-
Sedih…
Manusia sepanjang hidupnya tidak bisa menghindari apa yang disebut dengan kesedihan, baik berupa musibah meninggal orang-orang dicintai maupun kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya, tidak terkecuali juga para Nabi dan Para Kekasih Allah, kesedihan pun kerap menghampiri mereka dan air mata menjadi teman setia mereka, melewati masa masa terberat dalam hidup. Kisah sedih Nabi Muhammad SAW kiranya menjadi pedoman bagi kita dalam menghadapi saat-saat tersulit dalam hidup, padahal demi Tuhan, Rasulullah Saw yang jiwanya tegar melebihi batu karang, kokoh pendiriannya melebihi kokohnya gunung-gunung dan kesabarannya melebihi segala makhluq Tuhan, beliau juga menangis dan sedih ketika kehilangan ibunya, dan kesedihan itu bahkan beliau bawa sehingga beliau beranjak tua. Setiap kali ingatan…
-
Bijaksana…
Bagi pendosa yang jahat, aku mungkin terlihat jahat. Tetapi bagi yang baik, betapa luhurnya aku. (Mirza Khan, Anshari) Meskipun Ibnu Arabi dicintai oleh semua Sufi, mempunyai banyak pengikut pribadi dan menjalankan fungsi teladan kehidupan, tidak diragukan ia merupakan suatu ancaman bagi kalangan formalis. Seperti al-Ghazali, kekuatan intelektualnya lebih unggul dari semua orang sezamannya yang lebih konvensional (di bidang pemikiran). Alih-alih menggunakan berbagai kemampuan ini untuk mengukir satu tempat dalam skolastisisme, ia menyatakan — seperti banyak Sufi lainnya — bahwa jika seseorang memiliki intelek yang kuat, fungsi terakhirnya adalah memperlihatkan bahwa intelektualitas hanyalah suatu sarana pengantar kepada sesuatu yang lain. Sikap ini bukan suatu kesombongan — apalagi kalau kita benar-benar bertemu…
-
Kisah Taubatnya Orang yang Mengingkari dan Ingin Membakar Kitab Ihya’ Ulumiddin
Siapa yang tidak kenal dengan kitab Ihya’ Ulumiddin ? Kitab fenomenal karya hujjatul islam Imam Ghazali ini sangat dikenal di seantero negeri. di pesantren-pesantren salaf, kitab ini menjadi rujukan dan kajian utama dan “makanan” sehari-hari para santri. Di kalangan ulama tasawuf, kitab ihya’ juga menjadi kitab rujukan utama dari berbagai aliran thariqah yang ada. Namun demikian, ada sebagian kelompok yang mengingkari kitab ihya’ ini dengan mengatakan bahwa di dalamnya banyak sekali hadist dhaif. Padahal jumhur ulama sepakat bahwa hadist dhaif masih dapat digunakan untuk berhujjah khususnya yang berkaitan dengan fadhailul ‘amal.
-
Pengorbanan Ali bin Abi Thalib untuk Tamu
Dikisahkan bahwasanya di antara kebiasaan Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Madinah adalah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur umum. Seperti dapur umum, pagi, siang, malam rumah itu menghidangkan makanan untuk semua orang yang berdatangan. Di zaman itu di Madinah belum ada tempat penginapan atau hotel. Tiap hari, Hasan menyembelih onta kecil untuk dihidangkan ke para peziarah Madinah atau orang-orang miskin pada umumnya.
-
Kisah Imam Al-Ghazali Berguru Kepada Tukang Sol Sepatu
Suatu malam disaat orang sedang terlelap, Syekh Abdul Wahab Rokan yang saat itu masih muda dan sedang berguru kepada Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabbal Qubis Makkah sedang membersihkan kamar mandi Gurunya menggunakan kedua tangannya tanpa merasa jijik dan melakukan dengan penuh ikhlas. Di saat Beliau melakukan tersebut, tiba-tiba Guru Syekh Sulaiman Zuhdi lewat dan berkata, “Kelak tanganmu akan di cium raja-raja dunia”. Ucapan Gurunya itu dikemudian hari terbukti dengan banyak raja yang menjadi murid Beliau dan mencium tangan Beliau salah satunya adalah Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja di Kerajaan Langkat, Sumatera Utara.
-
Hikmah Di Balik Celaan
Di dalam Kasyf Al-Mahjub sebuah kitab Tasawuf klasik karya Abul Hasan Ali bin Ali Al-Ghaznawi Al-Jullubi Al-Hujwiri atau dikenal dengan Al-Hujwiri, diceritakan bahwa suatu hari Syaikh Abu Thahir Harami terlihat di pasar, menunggang seekor keledai dan diikuti oleh salah seorang seorang muridnya. Seseorang berteriak, “Ini dia si tua penganut aliran berfikir bebas!”. Sang murid yang merasa jengkel dengan ejekan terhadap Gurunya kemudian menyerang orang yang berteriak itu, berusaha memukulnya, dan seisi pasar menjadi gaduh.
-
Penghuni Surga
Suatu ketika Nabi Muhammad saw. duduk di masjid dan berbincang bincang dengan sahabatnya. Tiba-tiba beliau bersabda: “Sebentar lagi seorang penghuni surga akan masuk kemari.” Semua mata pun tertuju ke pintu masjid dan pikiran para hadirin membayangkan seorang yang luar biasa. “Penghuni surga, penghuni surga,” demikian gumam mereka. Beberapa saat kemudian masuklah seorang dengan air wudhu yang masih membasahi wajahnya dan dengan tangan menjinjing sepasang alas kaki. Apa gerangan keistimewaan orang itu sehingga mendapat jaminan surga? Tidak seorang pun yang berani bertanya walau seluruh hadirin merindukan jawabannya.