Tasauf

Mencari Tuhan?

berdoa1Tuhan terlalu sederhana untuk diwakilkan lewat kata-kata atau sebuah karya baik puisi maupun buku karena Dia memang Maha Sempurna dan memiliki kesempurnaan. Seberapa banyak kata yang ditulis, seberapa panjang puisi di gores bahkan seberapa lama pembicaraan dilakukan, tetap tidak bisa mewakilkan dari Sang Maha Kuasa. Bagaimana mungkin kita bisa menyederhanakan Tuhan sedang Tuhan adalah Maha Rumit, Maha Lengkap dan Maha Segala-galanya.

Ungkapan dalam bentuk apapun juga tidak akan bisa mewakili Sang Maha Sempurna, termasuk dalam hal memanggil-Nya. Untuk menghormati manusia, kita bisa memanggil dengan sebutan “Beliau” sebagai ganti orang ketiga kalau kita menyebut “dia” akan terasa tidak sopan, namun untuk Tuhan menjadi beda, ketika menyebut “Dia” maka itu sudah dalam bentuk penghormatan, begitulah kesepakatan kita bersama.

Begitu juga dengan nama-Nya, Islam menyebut nama Tuhan Pemilik Seluruh Alam dengan Allah, disamping ada 99 nama yang baik bagi-Nya dan nama-nama itu untuk mewakili Sang Maha Sempurna. Agama lain memiliki sebutan yang berbeda dan intinya nama dari Tuhan adalah nama yang menempatkan dia pada posisi Mulia, Sempurna dan Agung.

Perdebatan tentang Tuhan tidak akan selesai sampai akhir zaman karena kita sedang memperdebatkan sesuatu yang terlalu sederhana untuk bisa diwakilkan lewat ungkapan dalam bentuk apapun. Wajar kemudian ketika seorang manusia membahas tentang Tuhan, manusia lain dengan mudah membantahnya.

Dalam mengungkapkan misteri Tuhan misalnya, orang sering menyebut “Mencari Tuhan” untuk menunjukkan keseriusan dalam mengungkapkan Sang Maha Gaib dan orang-orang yang mencari kemudian disebut sebagai “Pencari Tuhan”. Menurut saya wajar-wajar saja dalam mengungkapkan misteri Tuhan memakai istilah “mencari” karena memang Dia bagi yang belum tersikap masih tersembunyi. Namun sebagian lain menganggap istilah “Mencari Tuhan” adalah ungkapan yang keliru karena Tuhan tidak pernah hilang, Dia meliputi seluruh alam, bagaimana mungkin Dia hilang sedangkan Dia lebih dekat dari urat leher.

Islam khususnya orang-orang yang menekuni tasawuf dalam hubungan dengan Tuhan memakai istilah “Hijab” atau pembatasan, dimana Tuhan sangat dekat dengan manusia akan tetapi dalam diri manusia masih adalah kotoran berupa dosa-dosa yang menutupi hati sehingga Sang Maha Nyata tidak terungkap. Jadi Tuhan dalam pandangan sufi tidak menyembunyikan diri-Nya, akan tetapi manusia yang menyembunyikan diri dari Tuhan. “Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka aku ciptakan makhluk agar mereka mengenal-Ku”. Logikanya kalau Tuhan bersembunyi maka mustahil manusia menemukan karena kita tidak mungkin melawan kehendak-Nya akan tetapi kalau Tuhan tersembunyi, terhalang oleh diri kita sendiri, maka kemungkinan menemukan Tuhan tergantung ikhtiar masing-masing manusia.

Mencari Tuhan berarti dengan akal fikiran dan dengan daya kemampuan yang ada kita dengan sekuat tenaga menemukan Dzat Yang Tersembunyi dan itu merupakan hal yang mustahil. Saya membuat permisalan begini, umpamanya kita mempunyai saudara sepupu jauh, bisa hubungan dari Ayah atau Ibu kita dalam beberapa generasi di atas dan konon kabarnya berada di Tiongkok. Kita hanya mengetahui namanya, misal Hong-Li. Bisa anda bayangkan betapa mustahilnya mencari orang bernama Hong-Li diantara 1 milyar manusia di negeri Tiongkok. Kita mau cari diwilayah mana, belum lagi kita tidak tahu sama sekali wajahnya dan sudah pasti nama yang sama disana kemungkinan bisa ribuan nama. Kalau ini mustahil, bisa anda bayangkan mencari Allah Yang Maha Gaib di alam yang hampir-hampir tak berbatas, anda mau mencari kemana dan dimana??

Sahabat, Saya siap-siap berbuka puasa dulu, Insya Allah nanti kita sambung lagi…

14 Comments

  • heriyadi

    Subhanallah walhamdulillah walaa illaha illallah wallahu akbar……., mohon idzin menyimak kang sufi muda, sangat mengena sekali….

    • Ruslianto

      “Perjalanan menuju Allah” adalah berpindahnya akal non syar’i kepada akal syar’i – dari hati yang sakit dan keras (membatu) kepada hati yang sehat – dari ruh yang lari dari gerbang (pintu) Allah kepada kepada ruh yang mengenal Allah, dan jiwa yang kotor kepada jiwa yang suci bergelimang cahaya, seperti yang tergambar dalam Al Quran, suraah an-Nuur ayat 35-38.

      Ayat ini merupakan perumpamaan tahapan-tahapan menuju cahaya Allah SWT.
      Jasad diumpamakan Al-Misykat, sebuat lubang didinding yang tidak tembus. Hati diumpamakan az-zujajah, tabung kaca yang berisi pelita besar, Dan hati yang suci diumpamakan Al-Misbah, pelita besar yang bercahaya sumber dari segala sinar.

      Dalam Kitab Sir al-Asrar, ketika menafsirkan ayat diatas, Syaikh Abdul Qodir Jailani mengatakan “Jika cahaya menerangi hatimu, ia akan menyalakan lentera hatimu, yang berada dalam kaca yang bening, Dan berkilaulah bintang illahi dalam hatimu, Kilauan itu memancar dari awan makna yang tak berasal dari Timur maupun Barat, menyala dari pohon zaitun, cahaya itu memantulkan dari pohon itu, sangat bening dan terang seolah-olah memancar meski tak di sentuh sepercik api pun. Ketika itu lah lentera hikmah menyala terang, Bagaimana ia padam, jika cahaya Allah menerangi seluruh relungnya ?”

    • Ruslianto

      “Perjalanan menuju Allah” adalah berpindah dari akan non syar’i kepada akal syar’i – dari hati yang sakit dan keras (membantu) kepada hati yang sehat, dari ruh yang lari dari gerbang (pintu) Allah kepada ruh yang mengenal Allah, dan jiwa yang kotor kepada jiwa yang suci bergelimang cahaya, seperti yang tergambar dalam al Quran, suraah an-Nuur ayat 35 – 38.

      Ayat ini merupakan perumpamaan tahapan-tahapan menuju cahaya Allah SWT.
      Jasad diumpamakan Al-Misykat, sebuah lubang di dinding yang tidak tembus. Hati diumpamakan az-zujajah, tabung kaca yang berisi pelita besar, Dan hati yang suci diumpamakan Al-Misbah, pelita besar yang bercahaya sumber sinar menderang.

      Dalam Kitab Sir- al-Asrar, ketika menfasirkan ayat diatas, Syaikh Abdul Qodir Jailani menyatakan “Jika cahaya Allah – yang merupakan cahaya langit dan bumi – menerangi hatimu, ia akan menyalakan lentera hatimu, yang berada dalam kaca yang bening. Dan berkilaulah bintang illahi dalam hatimu, Kilauan itu memancar dari awan makna yang tak berasal dari Timur maupun Barat, menyala dari pohon zaitun cahaya itu memantul dari pohon itu, sangat jernih dan terang seolah-olah memancar meski tak di sentuh api. Ketika itulah lentera hikmah menyala terang.

      Bagaimana mungkin ia padam, jika cahaya Allah menerangi seluruh relungnya ?”

  • Hani novita

    semua manusia pasti biSa menemukan zat Allah dengan cara niat yg tulus,ikhlas dan suci dari dosa. dan guruku mengajarkan aku untuk berpuasa 21 hari. buka cuma magrib saja dengan minum air cuma 1 gelas itu pun gelasnya di balik. insya Allah kita akan mengenal diri kita sendiri. dan akan jelas siapa dan di mana Allah berada.

  • Hani novita

    semua manusia pasti biSa menemukan zat Allah dengan cara niat yg tulus,ikhlas dan suci dari dosa. dan guruku mengajarkan aku untuk berpuasa 21 hari. buka cuma magrib saja dengan minum air cuma 1 gelas itu pun gelasnya di balik. insya Allah kita akan mengenal diri kita sendiri. dan akan jelas siapa dan di mana Allah berada. Amiiin,.

    • naruto

      kebingunganmu itu bagus sob…. dikit lagi kamu akan percaya ma adanya Tuhan, dari pada ga percaya sama sekali he he

  • withinwinterboy

    lalu bagaimana dengan orang yang mencari keyakinan keberadaan Tuhan, bukan sifat Tuhan? sifat Tuhan memang gaib, tapi keberadaannya dapat dijangkau kan?
    bagaimana menurut ustadz?

Tinggalkan Balasan ke heriyadiBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca