Setelah Shalat Subuh (18)

Manusia secara garis besar terdiri dari 2 unsur yaitu jasmani dan rohani. Jasmani apa yang terlihat, bisa dirasakan dan dikenali dengan mudah sedangkan rohani adalah spirit yang menggerakkan raga kita dan usianya tidak dibatasi oleh waktu tertentu, sudah ada di alam lain dan akan menuju ke alam berikutnya. Kelak yang mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama di dunia ini adalah ruh bukan jasmani oleh karena itu tugas kita hidup di dunia ini adalah menjaga kesucian ruhani agar ketika berpindah ke alam berikutnya (mulai dari alam barzah) tetap dalam kondisi awal sebelum ruh itu masuk ke dalam jasad.
Jika ruh tidak dibersihkan, disinari oleh cahaya-Nya maka dia akan merana sepanjang masa, dari alam dunia sampai alam akhirat. Untuk membersihkan jasmani tentu semua manusia mengetahui caranya sedangkan untuk membersihkan ruhani tidak semua manusia mengetahui kecuali orang-orang yang telah diberi pengetahuan oleh Allah SWT, dalam hal ini Rasulullah SAW dan para khalifahnya yang sambung menyambung sampai akhir zaman.
Terkadang untuk memahami kerja tubuh fisik pun memerlukan pengetahuan yang dalam, para dokter dan orang-orang yang secara khusus mempelajari anatomi tubuh akan berbeda pengetahuannya dengan orang awam. Orang yang fokus kepada tubuh fisik, menjaga kebugaran badannya akan memberikan perhatian berbeda dengan orang yang tidak begitu peduli tentang badannya. Sebagian orang dengan pengetahuan gizi akan menjaga makanan yang masuk ketubuhnya dengan jenis makanan yang memang membuat badan menjadi sehat bukan menjadikan tubuh sakit.
Pengetahuan ruh itu lebih dalam lagi dan sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa Dia hanya memberi sedikit pengetahuan tentang ruh itu. Makna diberikan pengetahuan sedikit itu tentu bukan tidak diberikan sama sekali sebagai yang banyak dipahami orang, tapi kata-kata “sedikit” menunjukkan bahwa ilmu Allah itu memang tidak terbatas. Sedikit disisi Allah tentu akan sangat berlimpah di sisi kita. Bagi sebagian orang uang berjumlah Rp. 1.000.000,- itu sangat banyak, sebagian lagi biasa saja dan bagi seorang milyarder kelas dunia, uang Rp. 1.000.000,- tentu sangat sedikit dibandingkan jumlah kekayaannya yang hampir mencapai Rp. 1000 Trilyun atau lebih.
Jika kesehatan dan kebersihan tubuh jasmani merupakan tanggung jawab kita sendiri, kita yang membersihkan dan merawatnya, maka kesehatan dan kebersihan ruhani kita juga merupakan tanggung jawab kita sendiri, bukan tanggung jawab orang lain. Kita diberi pengetahuan oleh Allah lewat Rasulullah SAW cara membersihkan ruhani kita yaitu dengan berzikir yang tersambung kepada Allah sehingga cahaya-Nya terus menerus menghampiri ruh kita. Maka dengan cara berhampiran dengan cahaya-Nya tersebutlah maka ruh menjadi bersinar, bersih, berkilau karena tersambung terus menerus dengan Allah.
Shalat 5 waktu ditambah dengan shalat sunnat adalah bagian dari cara kita untuk terus menerus tersambung kepada Allah, senantiasa mengingat-Nya karen hakikat dari shalat adalah untuk mengingat-Nya. Maka jika manusia dalam shalat tidak mengingat-Nya maka shalatnya belum benar, belum tersambung kepada Allah. Shalat hanya memenuhi kewajiban semata. Shalat yang tidak khusyuk bukan saja tidak bisa membersihkan ruhani malah mengotori ruh kita yang ujungnya nanti mendapat hukuman yaitu Neraka Wail.
Pada titik ini kita harus ajukan pertanyaan dalam diri sendiri, apakah shalat kita telah khusyuk atau shalat saat ini hanya bekal pengetahuan shalat saat masih kecil dulu, hanya mengulang-ulang saja selama puluhan tahun sampai dengan saat ini. Jika ada perasaan bahwa shalat kita belum khusyuk maka timbul gairah dari dalam diri untuk berbenah, memperbaiki, mencari ilmu atau mencari orang yang bisa menuntun dan membimbing kita kepada shalat yang khusyuk. Logikanya hanya orang yang telah mencapai shalat khusyuk yang bisa membimbing orang menjadi khusyuk dalam shalatnya. Sama halnya hanya orang yang telah wushul (sampai) kehadirat Allah yang bisa membimbing orang untuk bisa wushul (sampai) kehadirat Allah.
Hanya kerendahan hati lah yang membuat kita mendapat bimbingan Allah sebagaimana Nabi Musa as dengan diberi Guru Pembimbing untuk membimbing ruhani kita agar senantiasa berkekalan dengan Allah. Setiap manusia yang ingin mengenal Allah WAJIB memiliki pembimbing ruhani agar segala ibadahnya bisa sampai dan tersambung kepada Allah SWT.
Menutup tulisan ini kami mengutip nasehat dari Imam Abdul Wahab As Sya’rani :
“Wahai saudaraku, berjalanlah engkau di bawah bimbingan seorang Syaikh yang selalu memberimu nasihat dan dapat membuatmu sibuk dengan Allah. sehingga dia dapat menghilangkan pembicaraan hatimu di kala engkau shalat, seperti ucapanmu, “Aku akan pergi ke sana”, “Aku akan melakukan ini dan itu”, “Aku akan mengatakan ini kepada fulan” dan sebagainya. Jika tidak, maka engkau akan selalu berbicara di dalam hati di setiap shalatmu. Dan tidak satu pun shalatmu yang dapat engkau bebaskan dari pembicaraan tersebut, baik shalat wajib maupun sunah. Ketahuilah hal itu! Engkau tidak akan dapat mencapai semua itu tanpa bimbingan seorang Syaikh. Ibarat orang-orang yang mendebat tanpa ilmu. Sikap seperti ini tidak baik bagimu.”
Asy Sya’rani juga berkata, “Apabila jalan kaum sufi dapat dicapai dengan pemahaman tanpa bimbingan seorang Syaikh, niscaya orang seperti al Ghazali dan Syaikh Izzuddin ibn Abdussalam tidak perlu berguru kepada seorang Syaikh. Sebelum memasuki dunia tasawuf, keduanya pernah mengatakan, “Setiap orang yang mengatakan bahwa ada jalan memperoleh ilmu selain apa yang ada pada kami, maka dia telah membuat kebohongan kepada Allah.” akan tetapi, setelah memasuki dunia tasawuf keduanya berkata, “Sungguh kami telah menyia-nyiakan umur kami dalam kesia-siaan dan hijab (tabir penghalang antara hamba dan Tuhan).” Akhirnya, keduanya mengakui jalan tasawuf dan bahkan memujinya.”
Semoga bermanfaat…












5 Comments
Pingback:
37
Syukur Alhamdulillah..🙏🙏
aliffirmansyah
Terima kasi ya
Aliffirmansyah
Sufi muda gunung rebo
Rofi'
Terima kasih telah bnyk memberikan info positif, banyak sekali menambah pencerahan hati