-
Jika Engkau Ada Maka AKU Tiada…
Mengenal Allah itu memiliki tingkatan atau tahapan dimana setiap tahapan memiliki perbedaaan. Ketika masih kecil kita mengenal Allah dengan sangat awam, hanya sebetas mengenal nama-Nya, sesuatu yang berada di atas kita dalam segala hal. Setelah memiliki cukup akal (dewasa) kita mengenal Allah lewat pelajaran sekolah/pasantren maka ilmu itu pun meningkat, mengenal sifat-sifat-Nya. Di sadari atau tidak bahwa pengetahuan kita tentang Allah yang diserap oleh akal sampai akhir hayat hanya sampai ke tahap pengetahuan akan nama dan sifat-Nya. Pengetahuan tentang Dzat-Nya tidak akan tersentuh sama sekali karena DIA berada diluar jangkauan akal manusia.
-
Pentingnya seorang Guru
“Barang siapa yang menuntut ilmu tanpa bimbingan Syekh (Guru Mursyid) maka wajib setan Gurunya” (Abu Yazid al-Bisthami). Ucapan tokoh besar sufi diatas di khususkan untuk yang berhubungan dengan kerohanian, mistik dimana jika kita belajar tanpa ilmu maka setan akan mudah menyusup dalam setiap ilmu yang kita pelajari. Tidak ada Guru menyebabkan tidak ada yang menegur, membimbing dan mengarahkan agar kita agar tetap berada di jalan yang benar.
-
Seputar Akidah Sufi Terhadap Rasulullah
Diantara persoalan yang digugat oleh mereka yang anti Tasawuf adalah mengenai akidah kaum Sufi terhadap Rasulullah SAW. Mereka menuduh kaum Sufi bahwa, kaum Sufi berpandangan kalau Rasulullah tidak mencapai martabat dan kondisi para Sufi. Rasulullah tidak mengetahui ilmu-ilmu para Sufi, sebagaimana ungkapan Abu Yazid al-Busthamy, “Kami menyelami Lautan yang para Nabi sudah berhenti di pantainya…”.
-
Ka’bah VS Hati Wali
Diriwayatkan oleh Syaikh Syamsuddin at-Tabrizi bahwa suatu hari ketika Syaikh Abu Yazid al-Busthami sedang dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji, beliau mengunjungi seorang sufi di Bashrah. Secara langsung dan tanpa basa-basi, sufi itu menyambut kedatangan beliau dengan sebuah pertanyaan: “Apa yang anda inginkan hai Abu Yazid?”. Syaikh Abu Yazid pun segera menjelaskan: “Aku hanya mampir sejenak, karena aku ingin menunaikan ibadah haji ke Makkah”. “Cukupkah bekalmu untuk perjalanan ini?” tanya sang sufi. “Cukup” jawab Syaikh Abu Yazid. “Ada berapa?” sang sufi bertanya lagi. “200 dirham” jawab Syaikh Abu Yazid. Sang sufi itu kemudian dengan serius menyarankan kepada Syaikh Abu Yazid: “Berikan saja uang itu kepadaku, dan bertawaflah di…
-
Dialog Abu Yazid dan Pendeta
Abu yazid adalah salah satu pemuka kaum sufi diBaghdad pada abad ke III hijriah yang merupakan abad kemunculan madhab al-hubb al-illahi, ia memiliki perjalanan hidup yang mengagumkan dan perilaku yang kadang sulit untuk diterima oleh akal. Demi cintanya kepada ilmu pengetahuan ia berkelana dalam waktu
-
MELIHAT ABU YAZID
….Seandainya engkau melihat Abu Yazid sekali saja, itu lebih bermanfaat bagimu daripada melihat Allah SWT tujuh puluh kali….