidnya.

    Pada malam harinya, seluruh alim ulama di kampung itu bermimpi . Dalam mimpinya itu mereka didatangi seorang laki-laki yang yang berbadan tinggi dan berwajah tampan. Kemudian laki laki itu berkata, “Seumur hidupmu,baru pertama kali ini shalatmu yang diimami penggembala kambing itu diterima Allah SWT.

    Keesokan harinya, semua alim ulama itu berkumpul di masjid untuk shalat subuh berjamaah. Setelah selesai merekapun bercerita tentang mimpi yang mereka alami.

    Dan ternyata mimpi itu menyadar kan mereka atas kesalahan yang diperbuat nya.
    Merasa bersalah, mereka segera mencari penggembala kambing itu untuk meminta maaf. Namun sayangnya peternak itu sudah pergi entah kemana, Dirumahnya tidak ada lagi orang bahkan kambing kambingnya pun hilang, seperti raib ditelan bumi, bahkan bekas kandang kambingnya pun tidak ada.
    Setelah dicari keseluruh desa ternyata tidak ada. Para alim ulama itupun menyesal. Mereka telah mendahului Allah dengan merendahkan ibadah seseorang, sedangkan mereka sendiri tidak tahu akan kedudukan (Maqom) mereka disisi Allah.

    Dalam hal ini Allah SWT berfirman ; “Yaitu mereka yang menjauhi dosa dosa besar dan perbuatan keji kecuali kesalahan kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu itu amat luas ampunannya.Dia lebih mengetahui keadaanmu.sejak mulai diciptakan dari unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibu mu. Sebab itu janganlah kamu meanggap dirimu suci, Dia lebih tahu siapa yang bertakwa”. (QS.An-Najm (53) ayat 32).

    Demikian sekelumit kisah ini, menjadi renungan kita bersama.

    sMOGA bermanfaat. Wass.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: