Tasauf

Guru Saya…

SUFI MUDA-057 tahun lalu ketika saya ingin mengambil S2 bidang Pemikiran Islam di Ushuluddin IAIN, syarat awalnya adalah harus mendapat rekomendasi dari dua orang guru besar. Satu orang professor memberikan rekomendasi tanpa harus banyak bertanya. Saya masih ingat ketika mendatangi guru besar satu lagi, kemudian beliau bertanya latar belakang pendidikan saya, pernah di pasantren mana, berapa lama dan lain-lain. Saya menceritakan secara panjang lebar dan ketika saya mengatakan sudah lama menekuni tarekat dan berguru kepada seorang guru mursyid, kemudian dengan wajah serius beliau berkata, “Saya menganjurkan anda tidak mengambil jurusan ini, pada umumnya orang tarekat itu hanya patuh pada gurunya, akan sangat susah menerima hal-hal berupa pemikiran, apalagi kajian-kajian disini nanti yang tidak lazim”. Kemudian beliau melanjutkan, “Ada 3 orang yang berlatar belakang pasantren hanya bertahan 2 semester, kemudian keluar karena mereka merasa terganggu dengan pemikiran-pemikiran dan kajian-kajian yang menurut mereka aneh”.

Saya masih ingat kejadian itu, kemudian saya menjelaskan tentang pemikiran-pemikiran Islam yang saya pahami dan kami berdiskusi hampir 2 jam, akhirnya beliau sangat senang dan memberikan rekomendasi kepada saya. Hal yang menarik dari penilaian beliau terhadap pengamal tarekat adalah “Pada umumnya orang tarekat itu hanya patuh pada gurunya” dan itu memang benar.

Kepatuhan seorang murid kepada guru mursyid di dalam tarekat berbeda dengan kepatuhan murid di sekolah kepada gurunya. Seorang murid dalam tarekat karena mengetahui bahwa gurunya adalah seorang khalifah Rasul maka dari jarak dekat atau jauh dia tetap menunjukkan rasa hormatnya. Pengalaman saya berguru, saya meyakini dengan sepenuhnya bahwa guru mengetahui segala tingkah laku, kejadian-kejadian yang menimpa murid walaupun beliau tidak melihatnya. Seorang Guru yang berkualitas benar-benar bukan sekedar menebak apa yang dialami murid, tapi memang mengetahui secara rinci.

Mata bathin seorang guru sanggup menembus lubuk hati yang paling dalam dari seorang murid sehingga guru bisa memberikan resep yang tepat terhadap segala persoalan yang dialami oleh murid. Begitu banyak hal yang saya alami dengan guru yang membuat saya meyakini dengan sepenuhnya bahwa nur Allah benar-benar bersemayam dalam guru saya sehingga beliau melihat segala sesuatu dengan mata-Nya.

Saya masih ingat ketika saya berguru secara total, tinggal di rumah guru dan membantu apa saja untuk memudahkan kerja guru. Siap dipanggil 24 jam dan saya mengalami hal seperti itu sehingga saya sangat mengenal sosok guru saya. Kerena pertemuan secara fisik begitu banyak, walaupun sekarang secara jasmani beliau telah tiada, namun sampai saat ini kehadiran beliau di dalam hati masih sangat terasa. Ketika orang menceritakan tentang guru saya, kenangan saat berguru, maka langsung suasana menjadi hidup dan terasa beliau masih ada.

Guru saya disamping istiqamah zikir, juga istiqamah dalam melaksanakan puasa-puasa sunnah dan Beliau mengerjakan puasa “nabi-nabi” secara khusus dalam jumlah hari tertentu. Saya masih ingat ketika beliau mengajak saya mengamalkan puasa khusus, sebagai anak muda yang masih senang makan, saya membayangkan lapar sekian hari, tentu makan sahurnya harus banyak. Sebelum memulai puasa, saya keluar dari rumah beliau untuk “balas dendam”, makan sepuas-puasnya agar nanti bisa kuat melaksanakan puasa. Sasaran yang paling menarik untuk makan besar bagi saya adalah rumah makan padang. Saya makan dua kali nambah dan dalam perjalanan pulang ke rumah guru, saya menyempatkan makan bakso, biar hati terasa puas.

Esok hari, jam 8 saya dipanggil guru, Beliau bertanya, “Jadi kau ambil puasa tadi malam?”, saya jawab, “Jadi guru”. Kemudian guru berkata, “Kau tahu beda puasa anak-anak dengan puasa orang dewasa”. Saya jawab, “Mohon ampun Guru, saya tidak tahu”. Beliau diam sejenak, kemudian berkata, “Puasa anak-anak itu kalau mau sahur balas dendam dia, mana nasi padangku? Mana rendangku?, Kau tahu, tak cukup dua kali nambah nasi padang, dicarinya lagi bakso”. Ucapan guru membuat saya menundukkan kepala, malu kepada guru atas kejadian semalam yang beliau benar-benar tahu persis apa yang saya kerjakan.

Kemudian beliau berkata lagi, “Puasa dewasa itu, seperti gurumu ini. Untuk sahur apa yang ada di rumah itu yang dimakan. Walau hanya sepotong tempe, itu sudah dianggap sahur dan tetap dia berpuasa”.

Begitu banyak kenangan saya dengan guru yang kalau diceritakan rasanya tidak cukup 10 buku untuk memuatnya. Kenangan-kenangan itu akan tetap hidup dalam hati, jarak dekat atau jauh, ada atau tiada, segala amanah yang beliau sampaikan kepada saya laksanakan sampai sekarang.

Begitu juga hendaknya kita semua, pengalaman-pengalaman bersama guru itu bukan hal yang biasa, itu adalah karunia yang sangat besar dari Allah yang harus kita syukuri. Kita semua sangat bersyukur karena Allah berkenan memperkenalkan salah seorang kekasih-Nya di muka bumi kepada kita sehingga lewat kekasih-Nya itu pula kita bisa mengenal Allah dengan sebenar-benar kenal. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk kepada kita semua, amin ya Rabbal ‘Alamin

31 Comments

  • awam

    Di blog ini saya menemukan banyak ilmu, sumber inspirasi dan banyak gambaran ttg ilmu tasawuf,jadi teringat perkataan jika ilmu tasawuf tidak boleh di ajarkan ke sembarang orang dikarenakan akan menimbulkan perdebatan bahkan jika tidak mengerti ajaran tasawuf bisa dianggap ajaran ini sesat(maaf tdk bermaksud untuk menyinggung sm) tapi saya pribadi meskipun saya tidak mengerti dan belum pernah belajar tasawuf,tapi bagi saya pribadi apa yg diajarkan semuanya masuk akal,bagi saya blog ini memang mantab

    • candrakirana777

      sepakat dengan Abg awam. waktu saya masih kecil dikampung saya yang masuk tarekat dan menekuni ajaran tasawuf itu adalah orang2 yang sudah bau tanah (alias sudah tua). anak muda seperti saya dilarang untuk mengikuti ajaran tasawuf tsb karena dibilang belum siap bahkan ada yang bilang nanti bisa gila.

      saya kira hal ini sangat wajar karena pada saat itu belum ada yang mampu mengupas ajaran tasawuf ini secara sederhana dan bisa diterima secara akal sehat seperti yang dilakukan oleh Sufimuda.

      saya pikir sekarang ini justru ilmu tasawuf ini harus diajarkan kesemua orang agar rahmatan lil’alamin itu benar adanya dan bisa dirasakan oleh semua orang.

      saya dukung terus SUFIMUDA untuk terus exist untuk memberi pencerahan2 kepada semua orang agar mereka juga bisa merasakan nikmatnya berTUHAN.

      Terima kasih SUFIMUDA.

  • iyusuf357

    Assalamu Alaikum Wr.Wb / Bolehkah sy mengcopy setiap posting dari Blog SUFI MUDA ke Facebook tentu saja tak lupa mencamtumkan sumber Blog ini ? Terima Kasih

      • Rion Rion

        Ya Allah tak sagup rasanya hati ini membacah tulisan abangda ,,,kenapa ya Allah aku slluh kehilangan orang yg ku cintai ,,setelah guru ku pulang di sisi mu begitu banyaknya ke sedih yg ku alami begitu juga org tua ku setelah tidak selang waktu empat belas hari ikut engkau ajak pulang padahal dia sedang posisi emban tugas guru fantap sulok apa engkau tidak bisa menunda ya Allah waktu ,,,dan banyak beriringan waktu pasukan satu guru engkau ajak pulang ke Ramat tulall ya guru ku apa kak guru mau seluh di kawal oleh murid kemana pun hati sedih kenapa kami tidak di ajak,,,dan waktu tidak begitu berjauhan ,,,hati sempat sepi bertanya siapa lagi yang nerus kan perjuangan ini,,,,,ya guru ku waktu berlalu dan saya tau jawabannya,,,,doa dan syafaat mu ya guru ku akan slluh mengalir ,,,,,abangda sm,semoga slluh di Rahmat ti Allah,,, ya Allah jdi kan abangda ku sufi muda pasukan guru ku yg tidak akan pernah lelah menjadi kaki dan tangan guru ku yang slluh menyebarkan yang hakiki ya Allah aku sayang beliau ya Allah,,, kuatkan hati beliau untuk menerima apapun yang engkau telah tentu kan ya Allah,,,,Amin ya Robb

  • Ruslianto

    Abangda,…Saya terharu,…Jika benar Beliau secara jasmani telah tiada,…ah, air mata ini tak terbendung mengalir begitu saja,…. Saya kenal Beliau,… saat di Medan dan Saya teringat seorang ikhwan yg ingin berguru tentang puasa-puasa nabi di kala itu, Kami tunjukkan alamatnya ke Guru SM kala itu, Yaa Rab kini telah Engkau sandingkan Guru SM itu bersanding dengan GuruNya,.. jadikanlah pertemuan para Aulia itu taman-taman syurga.

  • iman fhatoni

    asalamualaikum wr wb…sungguh,pngalaman dan knangan sufi muda yg sangat indah,wktu2 bersma kekasih allah.sy jd teringat hri2 di surau dan sosok BELIAU yg lmbut,ramah,dan tegas yg sdh 4 thun belum bertmu secara lahir.teringat akn pesan BELIAU bahwa seorang murid di ibaratkan bersembunyi di balik ilalang,,!!teruntuk sufi muda,ketiadaan lahir seorang GURU mngkin itulah yg membwat panjenengan sangat dekat tetapi tidak bersentuhan.>>krn ketiadaan lahir seorang GURU MURSYID di dunia adalah berlindung kehadirat allah swt,dan merupakan tujuan yg utama krn pda dasar,y itulah kehidupan yang hakiki krn tidak mengenal kematian.syukur alkhamdulillah kehadirat allah swt,yg telah menuntun hati sufi muda scra suka rela berbagi tulisan ini,semo,ga bermanfaat untuk semua pembaca blog ini.sekali lagi terima kasih untuk sufi muda,jg untuk keluarga,smoga diberkahi dan sll di jaga kesehatan,y,,,,,salam dari seoul korea..

  • Saifuddin

    Salaualikum saudaraku Sufi Muda, smoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan hidayahnya kepada kita semua.
    perkenalkan sy Saifuddin salah seorang pengikut Tarekat Sammaniyah, jika ada waktu, saya ingin berjumpa dengan anda karena saya ingin mengetahui lebih jauh tentang tarekat yg saudara ikuti, apa dan bagaimana, dan kebetulan saat ini saya sedang melakukan penelitian terhadap beberapa tarekat yg ada di Indonesia. Jika berkenan, mohon dijawab ke alamat email: pudingazali@gmail.com, jika tidak berkenan tidak perlu ditanggapi.
    Wasalam

  • Ruslianto

    3 (TIGA) Ciri Orang Tawadhu’
    Sifat tawadhu’ merupakan satu sifat yang mendapat porsi perhatian yang penuh dari kalangan Sufi, Sikap tawadhu’ Rasulullah merupakan contoh ideal dalam hal ini.
    Tokoh Sufi yang bernama Suhrowadi di dalam ‘Awarif al-Ma’arif menjelaskan salah satu dari kebaikan moral para sufi adalah sifat tawadhu’.
    Ia menyebutkan salah satu contoh ketawadhu’an Rasulullah adalah; mau menghadiri panggilan (undangan) orang yang merdeka dan budak dan menerima hadiah meskipun hanya seteguk air susu dan sekerat daging kibas.
    Beliau merasa cukup dengan itu dan memakannya dan beliau juga tidak berlaku sombong untuk menghampiri budak perempuan dan seorang yang miskin, Sedangkan Dzun Nun al-Mishri di dalam buku yang sama menjelaskan ciri-ciri sifat tawadhu’ ada tiga :
    Pertama; Memandang rendah diri sendiri (dengan cara mengetahui aibnya sendiri), ;
    Kedua; Mengagungkan (menghargai) manusia (orang lain);
    Ketiga ; Menerima kebenaran dan nasehat dari setiap orang.

    Menganggap rendah diri bukan berarti kita harus merasa hina, Bahkan merasa hina dilarang dalam agama, Namun, kita sadar bahwa kita bukanlah orang yang sempurna. Kita banyak memiliki kekurangan, cela dan aib. bahkan Kita banyak melakukan dosa dan kesalahan.
    Kesadaran inilah akan membawa kita untuk tidak meremehkan orang lain sampai menganggap diri kita lebih baik dan lebih mulia darinya.

    Akhirnya, kita memang harus banyak mengolah dan me-manage qolbu kita untuk dapat bersikap proporsional terhadap diri kita.
    Agar kita mampu menghargai orang lain dan mengambil pelajaran berharga dari mereka, sehingga mampu menerima kebenaran dan nasehat dari manapun semua itu berasal.

    Dengan demikian kita akan menjadi orang-orang yang memiliki sifat tawadhu’ (insya Allah), dan layak menerima balasan yang sangat istimewa dari Allah SWT, berupa kenikmatan dan kebahagian di akhirat kelak,..Ammiinnn.
    Salam kenal buat Saifuddin.
    Wass.

  • puteri ayah

    GURU…tiada kata yg mampu terucap…hanya air mata yang menetes haru…dan hati yang berliput rindu….GURU…

  • Ruslianto

    Qur’an Suuraah Al Kahfi ayat 28 :
    Dan bersabarlah engkau bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya diwaktu pagi dan senja mengharapkan keridhaanNya. Dan janganlah engkau palingkan pandangan engkau dari mereka karena mengharap perhiasan (kemewahan) hidup didunia. Dan jangan turuti orang-orang yang hatinya telah lalai (kosong) dari dzikir kepada Allah dan mereka mengikuti hawa nafsunya dan tingkah lakunya sudah melanggar batas.

  • rahmad adi wijaya

    subhanallah..dulu sy mmbenci tasawuf..tp stelah dpertemukn dg guru…subhanallah..kjadian2 luar biasa..kata2 hikmah&sikap nyata dr bliau sungguh menyentuh qalbu..
    &terbukti sudah hadits qudsi..
    bhwa kekasihNya melihat&mlalukan apapun dg milikNya..
    sy pun dulu trkejut&sadar..guru mngetahui smpai lubuk hati yg pling dalam..shingga kata2 yg dnasihatkn sungguh mengena…&berbagai keajaiban yg sy temui lewat cerita2 mnjdi nyata..&yg terpnting cinta guru pd murid cinta guru pd sesama sungguh mneladani cinta nabi pd umatnya…tulus..

  • Ruslianto

    Kecendrungan Muhammad Menyendiri:

    Dipuncak Gunung Hira’-sejauh dua farsakh (kira-kira 6 Km) dari arah utara Mekah, terletak sebuah Gua,…. Ditempat ini rupanya Muhammad mendapat tempat yg paling baik guna mendalami pikiran dan renungan yg berkecamuk dalam dirinya. Juga di tempat (ini) Beliau mendapatkan ketenangan dalam dirinya, serta obat penawar hasrat hati yg ingin menyendiri, ingin mencari jalan memenuhi kerinduannya yg selalu makin besar, ingin mencapai ma’rifat serta mengetahui rahasia alam semesta.
    Hal ini Muhammad lakukan ber-thannuth, sepanjang bulan Ramadhan tiap tahun ia pergi kesana dan berdiam ditempat itu, cukup (lama) hanya dengan bekal yg sedikit yg dibawanya.
    Beliau tekun dalam renungan dan ibadat, jauh dari segala kesibukan hidup dunia dan manusia. Ia mencari kebenaran dan hanya kebenaran semata.
    Tulisan ini dikutip dari Buku “Sejarah Hidup MUHAMMAD” oleh Muhammad Husain Haekal-Edisi cetakan ke-17 Tahun 1994. .

    Pertanyaan untuk Bung Hakim : Adakah Karakter “Sufi” pada Diri Nabi Muhammad s.a.w ? Apakah Rasulullah melakukan “tapa”.(semedi) ?.

    Hadits Qudsi : Lam yasa’ni ardhii wa laa samaai wa wasi’anii, Qalbu ‘abdiil Mu-minul layyinul waadi’
    artinya : Tak dapat memuat Zat-Ku, bumi dan langit-Ku; yang dapat memuat Zat-Ku ialah Hati hamba-Ku yang mukmin,lunak suci dan tenang (H.R Ahmad dari Wahab bin Munabbih).

    Pertanyaan kedua : Bagaimana Bung Hakim memahami hadist qudsi tersebut ? atau bisakah Zat Allah masuk kedalam hati seorang hamba ?

    Wass : Jawab cepat ya. dan Jangan Anda yg merasa paling benar ber-agama.

  • aris

    Subhanallah…beruntung sekali abang mendapat Mursyid spt ayahanda SS. KY. Semoga rahmat Allah utk beliau.

  • Ruslianto

    Antara teman pembawa celaka dengan teman setia
    Dalam menempuh perjalanan hidup ini kebutuhan manusia untuk sampai pada tujuan yang hakiki telah diisyaratkan oleh Yang Maha Kuasa perlu adanya “ teman atau pendamping” yang selalu secara kontinyu dan setia untuk mendorong orang beriman untuk selalu ingat dan mengingatkan kita kepada Allah SWT,…atau dapat juga diartikan tempat curhat secara jahir maupun bathin, terutama pada batniah dan dalam perjalanan kehidupan ini kadang kita temui teman yg mempengaruhi kejalan yg sesat, dan teman yang melalaikan kita untuk berdzikir,bermunajat kepada Allah SWT , memperhatikan QS.Adz-Zuchruf ayat 36 : Barang siapa berpaling dari berdzikir (mengingat, menyebut akan Allah) Kami biarkan seekor setan yang terus menerus (berkekalan) menjadi teman karibnya” , Keadaan ini menggambarkan bahwa halusnya sisetan (itu) sehingga ta’ terasa si setan telah bersarang dalam qolbunya.
    Ada sebagian orang menganggap seorang isteri/suami (itu) adalah termasuk “teman setia”, ternyata bukan, yang dimaksud dgn teman setia adalah teman yg senantiasa mendorong kecendrungan kita untuk lebih dekat mengingat Allah dan teman setia (itu) kita dapati dari kalangan kita sendiri, yg sudah tentu dapat meningkat derajat ketaqwaan kita disisi Allah. Sedangkan Isteri disebut sebagai pasangan hidup (didunia) maka itu ada pepatah mengatakan ; isteri itu ibarat ke Surgo katut ke Neraka nunut, dan kebalikannya jika ada pasangan hidup (seorang isteri/suami) yang dapat melalaikan dari berdzikir kepada Allah maka pasangan itu termasuklah,…….
    Allah SWT memberi petunjuk agar orang beriman berhati-hati mencari “teman Setia” Hal ini tercantum QS .Al Maidah ayat 51 ;
    Yaa ayyuhallaziina aamanuu laa tattakhizul-yahuuda wan-nassaaraa auliyaa, ba’duhum auliyaa’u ba’di, wa may yatawallahum minkum fa innahuu minhum, innallaaha laa yahdil qaumaz-zholimin.
    Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia (mu) ; mereka satu sama lain saling melindungi . Barang siapa diantara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka, Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.
    Kata auliyaa , belakangan ini kesohor karena dapat diartikan “Pemimpin/Wali Allah,Waliam Mursida/Teman Setia/Pendamping bathin.
    Di zaman Nabi SAW sebenarnya Para sahabat Nabi adalah orang-orang pilihan Allah SWT yang diakui akan keimanan dan ketaqwaannya bahkan ada diantaranya sahabat – sahabat utama seperti keempat sahabat, dan diantara sahabat ada yang disinyalir akan jaminan Nabi SAW karena ketaqwaan para sahabat itu masuk surga. Dan diantara Para Sahabat Nabi SAW ada seorang sahabat yang pernah disebut Nabi SAW sebagai Hawarij (Julukan bagi Para pengikut setia Nabi Isa.a.s), DAN PENGLIHATAN JOHIR, Seperti dikatakan dalam sabda Beliau SAW berikut ini : “ Sesungguhnya Kami r.a pada setiap Nabi diberikan teman setia terdekat, adapaun teman terdekatku adalah al-Zubair bin al-Awwam (Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari no.40-41 pada pembahasan mengenai al-jihad dan no.135 pada pembahasan mengenai keutamaan Para Sahabat. Hadist no.13 oleh Imam Muslim pd pembahasan mengenai keutamaan Para Sahabat.
    Sesuai dengan judul diatas, sangat penting Teman Setia (itu) dan besar harapan saya Waliyyam Mursida menjadi teman setia saya dan Anda, mengingat senantiasa kita menyambung keakraban rohani kepada Waliyam Mursida. Walllahu-a’lam bissowab. Demikian mohon maaf , dan sMoga bermanfaat.
    Wass.

Tinggalkan Balasan ke SufiMudaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca