Tasauf

HAKIKAT BAHAGIA

Untuk men-defisinikasi-kan makna bahagia diperlukan uraian panjang dan terkadang kalau dibaca terkesan rumit. Bahagia menurut seseorang akan berbeda dengan orang lain. Begitu juga definisi kaya menurut sebuah kelompok bisa jadi akan tertolak oleh kelompok lain. Seorang ahli seni mendiskripsikan bahagia menurut kesenangannya, ketika dia berada di lingkungan orang-orang seni dan bisa mengekspresikan karya-karyanya maka itu akan membuat dia bahagia. Bagi seorang pengusaha ketika bisnisnya berkembang dan terus maju, mampu melewati berbagai rintangan sehingga dia sukses maka bahagia akan menghampiri mereka.

Maka bahagia memang bisa bersifat relatif tergantung sudut pandang masing-masing. Karenanya tidak mungkin bahagia itu diseragamkan. Bahagia yang bersifat relatif ini tentu saja tidak bisa disebut bahagia dalam makna hakiki. Seorang yang mempunyai kenderaan baru akan merasa bahagia paling lama 1 bulan, setelah itu bahagia akan berubah menjadi hal biasa. Bahkan kalau kenderaan tersebut diperoleh dengan cara kredit maka tiap bulan bukan lagi bahagia di dapat tapi kesusahan, susah menutupi angsuran. Begitu juga jika seseorang mendapatkan rumah baru, bahagianya juga sama, bersifat sementara, setelah itu akan berkurang bahkan lenyap. Memiliki istri cantik juga tidak ada bedanya, setelah menikah semua menjadi biasa, hilanglah yang namanya bahagia.

Kalau memang bisa hilang dan berganti maka itu bukanlah Kebahagiaan yang hakiki. Allah SWT menjanjikan kebahagiaan hakiki berupa surga yang disana tidak ada lagi penderitaan, kebosanan, tidak tua dan lain sebagainya. Agar lebih mudah dipahami oleh manusia, apalagi manusia yang hidup 1400 tahun yang lalu, maka Nabi mendeskripsikan surga sebagai taman yang indah, air mengalir, sungai susu dan tidak lupa dengan bidadari di dalamnya. Surga yang digambarkan demikian tentu akan sangat menarik hati bagi orang-orang Arab yang tinggal di padang pasir nan tandus.

Sementara kenikmatan tertinggi yang di dapat oleh penduduk surga bukan buah-buahan, susu, madu juga bukan bidadari, tapi memandang wajah Allah SWT, itulah puncak kenikmatan dan kebahagiaan bagi penduduk surga. Kalau di tulis dalam bahasa sederhana, hakikat surga sebenarnya adalah beserta dengan Allah SWT sebagai sumber dari segala sumber kebahagiaan. Kebagiaan hakiki beserta dengan Allah SWT inilah yang harus kita dapat sejak di dunia ini, harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.

Seorang anak kecil yang tinggal dalam istana megah, diberikan tempat tidur dari sutra dan dikelilingi oleh intan berlian tidak akan membuat dia bahagia, dia bahkan akan terus menangis sampai dia dipertemukan dengan Ibunya. Di dalam pelukan sang Ibu lah kebahagiaan hakiki si anak di dapat. Bayi yang gelisah dan menangis itu akan langsung diam ketika berada dalam pelukan Ibunya.

Begitu juga manusia, pada dasarnya diberi apapun kenikmatan di dunia ini, harta melimpah, rumah besar dan kenderaan mewah tidak akan bisa membuat dia bahagia dalam makna sebenarnya sampai dia berjumpa dengan “Ibunya” tempat dia berasal yaitu Allah SWT. Ketika manusia menemukan jalan kembali kepada Allah SWT, menemukan cahaya-Nya di dunia ini maka disitulah dia menemukan kebahagiaan yang tidak akan hilang selamanya. Kebahagiaan hakiki adalah ketika dia datang maka dia tidak akan pernah pergi lagi.

Maka siapapun yang mengalami keresahan jiwa, hati berdebar tanpa sebab walaupun ibadah rajin, itu maknanya dia belum menemukan jalan kembali untuk selalu bersama Sang Pemillik Bahagia. Maka tidak heran para sufi yang telah menemukan kebahagiaan ini seperti tidak memperdulikan lagi dunia yang fana ini, mabuk dengan kehidupan akhirat yang tidak bisa terungkap dengan kata-kata. Mereka bisa jadi sibuk mengurus bisnis, berusaha, berkembang sesuai dengan kebutuhan duniawi tapi hati mereka tidak pernah lepas walau sesaat dari Allah SWT. Bagi seorang sufi, sedetik terlepas dari Dzikir kepada Allah sama dengan neraka baginya.

Shalat, Puasa, Haji, Umrah adalah sarana kita untuk mendekatkan diri kepada Allah bukan sebagai alat untuk mengenal-Nya. Untuk mengenal Allah SWT secara hakiki tentu ada yang memperkenalkan. Tanpa mengenal lewat yang memperkenalkan maka kita hanya mengenal Allah SWT sebatas Nama, Sebatas Sifat, sebatas imajinasi atau khayalan maka bisa jadi surga yang di dapat kelak juga berupa surga ucapan atau surga khalayan.

Maka segala sesuatu harus kita selesaikan di dunia ini agar kelak ketika ajal menjemput semua urusan telah selesai dan kita dipanggil dengan penuh ketenangan. Sebelum berenang di samudera haruslah belajar dulu di kolam renang sampai mahir agar tidak tenggelam. Sebelum ajal menjemput maka kenallah Allah SWT dengan sebenar kenal agar ketika ajal datang kita tidak salah alamat untuk kembali karena sudah kita kenal sejak hayat di kandung badan.

Mudah-mudahan tulisan tentang “Hakikat Bahagia” di hari Jumat penuh berkah ini bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua akan hakikat bahagia yang harus kita dapat sejak di dunia ini agar hidup tidak lagi gelisah. Hakikat bahagia tentu saja apabila kita selalu bersama-Nya. Insya Allah dilain kesempatan akan kami lanjutkan lagi.

Semoga Bermanfaat…

12 Comments

  • Sugiyaryi

    Maha Suci Alloh..Alloh Maha Berkehendak..
    Kebahagiaan sejati yang saya rasakan adalah perpaduan antara rasa senang, gembira, damai, teduh, syahdu, lembut tidak meletup-letup, terasa puas dan lega..kebahagiaan sejati tersebut bukan karena saya memperoleh rejeki dunia berupa harta, pasangan, anak, dan lain sebagainya, kebahagiaan itu datang dengan sendirinya dengan sebab yang kadang sangat sederhana, seperti dengan menyaksikan sinar matahari pagi atau jari jemari saya sendiri..tiba tiba akan timbul rasa bahagia itu. Namun rasa bahagia itu tidak akan timbul bilamana saya lepas dari mengingat Alloh..dengan menyakini keberadaan Alloh seyakin-yakinya..kadar rasa bahagia tersebut seimbang dengan keyakinan saya kepada Alloh. Keyakinan (keimanan) saya seperti gelombang yang naik turun, pada saat rasa bahagia itu menyusup kehati saya, kadang spontan tanpa sadar memohon..duh Gusti Alloh..saya hanya butuh ini tidak butuh yang lain, ketika keyakinan (keimanan) sedang turun dan lalai mengingat Alloh, hati saya akan terasa hampa dan galau, yang kadang juga tanpa sebab. Saya tahu caranya untuk mengobati rasa hampa dan galau tersebut, namun sering saya merasa berat untuk melakukannya, kadang timbul rasa malas dan lain sebagainya. Saya menyakininya semua yang terjadi pada diri saya adalah semata kehendak Alloh, bukan atas usaha diri saya sendiri. Dan pada kesempatan ini saya mohon koreksi dan bimbingannya. Trm ksh

  • arkana

    Salah satu kebahagian saya adalah membaca tulisan baru Sufimuda… 🙂
    Abangda,
    Definisi bahagia secara ilmiah adalah ketika otak manusia menghasilkan zat kimia (sejenis hormon) yg akan membuat tubuh kita merasa nyaman dan perasaan kita senang…
    Disamping berguna untuk metabolisme lainnya.
    Happy chemical ini ada 4, yakni dopamin, oxytocin, serotonin dan endorphin.
    Keempat hormon itu tidak secara terus menerus dikeluarkan oleh otak kita, tapi harus ada pemicunya.
    Misalkan, oxytocin akan keluar jika seseorang melakukan kontak fisik dg lawan jenis…(hormon ini disebut juga love hormone)…
    Dopamin dihasilkan apabila seseorang merasa puas dengan sesuatu yg diraihnya…
    Endorphin bereaksi ketika seseorang tertawa…dll
    Saya juga pernah membaca (sekilas…), bahwa Al Ghazali menulis buku berjudul Kimiawi Kebahagiaan (Kimiya-yi Sa’ādat), dari tinjauan tasawuf…meskipun Al Ghazali tidak secara jelas menyebutkan semua hormon tsb…
    Abangda, apakah kebahagiaan hakiki yang Abang jelaskan ada hubungan nya dg semua hormon itu?
    Secara naluri manusia pasti tergerak untuk mencari kebahagiaan atau kesenangan karena di bawah sadar, otak kita akan selalu memerintahkan tubuh memperolehnya, terlepas dari benar atau salah.

    • SufiMuda

      Bersama orang orang yang bahagia juga akan bahagia 😊

      Terimakasih atas uraian ilmiah dari Bang Arkana tentang Bahagia. Bisa jadi seperti itu sistem kerja tubuh manusia. Benar, dalam tubuh manusia ada yang namanya endorphin (morphin alami) yg juga keluar kalau badan kita terlebih dulu mengalami sakit atau ada tekanan fisik. Itu sebab nya setelah berolah raga atau setelah di pijat badan (refleksi dll) tubuh menjadi rileks dan bawaan senang aja.
      Ini juga penjelasan ilmiah kenapa saat tutup suluk kita sangat bahagia karena selama 10 hari fisik kita “tersakiti”.

      Bisa jadi ketika membaca artikel yang di senangi spt yg Bang Arkana bilang, hormon endorpin juga keluar sehingga bikin hepi 😊

    • SufiMuda

      Bersama orang orang yang bahagia juga akan bahagia 😊

      Terimakasih atas uraian ilmiah dari Bang Arkana tentang Bahagia. Bisa jadi seperti itu sistem kerja tubuh manusia. Benar, dalam tubuh manusia ada yang namanya endorphin (morphin alami) yg juga keluar kalau badan kita terlebih dulu mengalami sakit atau ada tekanan fisik. Itu sebab nya setelah berolah raga atau setelah di pijat badan (refleksi dll) tubuh menjadi rileks dan bawaan senang aja.
      Ini juga penjelasan ilmiah kenapa saat tutup suluk kita sangat bahagia karena selama 10 hari fisik kita “tersakiti”.

      Bisa jadi ketika membaca artikel yang di senangi spt yg Bang Arkana bilang, hormon endorpin juga keluar sehingga bikin hepi 😊

      Mudah2an di lain waktu bisa saya uraiankan bahagia secara ilmiah, kemudian dihubungkan dgn proses seseorang bersamaNya.

  • syamsul bahri

    Saya ingin BAHAGIA KETIKA PENDERITAAN MENJADI NIKMAT. SEPERTI YANG DIALAMI PARA RASUL, DAN PEWARIS-PEWARIS LAINNYA. SAYA AKAN SANGAT BAHAGIA SEANDAINYA SAYA BISA MEMAKNAI HAKIKAT ESA YANG SESUNGGUHNYA. SAYA AKAN SANGAT BAHAGIA JIKALAU SAYA BISA MEMENDAM KESOMBONGAN SAYA SEBAGAI MAKHLUK. SAYA AKAN SANGAT BAHAGIA JIKALAU SAYA BISA MENYATU DENGAN- NYA. SULIT TERAMAT SULIT. SAMPAI DETIK INI KESOMBONGAN ITU MASIH SANGAT MELEKAT. NAFSUKU TERKADANG MENGALAHKAN SEGALANYA. YA TUHAN ENGKAU SESUNGGUHNYA MAHA BIJAKSANA.

Tinggalkan Balasan ke SufiMudaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca