Tokoh Sufi

WALI SONGO (VERSI LAIN)

Judul aslinya Wali Songo saya kutip dari sini , tapi karena cerita tentang Wali Songo berikut ini berbeda dengan cerita wali songo pada umumnya maka judul nya saya ubah jadi Wali Songo (Versi Lain). Mudah-mudahan riwayat tentang Wali Songo dalam versi lain ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi pengunjung sufimuda dan dapat bermanfaat untuk kita semua.

Sekali lagi kisah Walisongo penuh dengan cerita-cerita yang sarat dengan mistik. Namun Widji Saksono dalam bukunya “Mengislamkan Tanah Jawa” telah menyajikan analisis yang memenuhi syarat keilmuan. Widji Saksono tidak terlarut dalam cerita mistik itu, memberi bahasan yang memadai tentang hal-hal yang tidak masuk akal atau yang bertentangan dengan akidah Islamiyah.

Widji Saksono cukup menonjolkan apa yang dialami oleh Raden Rachmat dengan dua temannya ketika dijamu oleh Prabu Brawidjaja dengan tarian oleh penan putri yang tidak menutup aurat. Melihat itu Raden Rachmat selalu komat-kamit, tansah ta’awudz. Yang dimaksudkan pemuda tampan terus istighfar melihat putri-putri cantik menari dengan sebagian auratnya terbuka.

Namun para pengagum Walisongo akan “kecelek” (merasa tertipu, red) kalau membaca tulisan Asnan Wahyudi dan Abu Khalid. Kedua penulis menemukan sebuah naskah yang mengambil informasi dari sumber orisinil yang tersimpan di musium Istana Istambul, Turki. Menurut sumber tersebut, temyata organisasi Walisongo dibentuk oleh Sultan Muhammad I. Berdasarkan laporan para saudagar Gujarat itu, Sultan Muhammad I lalu ingin mengirim tim yang beranggotakan sembilan orang, yang memiliki kemampuan di berbagai bidang, tidak hanya bidang ilmu agama saja.. Untuk itu Sultan Muhammad I mengirim surat kepada pembesar di Afrika Utara dan Timur Tengah, yang isinya minta dikirim beberapa ulama yang mempunyai karomah.

Berdasarkan perintah Sultan Muhammad I itu lalu dibentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki. Berita ini tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.

Secara lengkap, nama, asal dan keahlian 9 orang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat (??).

Dengan informasi baru itu terjungkir-baliklah sejarah Walisongo versi Jawa. Ternyata memang sejarah Walisongo versi non-Jawa, seperti telah disebutkan di muka, tidak pemah diekspos, entah oleh Belanda atau oleh siapa, agar orang Jawa, termasuk yang memeluk agama Islam, selamanya terus dan semakin tersesat dari kenyataan yang sebenamya. Dengan informasi baru itu menjadi jelaslah apa sebenamya Walisongo itu. Walisongo adalah gerakan berdakwah untuk menyebarkan Islam. Oleh karena gerakan ini mendapat perlawanan dengan gerakan yang lain, termasuk gerakan Syekh Siti Jenar.

59 Comments

    • Arsad@yahoo.com

      Ass wr wb cerita diatas bagus menambah wawasan kita dan memperkaya referensi kita tentang wali songo. Cerita dari turki tadi tidak bertentangan dan membalikkan cerita wali songo versi jawa. Bahkan saling melengkapi. Tim da’wah yg dibentuk sultan Muhammad I di tanah jawa tersebut merupakan para guru wali songo yg ada di jawa. Istilah wali songo terinfirasi tim sembilan yg mendapatkan kepercayaan masyarakat ketika itu. Kata2 songo atau sembilan itulah yg melekat di hati masyarakat saat itu. Padahal kalo mau dihitung yg sebenarnya wali bukan hanya sembilan, bahkan banyak. Hanya kalo mau koreksi dikit bahwa cerita wali songo versi jawa ada tambahannya mistik yg perlu diluruskan. Namun kita setuju hakekat wali adalah org yg dicintai bahkan dianugerahi kelebihan oleh Allah. Walaupun anugerah tersebut tdk sampai melebihi Nabi2 Allah. Wallahu a’lam

  • hamba'79

    bagaimana dengan syech siti jenar..ceritanya sangat melegenda..
    kabarnya yang paling keramat diantara para wali songo..
    sampai di film kan loh…
    ada yang punya artikelnya…???

    ^^V
    PiiSSSS…

  • sitijenang

    lho ‘abang’ saya kok disebut juga… :mrgreen:
    Syekh Maulana Al Maghribi saya sering dengar. makamnya ada di daerah Selatan Yogyakarta. menurut cerita yg saya dengar dari alm. ibu katanya dia itu teman baik Syekh Bela Belu (gak tau nama asli atau julukan).

    • jimmy

      versi arab adalah wali songo generasi pertama, sedang yg kita kenal sekarang dgn adanya sunan kali jaga dll. adalah generasi ketiga dari organisasi dakwah wali songo, jd semua versi benar, harap di mengerti

    • unknown

      perempuan banyak yg sahid koq…. menurut rindu “seberapa hebatkah seorang ibu yang bisa melahirkan dan mendidik seorang anak laki-laki sehingga menjadi anak yang berguna bagi dirinya sendiri, orang tua, agama dan negara ? pasti sangat hebat kan…”

  • sufimuda

    Dalam sejarah peperangan zaman Nabi yang lebih dominan adalah laki-laki. Perempuan pada umum nya tinggal di rumah menjaga anak-anak nya. Maka syahid itu lebih banyak laki-laki. Ada beberapa orang perempuan yang ikut perang zaman nabi dan syahid.
    Ya, nama perang kan identik dengan kegagahan 🙂
    Setelah perang badar nabi mengatakan kepada sahabat-sahabatnya, “kita baru kembali dari perang kecil (badar) ke perang besar, (Melwan hawa nafsu/puasa).
    Puasa kan udah dekat, dari pada mikir syahid di medan “perang kecil” mendingan kita hidup bahagia setelah melewati “perang besar” yaitu melaksanakan puasa Ramadhan, 🙂

  • Kang Kolis

    Ya. saya pernah mendapat keterangan tentang wali songo, bahwa mereka sebenarnya adalah sebuah tim islamisasi pulau jawa yang waktu itu dikenal mirip dengan kerajaan ratu Bilkis pada zaman nabi Sulaiman. Tim walisongo didatangkan secara bertahap-tahap, silih berganti, menempatai sembilan titik central di Jawa.
    Saya juga pernah membaca sebuah buku, tapi tak ingat judulnya. Diceritakan bahwa adat jawa (budaya Islam kejawen) yang unik, penentuan hari yang tepat dilakukan perkawinan, orangtua tidak boleh mengawinkan anaknya yang ke-3 dengan anak dari orang yang belum pernah menikahkan anaknya (lusan besan), dll. itu tak lain adalah hasil kesepakatan bersama antara Syekh Subakir (wali Islam) dengan danyang penguasa jawa (lokal) pada waktu itu.
    Kesepakatan ini terjadi sebagai konsekwensi budaya asing dapat diterima dan langgeng di pulau Jawa yang berlaku hingga sekarang.
    Makanya, orang Islam di Jawa tidak mudah untuk melanggar aturan adat Islam Jawa, krn selalu mendapat sanksi, kutukan, atau mara bahaya dan bala. Anehnya, hal ini tidak berlaku ketika pelanggaran itu dilakukan oleh orang Islam Jawadi luar pulau Jawa walau.
    Pernahkan sdr sufimuda mendengar keterangan ini? Bagaimana mnrt sufimuda?
    Terimakasih

    • fify

      tapi mas di daerah ku… yang kebanyakan orang jawa pindahan dari jawa.. masih berlaku larangan tentang lusan besan itu…. bayak yang gagal nikah hanya karna satu anak pertama dan yang satu lagi anak ke tiga… ini juga termasuk dalam keluarga nenek ku yang asli dapi jawa….

      dalam islam bukannya itu gx ada ya? kenapa kujtukan itu hanya berlaku untuk anak pertama dan ketiga 🙁

  • sufimuda

    Trimakasih kang kolis udah mampir kemari
    Saya pernah mendengar seperti itu, walaupun terkadang tidak semua pelanggaran itu mendapat sanksi gaib (kutukan).
    Kalau di lihat dari perspektif tasawuf, salah satu sifat wali itu adalah setiap perkataannya adalah mengandung power, ucapannya itu tidak lain adalah getaran Nur Ilahi.
    Apa yang di sepakati oleh Syekh Subakir telah menjadi hukum karena dia punya hubungan dengan Tuhan. Do’a nya dikabulkan oleh Tuhan sehingga melanggar kesepakatan yang dibuat oleh Beliau sama dengan melanggar Hukum alam, maka kena Bala/kutukan/peringatan.

    Di Sumetera ada seorang Syekh yang membuat kesepakatan dengan Jin. Saat itu banyak Jin yang membunuh orang-orang yang tinggal di pinggir hutan. Akhirnya di buat batas. sekian kilometer manusia tidak boleh masuk dalam hutan. Batas yang dibuat itu tidak bisa dilewati jin. Kalau ada masyarakat yang berani lewat batas itu langsung kena Bala (Mati mendadak, sakit parah, dll)

    Di beberapa daerah saya juga menemukan penomena yang sama. Di kalimantan ada tempat2 tertentu yang dikeramatkan, jika kita melanggar maka akan kena Bala.
    Ada orang pacaran di dekat kuburan wali, besok nya mati mendadak, ini pernah terjadi di daerah sumatera.

    Pada umum nya kutukan itu sering kali kali dijumpai pada masyarakat yang masih kuat animisme. Di daerah Tapanuli (Sumetera Utara) masih banyak di jumpai tempat2 terlarang, kalau kita langgar aturan disana langsung kena Bala, walau pun dia beragama Islam, Kristen atau agama lain.

    Dalam tradisi Raja-raja di seluruh Nusantara dan seluruh dunia biasanya mereka punya suatu aturan atau kesepakatan, jika masyarakatnya melanggar akan kena Kutukan. (bisa jadi kutukan itu ada peran jin di sana)

    Saya melihat dalam Perspektif lain, Pengalaman saya, jika seorang pengamalkan tasauf dengan benar (mursyid nya kamil mukamil), kutukan itu tidak berlaku.
    Saya pernah lewat di tempat yang katanya tidak boleh lewat pada jam tertentu tapi tidak kena Bala.

    Kalau memang ada kesepatan di buat oleh Wali, kenapa kita mesti melanggar, alangkah baik nya kita ikuti aturan yang ada, Kalau kita berkenderaan melanggar lampu merah ada dua kutukannya : DI TABRAK dan KENA TILANG 🙂

    Demikian Kang Kolis pendapat saya pribadi, mudah2an berkenan, Tentang menentukan hari/tanggal baik pernikahan, Mencocokkan nama sangat mempengaruhi kehidupan, itu saya yakini dan memang sudah banyak yang membuktikannya.

    Trimakasih

  • T4b4h

    Ampun… beribu ampun TUHAN…

    tolong mudahkan aku untuk setiap langkah ku…
    yang semata-mata hanya untuk puja-puji kepadamu.

    terima kasih TUHAN. 🙂

  • BISRI

    Menurut saya wali songo itu ada beberapa jaman atau angkatan. nah bisa jadi angkatan yang pertama itu yang disebutkan diatas, nah kemudian diteruskan oleh murid-muridnya yang kemudian kita kenal . salah satu contohnya begini Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir itu mungkin Syekh Jumadil Kubro yang dimakamkan kalo nggak salah di daerah Mojokerto yang juga kalo nggak salah adalah gurunya Sunan Muria. Jadi memang Walisongo itu adalah sebuah organisasi atau sebuah tim yang terus ada penggantinya. Dan satu lagi masalah Syekh Siti Jenar, jangan sampai kita salah menafsirkan apa yang terjadi, menurut saya Syekh Siti Jenar nggak beda jauh dengan Al Hallaj.

  • sufimuda

    Menurut saya Syekh siti jenar dan Al-Halaj tidak salah, cuma pemahaman orang awam saja yang belum bisa memahami hakikat2 yang di ucapkan oleh kedua nya.
    Kedua nya di hukum mati ada hubungannya dengan politik.
    Tentang Al Hallaj, Syekh Junaidi Al-Baghdadi yang menjadi salah seorang guru Al-Halaj dan juga sebagai Ahli hukum di Madinah berkata, “Secara syariat dia salah akan tetapi secara hakikat hanya Allah yang tahu”

  • sufimuda

    saya setuju dengan pendapat mas Bisri

    Saya pribadi kurang setuju dengan kalimat terakhir di artikel di atas,
    ===============================================
    Walisongo adalah gerakan berdakwah untuk menyebarkan Islam. Oleh karena gerakan ini mendapat perlawanan dengan gerakan yang lain, termasuk gerakan Syekh Siti Jenar.
    ===============================================

    apa benar ajaran syekh siti jenar bertentangan dengan ajaran yang di bawa wali songo?

    Syekh Siti Jenar harus dilihat dari kacamata hakikat, karena semua ajarannya adalah ajaran hakikat murni.

    Ketika Al-Halaj mengatakan “Ana Al-Haq”, semua orang ribut dan menuduhnya sesat.
    Padahal ucapan Al-Halaj mirip dengan ucapan Nabi Muhammad SAW “Ana ahmadun bila Mim”, akulah AHMAD tanpa MIM, berati bacanya AHAD, berarti Nabi mengatakan akulah AHAD, AKULAH KEBENARAN.

    Ucapan Nabi itu menunjukkan rasa penghambaan yang luar biasa, benar2 diri Beliau lenyap dalam ZAT ALLAH.

    Bagi kalangan pengamal Tasawuf hal2 seperti ini yang dikenal dengan SYATAHAT tidak dipermasalahkan, semua bisa dimaklumi.

    Bagi yang belum sampai kepada pemahaman tersebut, ini terkadang menjadi fitnah, maka jarang sekali masalah “Ana Al Haq ” itu dibahas karena memang tidak akan mampu dibahas.

    Ilmu Hakikat hanya bisa dipahami dengan Hati…

  • BISRI

    kalau Hakikat mungkin masih bisa dipahami kali ya mas,,,, tetapi kalau ma’rifat itu yang susah untuk dipahami sebelum orang itu merasakan.
    contoh hakikat : ada orang sakit flu, secara lahiriah dia sakit karena virus tetapi secara hakikat sakitnya dari Alloh. mungkin begitu ilustrasinya

  • sufimuda

    Hakikat itu berasal dari kata HAQ, arti nya Kebenaran,
    Hakikat Malaikat berati kita mengetahui dengan sebenarnya tentang malaikat.

    Makrifat di khususkan kepada Allah dikenal dengan Makrifattullah.

    Kan gak pernah kita dengar orang bilang “aku sudah bermakrifat kepada Malaikat” 🙂

    Orang yang sudah bermakrifat berarti orang yang sudah mengenal Allah dengan sebenar kenal, orang tasawuf sering mengatakan: “Orang bermakrifat itu adalah orang yang sudah berjumpa dengan Tuhan”

  • ampun tuhan

    ampun tuhan
    biasa aja lagi……
    di tanah jawa antara sejarah dengan wayang sulit
    di bedakan
    dan yang lebih parah ……………….
    hal kecil dibesar2kan dan yang besar dimusnahkan
    dasar jawa dwipa….. sarat dengan politis

  • BISRI

    hehehe…. kayaknya mas sufimuda kudu nulis artikel khusus masalah Hakikat dan Makrifat deh, biar kita samakan dulu persepsinya. pokoknya biar tambah luas pengetahuan kita,,,,
    btw,,,,lanjut.

  • wijaya

    jangan suka merubah sejarah sembarangan dan tak masuk akal.kasian anak cucu kita nanti2nya.telusuri dengan benar jangan asal nyebut aja.silahkan anda berpendapat asal benar dan jelas tanpa harus mengurangi satu hurufpun.matur nuwun.

  • nirafdi

    Ya memang bayak cerita tentang walisongo yang kita temukan dialam terbuka semenjak reformasi ini.Malah walisongo itu juga ada yang mengatakan sebagai” anjing kerajaan Demak(islam)”.Karena walisong itu adalah penasehat kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah yang nama aslinya adalah Cek ko po yang tiada lain bangsa Cina yang memerintah di tanah Jawa.Inilah yang ditentang oleh Sheh Siti Jenar karena bangsanya dikuasai oleh bangsa asing.

  • owok

    emng speti banyak yng ingin tahun soal hakekat/sufi. sayang hanya dibahas pakai akal saja, sedangkan hatinya gak dipakai.
    jadinya ya.. terserah akal, yang sering dibimbing oleh bisikan setan. bahaya.

    untuk rindu, hakekat suhadak pada hakekatnya adalah orang yang mampu bersaksi adanya alloh. tapi tidak hanya sebatas ucap, namun iman yang benr.
    kalau toh nanti mati dengan bersahadat itu sebagian dari ciri orangf yang mati sahid.
    tapi kalao mati tertembak dan tidak ingat alloh jelas itu bukan sahid. tapi buta pada alloh.
    jangan kawatir perempuan dan laki2 sama2 punya suhadak.

  • sabdalangit

    Salam sejati Mas Sufi Muda, krn kesibukan lama tak jumpa. semoga Gusti Allah selalu memberikan anugrah, berkah, ketentraman dan kebahagian kepada anda dan keluarga.

    Maaf sy pengin sekali ikut-ikutan diskusi ya, bila ada kelancangan mhn maafkan, karena semata kebodohan saya.

    Bicara sejarah, terasa amat pelik, terutama di Indonesia yang sangat plural ini tentu saja terjadi friksi-friksi kepentingan, bahkan antara politik dgn agama pun terjadi pergumulan sejak zaman dulu manakala dilaksanakan pelembagaan sistem religi.
    Sulit sekali memahami esensi dari sejarah religi yg ada, baik melalui buku-buku modern, kitab kuno, dsb. Yg benar adalah sejarah religi telah terjadi pergumulan sejak dulu kala, menimbulkan suatu dialektika tak sehat,
    sudah berapa kali di nusantara terjadi manipulasi sejarah termasuk sejarah nasional karya Nugroho Notosusanto yg akhirnya ditarik dari peredaran, sampai film G 30 S.
    Dalam ranah religi misalnya sy pernah membaca bila di pinggiran Surabaya terdapat makam salah satu anggota wali sanga, namun tahunnya yg dipahat di batu nisan adalah th 523 Masehi, sedangkan Nabi SAW baru lahir th 571 M. Sedangkan wali 9 antara abad 14-15 M. Contoh lain, syeh Jumadil Kubro ternyata ada pula di Mojokerto, sementara banyak org ziarah di lereng Merapi (Turgo) Sleman Yogya krn di sana terdapat makam Syeh Jumadil Kubro pula. Itu semua bukanlah sekedar tulisan, namun benar2 ada situs sejarahnya. Kesimpangsiuran terjadi hingga pada benda situs sejarah. Tidak hanya sebatas tinta yg ditumpahkan di atas kertas.
    Adapaun informasi kesejarahan religi yg ada di museum hanyalah sekedar kertas pula, bisa dicetak kapanpun waktunya. Nama pengarang bisa saja disadur cukup mudah dgn menorehkan tinta di atas kertas kosong, bikin juga tahun 10 abad ke belakang agar terkesan tua banget. Semua bisa terjadi.

    Sementara, para ahli sejarah, arkeolog dan antropolog tidak tertarik meneliti sejarah agama, alasannya jelas, sekalipun yg didapat adalah kebenaran ilmiah, bila kenyataannya bertentangan dgn “sejarah” versi agama, akan dianggap pelecehan, penghinaan, memutar balik fakta, dan yg paling kejam adalah tuduhan penyesatan.
    Akibatnya, sejarah yg bersinggungan dgn agama, sampai hari ini keadaannya semakin semrawut, dapat ditafsirkan sesuai dgn misi dan visi masing-masing.

    Sungguh Paradoksal dgn perkembangan ilmu sejarah ilmiah, yg telah mampu mengungkap realitas kebenaran yg terjadi pada rentang waktu berjuta-juta tahun lalu di saat makhluk manusia belum ada.

    Yah, semua kembali pada misi masing2. Agamapun tak butuh penelusuran ilmiah, cukup diyakini (iman) saja sudah terima kok. Yg paling penting nilai kebaikannya yg dimanfaatkan, dan menghindari pemahaman kitab secara tekstual/teksbook agar agama tdk menjadi monument sejarah dan diinggalkan manusia postmodern yg justru hypermistis. Hendaknya manusia zaman sekarang bukan memeluk “Islam”, tetapi menjadi “Islam”. Caranya memahami dan menghayati kitab secara kontekstual, sesuai dgn dinamika zaman.
    salam taklim
    mohon maaf Mas Sufimuda yg prayitna, bila komentar tsb banyak ungkapan sy yg dangkal fikir.

    yg masih belajar
    sabdalangit

  • sufi gila

    salam cinta dan damai saudaraku

    @sabdalangit
    sepakat mas …. daripada ngeributin masalah sejarah kan bikin pening saja …. lebih baik kita tetap fokus pada perjalanan spiritual kita masing2 dan fokus pada setiap pelajaran yg telah disampaikan oleh guru kita masing2 …. semua itu agar kita sampai dulu kehadirat Allah sehingga segala kontroversi sejarah ada baiknya kita tanyakan pada Allah yg Maha Mengetahui baik yg awal sampai yg akhir …. sehingga kita sebagai umat tidak terombang ambing oleh sejarah …. tips agar tidak pusing, kalau baca sejarah ambil saja nilai kebaikan yg ada semisal nilai keteguhan hati nilai perjuangan nilai ketaatan nilai kepatuhan nilai keseriusan nlai keikhlasan dll …. sedangkan masalah tahun kapan di mana itu bisa saja kesalahan penulisan

  • Ardi

    Aku prnh mndgrkn ksh syekh subakir dr kiyai psntren jbg jw tmr.
    Syekh subakir d knl seorg yg mmpnyai ilmu yg tgkt tnggi/sakti,yg mmpu menundukkan smua jin penguasa d slruh tnah jawa.
    Diknl sbgai babat tanah jawa,dia mampu mglhkn slruh danyang d tnh jwa,bhkn mnmptknya d setiap tmpt dn desa2.
    Smpai skg pun amalan2 syekh subakir msh jd rebutan bnyk orang d jawa.
    dia mmpnyai kekuatan yg dshyat,bhkn jg dknl sihir apapun tdk bs menandinginya.
    Dia jg dknl sbgai mbah ne poro lelembut,apkh itu benar?
    tlg djwb…

  • mas dadang

    tolong kalau ada info tentang dialog semar (maikmaya) dengan syekh subakir seperti dalam serat jangka tanah jawa
    Suwun…

  • instinct

    Saya pribadi kurang setuju dengan kalimat terakhir di artikel di atas,
    ===============================================
    Walisongo adalah gerakan berdakwah untuk menyebarkan Islam. Oleh karena gerakan ini mendapat perlawanan dengan gerakan yang lain, termasuk gerakan Syekh Siti Jenar.

    pada hakikatnya…hanya Allah s.w.t sja

  • endo

    bukan pandangan syekh sitijenar yang salah, dalam babad tanah cirebon yang di[permasalahkan oleh wali songo adalah pandangannya jangan diajarkan kepada orang awam karena belum cukup ilhu shg akan terjadi salah tafsir dan tindakan. contohnya ketika dikatakan alam ini milik llah SWT, atau yang lebih kongkrit dan kecil dikatakan sebidang tanah ini atau harta ini milik Allah SWT (benar dalam falsafah tasawuw) namun bila dipegang oleh orang awam jadi beda. Karena milik Allah semua orang boleh memilikinya jadinya menguasai tanah itu atau harta itu atau mengambilnya jadi halal, tapi kita bilang itu mencuri. jadi heboh toh? itu yang tidak dikehendaki oleh wali songo, tapi syekh siti jenar tetap pada pendiriannya untuk menanamkan paham tsb pd orang awam. menurut pendapat para wali daripada hancurnya tatanan kehidupan dan kerugian bagi masyarakat luas lebih baik menghukum satu orang daripada merugikan kehidupan banyak orang. gitu gan

  • Jayadi

    Bapak-bapak ahli Sufi yang saya hormati,
    Saya masih bingung dengan adat jawa yang tidak memperbolehkan “PERNIKAHAN LUSAN”. Apakah ada dasarnya dalam agama islam? Lalu bagaimana menurut agama islam?
    Soalnya saya adalah anak pertama dan calon saya adalah anak ketiga.
    Hal ini membuat saya menjadi rancu dalam menjalin hubungan.
    Mohon Pencerahannya…

    • aa

      Walisongo bukan cuma 1 generasi, itu yang perlu di garis bawahi……………..
      “PERNIKAHAN LUSAN”. dalam adat jawa hanyalah berupa kejadian yang pernah terjadi beberapa kali, yang menyebabkan orang jawa takut kalau hal itu terulang, sebenarnya bukan larangan, namun kehati-hatian, hanya saja terlalu di lebih-lebihkan

  • murdin idris

    sebenarx kalo saya berpendapt para wal songo cemburu dengan apa yg dilakukan oleh syech siti jenar krn kalo saya maqam makrifat st. jenar jauh lebih tinggi dari wali songo….

Tinggalkan Balasan ke SuryongalamBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca