Tasauf

Cinta, Sumber Kecemerlangan dan Kebahagiaan

Tasawuf memandang kehidupan dengan padangan iman. Ia menunjukkan kepada manusia sebuah sumber yang jernih dan murni, yang memancarkan ridha, ketenteraman dan kebahagiaan.

Segala yang ada datang dari Allah. Allah Maha Pengasih, Allah cinta dan dicintai. Cinta adalah persetujuan, atau menurut Umar bin Abdul Aziz; yaitu suka citanya berada pada qadla’ dan qadar Allah. Maka untuk apa keresahan dan keguncangan melanda hidup kita, memanggang kening dan membakar hati kita?

Persetujuan (sikap pertama) adalah sumber ridha dan cinta. Itulah sumber yang tanpanya kemanusiawian akan tergiring ke tengah sahara yang tandus. Di atasnya beterbangan burung-burung kebimbangan, kesesatan dan keraguan. Mengerumuni kebusukan murka, kecongkakan dan kepedihan.

Cinta bukanlah sekedar ridha dan ketenangan belaka. Akan tetapi lebih dari itu, ia mengibarkan pikiran cemerlang di atas cakrawala jiwa. Membuat segala yang ada di sana menjadi bersinar, pikiran terisi ilham-ilham yang tunduk beriman, mencokol tatakrama pikir dan gejolak hai, renungan-renungan tentang krajaan langit dan bumi, keindahan ciptaan-ciptaan, dan rahasia yang terkandung di dalam hal-hal yang wujud. Renungan-renungan yang mengilhami dengan lagu iman, macam-macam ilmu, macam-macam bentuk filsafat dan perasaan hati yang hanya bisa dirasakan oleh pemiliknya serta pemilik “rasa”nya.

Abu Sa’id bin Abi al-Haz as-Sufi berkata “Guruku memegang tanganku dan mendudukkanku di dalam suatu ruangan besar, kemudian tangannya mengambil kitab, lalu membacanya. Aku berusaha melihat isi kitab itu, guruku mencuri pandang gerakanku itu kemudian berkata, “Hai Abu Sa’id…!, sesungguhnya 124.000 orang Nabi diutus untuk mengajari manusia hanya untuk satu kalimat, yaitu “Allah”. Berangsiapa mendengarkan hanya dengan satu telinga, maka akan keluar lewat telinga lainnya. Dan barangsiapa mendengarkannya dengan ruh, lalu melekatkannya ke dalam jiwanya, merasakannya sampai meresap ke dalam relung kalbunya, memahami makna ruhiyahnya dan diilhami cintanya, maka terbukalah baginya segala yang ada”.

Pengikut tasawuf percaya betul bahwa mengenal Allah adalah pokok dari hikamah dan petunjuk. Dan sungguh cinta kepada Allah adalah pintu kecemerlangan dan kebaikan, sera dasar kebahagiaan did ala dua kehidupan (dunia dan akhirat).

Imam Al-Ghazali berkat, “Sesungguhnya kebahagiaan segala sesuatu adalah kelezatan dan kedamaiannya. Kelezatan segala seuatu terdapat pada kehendak pembawaannya dan pembawaan segala sesuatu adalah tujuan diciptakannya sesuatu tersebut”.

Kelezatan mata misalnya, terdapt pada semua bentuk yang indah, kelezatan telinga ada pada suara merdu. Demikian itulah sifat dari semua anggota yang lain. Kelezatan hati – khususnya – adalah mengenal dan cinta kepada Allah karena dia diciptakan untuk itu. Cinta kepada Allah diiringi cahaya terang di dalam hati, yang menyingkap hakikat ilmu dunia akhirat.

Dikutip dari : Syakhsyhiyah Ash-Shufiyah; Li asy-Syaikh Thaha Abdul Baqi Surur

6 Comments

  • Ruslianto

    Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw,bersabda : “Demi Dzat yang jiwaKu berada dalam genggamanNya; kamu sekalian tidak akan masuk sorga sebelum beriman, dan kamu sekalian tidaklah beriman sebelum saling cinta mencintai. Apakah kamu sekalian mau aku tunjuk kan sesuatu dimana bila kamu sekalian mengerjakannya maka akan timbullah rasa cinta mencintai di antara kamu sekalian ?
    Sebarkanlah salam di antara kamu sekalian” (Riwayat Muslim).

  • Ruslianto

    Awal kecintaan Allah SWT adalah amal, dan akibat kecintaan Allah SWT, juga amal.
    Kami mendengar dari Hasan Al Bashri r.a, bahwa pada masa Rasulullah S.A.W ada orang berkata; “Ya Rasulullah ! Sesungguhnya
    aku mencintai Tuhan kami, dengan sesuatu kecintaan yang dalam”.
    Maka Allah telah menjadikan kecintaanNya itu suatu tanda dalam FirmanNya : Al Qur’an Suraah Ali ‘Imran ayat 31 :
    Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosa-mu”. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

    Dan termasuk kecintaan itu adalah mengikuti Nabi Muhammad S.A.W dalam petunjuknya, kezuhudan,akhlak, dan meneladani dalam segala hal, serta berpaling dari keindahan dan kemilauan dunia.
    Karena sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan Nabi Muhammad S.A.W sebagai petunjuk, dan teladan ummat, serta Kekasih Allah SWT dan juga “Penyuci”. (bagi yang mau suci rohaninya).
    Hasan Al Bashri r.a, juga mengatakan bahwa; tanda seorang pecinta adalah sesuai (sejalan) dengan yang dicintai, dan mengikuti jalan- jalannya dalam segala urusan dan mendekat kepadanya dengan segala upaya, serta menjauhi hal-hal yang menghambat tujuannya.

    Al Qur’an Suraah Al Ahzab ayat 21. :
    Laqad kaana lakum fii rasuulillahi uswatun hasanatul liman kaana yarjullaha wal-yaumal-akhira wa zakarallaha kasira.

    Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

    Wass.

  • surya yunan

    sekali dicinta oleh PEMILIK CINTA, maka cinta itu abadi selamanya, jadi berusahalah untuk dicinta. sholat malam, puasa, zikir dll itulah usaha yg dilakoni agar lebih dekat dan dicinta olehNya.

  • Shofi

    cinta…
    harus mengenal yang di cinta …
    ketika kenal tidak ada lagi kata yang mengenal dan di kenal …
    karena semuanya lebur …
    hanya ” aku ”
    tak ada jarak

Tinggalkan Balasan ke Hadrial AatBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca