-
Setelah Shalat Subuh (3)
Berkunjung atau mendatangi Guru Mursyid walaupun Beliau masih hidup disebut ber ziarah atau sering disebut berziarah kepada Guru Mursyid. Di Awal saya menekuni tarekat, kata ziarah digunakan untuk Guru yang masih hidup terasa mengganggu, bukankah ziarah itu mengunjungi kuburan atau mendatangi tempat-tempat yang dianggap memiliki nilai spiritual. Kemudian baru saya ketahui bahwa sebenarnya ketika berkunjung kepada Guru Mursyid atau seorang Syekh Tarekat sebenarnya yang dikunjungi bukan sekedar zahir atau fisiknya tapi yang lebih penting adalah mengunjungi rohaninya, itulah sebabnya disebut berziarah. Dalam diri seorang Guru Mursyid tersimpan Nur Muhammad sebagai wasilah bagi seluruh ummat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
-
Ivan Aguéli Pelopor Tasawuf di Eropa
Jika bertanya siapa yang pertama kali mengenalkan tasawuf di tanah Eropa? Ivan Aguelilah jawabannya. Cendekiawan Muslim asal Swedia ini dikenal amat ahli dalam metafisika sufi dan mengenalkannya ke benua biru. Ia dikenal dengan nama ‘Abd al-Hadi Aqhili. Agueli lahir pada 24 Mei 1869 di Sala, Västmanland, Swedia. Nama kecilnya John Gustaf Agelii, putra dari seorang dokter hewan Johan Gabriel Agelii. Sejak muda, Agueli menunjukkan bakat seni yang luar biasa dan minat dalam sufistik agama. Pada 1879, ia belajar ke Gotland dan Stockholm.
-
Menguak Kembali Definisi Tasawuf
Dalam sejarah perkembangan nya, Sufi dan Tasawuf beriringan. Beberapa sumber dari kitab-kitab yang berkait dengan sejarah Tasawuf memunculkan berbagai definisi. Definisi ini pun juga berkait dengan para tokoh Sufi setiap zaman, disamping pertumbuhan akademi Islam ketika itu. Namun Reinold Nicholson, salah satu guru para orientalis, membuat telaah yang terlalu empirik dan sosiologik mengenai Tasawuf atau Sufi ini, sehingga definisinya menjadi sangat historik, dan terjebak oleh paradigma akademik-filosufis. Pandangan Nicolson tentu diikuti oleh para orientalis berikutnya yang mencoba menyibak khazanah esoterisme dalam dunia Islam, seperti J Arbery, atau pun Louis Massignon. Walaupun sejumlah penelitian mereka harus diakui cukup berharga untuk menyibak sisi lain yang selama ini terpendam.
-
Tasawuf, Mencari Cinta Yang Hilang
Tasawuf di Indonesia masih merupakan usaha pencarian pencerahan diri yang bersifat individual. Tasawuf di Indonesia masih merupakan usaha pencarian pencerahan diri yang bersifat individual. Padahal, dalam sejarahnya dahulu tidak seperti itu. Tasawuf pada masa kemunculannya dahulu merupakan gerakan sosial untuk melakukan koreksi sekaligus pemberdayaan umat. Kalau begitu, masih perlukah tasawuf dimunculkan kembali?
-
Mari Saling Menghargai
Saya membaca ulang tulisan Desember 2012 tentang ucapan-ucapan unik dari tokoh sufi dengan judul Jangan Pernah Menilai Ucapan Orang Yang Jatuh Cinta. Kesimpulan dari tulisan itu adalah “Jangan pernah menilai ucapan orang yang sedang jatuh cinta karena ucapannya tidak bisa dijadikan dasar hukum sebagai benar atau salah. Hanya orang yang tenggelam dalam cinta saja yang bisa memahami ucapan orang yang dimabuk cinta”.
-
Setelah Shalat Shubuh…
Setelah shalat subuh, saya membuka www.sufimuda.net, saya lihat tulisan terakhir yang diposting tanggal 15 Januari berarti sudah lebih kurang 70 hari, waktu yang lumayan lama. Saya dari awal tahun ini memang berniat menulis 3 tulisan setiap minggu yang saya posting hari Senin, Rabu dan Jum’at, artinya ada 12 tulisan dalam sebulan dan 144 tulisan dalam setahun karena kesibukan akhirnya rencana tersebut jadi tidak seperti yang saya inginkan namun saya tetap berniat menulis minimal 144 tulisan tahun ini.
-
Dr. Yusuf Al-Qardhawi; Hakikat Dari Tasawuf
Pertanyaan: Apa sebenarnya arti kata tasawuf hakikat dan hukumnya menurut Islam? Apakah benar di antara orang-orang ahli tasawuf ada yang tersesat dan menyimpang? Jawab: Arti tasawuf dalam agama ialah memperdalam ke arah bagian rohaniah, ubudiah, dan perhatiannya tercurah seputar permasalahan itu. Agama-agama di dunia ini banyak sekali yang menganut berbagai macam tasawuf, di antaranya ada sebagian orang India yang amat fakir. Mereka condong menyiksa diri sendiri demi membersihkan jiwa dan meningkatkan amal ibadatnya.