Nasehat

Nasehat Guru

Setelah Perang dunia II, Jerman sebagai negara kalah perang dibagi menjadi dua, Jerman Barat tunduk kepada Kapitalis Amerika dan Jerman Timur tunduk dibawah pengaruh komunis Uni Soviet. Pada saat itu kota Berlin juga dibagi dua yaitu Berlin Barat dibawah Pemerintahan Jerman Barat sementara Berlin Timur di bawah pemerintahan Jerman Timur. Kota Berlin di pisah oleh sebuah Tembok Raksasa sepanjang 165km dengan tinggi 3,6 m yang kemudian kita dengan sebagai Tembok Berlin.

Kehidupan kedua negara sangat jauh berbeda termasuk kedua kota tersebut. Berlin Timur sangat miskin dan ketinggalan sedangkan Berlin Barat hidup makmur dan kaya.

Ada sebuah kisah, karena melihat kehidupan Berlin Barat yang demikian majunya, ia telah menimbulkan kebencian dan rasa iri dari penduduk Berlin Timur. Suatu hari mereka mengumpulkan sejumlah sampah lalu sengaja dibuang ke Berlin Barat lewat tembok, ini juga upaya provokasi untuk memperuncing konflik blok Timur dan Blok Barat.

Penduduk Berlin Barat tidak marah apalagi membalas dengan sampah yang dibuang ke wilayah mereka. Sebaliknya mereka mengumpulkan sejumlah makanan lezat lalu di lempar balik ke Berlin Timur dengan spanduk disisip diantara barang yang dilemparkan. Spanduk itu berbunyi, “Terima Kasih atas pemberian yang kalian miliki. Kami hanya bisa memberikan apa yang kami miliki, Semoga bisa bermanfaat untuk saudara sebangsaku”.

Penduduk Berlin Timur merasa sangat malu karena setelah diberikan sampah, malah dikembalikan dalam bentuk makanan, serta masih menganggap mereka saudara sebangsa dan semenjak saat itu, tidak pernah lagi terdengar adanya sampah dan kotoran-kotoran yang dibuang ke Berlin Barat.

Kisah di atas dikirim oleh seorang teman, dan bagi saya kisah itu mengingatkan saya kepada sosok Guru yang selama ini menjadi panutan bagi saya. Beliau mengajarkan saya akan kebaikan dan cinta kasih kepada seluruh manusia tanpa membedakan latar belakangnya. Beliau selalu menasehati murid-murid Beliau agar memberikan doa yang baik kepada orang lain. “Jangan pernah kau mendoakan yang jelek kepada orang lain”, demikian Beliau memberikan nasehat kepada saya.

Saya pernah bertanya, “Guru, walaupun orang tersebut telah menzalimi kita, apakah kita tidak boleh mendoakan dia supaya celaka?”. Guru memberikan senyum yang khas Beliau saya, Beliau bisa menangkap gejolak muda saya yang mudah tersinggung. “Kalau engkau mendoakan orang dengan doa yang jelek maka doa tersebut cepat atau lambat akan kembali kepada dirimu sendiri dan ingatlah Tuhan menginginkan hati hamba-Nya terbebas dari dendam dan amarah”.

Beliau mengibaratkan doa seperti kita menanam tanaman, kalau yang ditanam baik maka akan menghasilkan baik sementara kalau di tanam tanaman yang tidak baik akan menghasilkan tanaman yang tidak baik juga. Hukum Alam sebagai sunatullah bekerja secara otomatis, apa yang di tanam itulah yang dipanen. Beliau sangat melarang saya untuk sakit hati kepada siapapun, “Jangan pernah kau sakit hati kepada siapapun”.

Andai ajaran sufi yang mulia ini dilaksanakan oleh seluruh Ummat Islam maka tidak akan ada lagi pertengkaran atau pertumpahan darah hanya gara-gara ingin dianggap paling benar. Tapi sayangnya banyak ummat Islam tidak menyadari betapa luar biasa ajaran Islam yang tersimpan dalam Tasawuf ini sehingga ummat ini terjebak dalam wajah Islam Keras, suka menyalahkan bahkan mengkafirkan saudara sendiri. Semakin kita mencari kesalahan diluar diri kita maka semakin jauh kita dari kebenaran karena kita terjenak dalam hal-hal yang bersifat negatif.

Manusia mempunyai kemampuan luar biasa untuk menyerap berbagai macam informasi tapi sayangnya menurut penelitian para ahli, rata-rata 70% informasi yang diserap manusia adalah NEGATIF. Informasi negatif ini yang kemudian mempengaruhi manusia dalam bertindak sehari-hari. Kalau informasi negatif ini tidak di filter kemudian terekam di alam bawah sadar maka informasi yang negatif itu yang membentuk kepribadian kita.

Agama mempunyai cara ampuh untuk menetralisir informasi-informasi negatif yang terekam di alam bawah sadar tersebut yaitu dengan Dzikrullah atau mengingat Allah dan kemudian dalam setahun minimal pernah melakukan suluk (Intensif Dzikir) agar seluruh informasi negatif yang kita terima bisa hilang dan muncul informasi yang positif untuk membuat kita menjadi manusia yang baik sesuai dengan aturan yang telah dibuat oleh Allah.

Mulai hari ini marilah kita menerima informasi-informasi yang positif dan menghindar dari informasi yang negatif. Mari kita gunakan kata-kata yang bisa membuat orang lain menjadi lebih baik agar kitapun bertambah baik. Jangan biasakan menggunakan kata-kata menghujat dan mencaci maki karena kata-kata itu tanpa sadar akan merusak diri sendiri.

Di Hari Jum’at penuh berkah ini, hari mulia, mari kita memperbaiki diri, diantara kita pernah berbuat khilaf di masa lalu, berbuat jahat atau berbuat dosa dan tentu kita tidak hidup dimasa lalu, kita hidup dimasa sekarang. Kita punya kesempatan banyak untuk memperbaiki diri menjadi manusia sempurna (Insan Kamil), manusia yang selalu ingin menebarkan kebaikan kepada semua manusia, manusia yang bergerak atas dasar kehendak Tuhan.

Menutup tulisan singkat ini saya mengutip ucapan Guru: “Tuhan hanya melihat hari ini dan besok, kalau hari ini baik maka baiklah kita dalam pandangan Tuhan”.
Demikian

22 Comments

Tinggalkan Balasan ke YudhaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca