Tasauf

Bukan Sekedar Nama (2)

kaligrafi-allah-3Pertanyaan dalam salah seorang pembaca membuat saya melanjutkan tulisan ini agar kita semua bisa lebih bisa memahami hakikat dari Nama Allah. “Kenapa dalam dzikir harus ada pembimbing (Guru Mursyid), sedangkan di blog sebelah diajarkan dzikir syariat, tarikat, hakikat bahkan dzikir makrifat”, demikian salah satu bentuk pertanyaannya. Di sini sudah banyak saya tulis tentang pentingnya seorang pembimbing dalam dzikir agar tidak tersesat di perjalanan.

Dzikir bukan sekedar ucapan, tapi itu merupakan bentuk dari metodologi (Thariqat) teknik berhubungan dengan Allah. Ucapan dzikir baik bagi pemula maupun orang yang sudah lama menekuni bukanlah sekedar mengulang-ulang kalimah Allah, baik Ismu Dzat mau pun dzikir lain, tetapi merupakan proses berjalannya seorang hamba menju kehadirat-Nya. Kenapa dzikir yang diulang hanya kalimah itu saja, karena ibarat kita melangkah kaki, yang ada hanya kaki kiri dan kaki kanan, sejauh apapun perjalanan hanya kedua kaki itu bergerak, kalau kita lihat seperti melakukan hal yang sama terus menerus, akan tetapi yang berbeda adalah pengalaman yang kita dapatkan setiap waktu akan berbeda, semakin kaki melangkah akan semakin beda pemandangan yang kita lihat, begitu juga dengan dzikir.

Guru Sufi mengatakan bahwa letak power al Qur’an bukan pada banyak ayat yang di baca akan tetapi pada teknik cara membaca, apakah ayat yang di baca tersebut kontak langsung dengan Allah atau hanya sekedar membaca saja. Satu ayat dibaca dengan menggunakan metodologi yang tepat akan menghasilkan power Maha Dahsyat. Jangankan satu ayat, satu kalimat atau satu kata saja kalau berhubungan dengan Allah akan memberikan manfaat yang luar biasa. Kita ambil contoh membaca “A’uzu billahi minashaitanir rajim”, pernahkah kita riset atau uji coba bacaan tersebut, apakah benar mampu mengusir setan baik dalam diri maupun luar diri, atau hanya sekedar yakin saja bahwa setan akan lari dengan bacaan itu.

Ibarat listrik, tidak harus menggunakan kabel yang besar untuk bisa menyalurkan energi listrik, cukup dengan kabel kecil saja maka energi listrik akan mengalir dalam kabel dan memberikan efek kepada siapa pun yang menyentuhnya dengan syarat kabel tersebut tersambung kepada sumber energi, generator, turbin pembangkit listrik, dan sumber listrik yang lain.

Sumber listrik kita umpamakan sebagai sumber energi Allah yang tentu berasal dari Allah sendiri, untuk bisa mengambil energi maha dahsyat uti tentu harus menggunakan teknologi atau metodologi yang tepat. Kalau listrik akan bisa tersalur jika ada media pengantar, kabel tembaga misalnya, dengan cara itu maka listrik akan sampai kerumah kita walaupun melewati jarak ribuan kilometer. Listrik yang memiliki tekanan sangat tinggi dari sumbernya diperlukan transformator agar listrik bisa langsung dipakai untuk keperluan sehari-hari.

Begitu juga energi Maha Dahsyat dari Kalimah Allah, untuk menyalurkan harus menggunakan teknologi yang tepat yang oleh Prof Dr. S.S. Kadirun Yahya M.Sc menyebutnya sebagai teknologi al-Qur’an. Teknologi Al-Qur’an ini yang dipergunakan oleh para Nabi dan para Wali untuk menyalurkan energi Maha Dahsyat untuk digunakan untuk dakwah. Nabi Isa menghidupkan orang mati dan menyembuhkan penyakit-penyakit yang berat di zamannya, Nabi Musa membelah laut, Nabi Muhammad membelah bulan adalah bentuk dari penyaluran energi Maha Dahsyat Kalimah Allah dengan menggunakan teknologi al-Qur’an yang secara awam di sebut dengan mukjizat. Kehebatan yang diperlihatkan oleh wali Allah secara awam disebut dengan Karamah atau keramat.

Mukjizat atau karomah sebenarnya adalah perbedaan dimensi yang dialami yang melakukan dengan yang menyaksikan. Kita menyebutnya sebagai kekeramatan karena berada di bawah dimensi orang yang mengalami peristiwa itu sendiri, andai kita berada di dimensi yang sama maka hal tersebut akan menjadi peristiwa biasa saja. Menghidupkan orang mati bagi murid-murid Nabi Isa merupakan sebuah mukjizat yang mengagumkan tetapi bagi nabi Isa sendiri itu merupakan hal yang biasa saja, karena beliau berada pada dimensi itu.

Sebagai contoh lain, bukan maksud menyinggung suku tertentu, ini hanya sebuah permisalan saja agar kita semua lebih memahami. Di pedalaman papua, disuku sangat terasing, disitu setiap awal bulan lewat pesawat terbang, yang terbang dari Jakarta menuju Jayapura, kebetulan melewati hutan belantara papua. Oleh masyarakat disana, benda besar terbang tersebut hal sangat ajaib bahkan dianggap dewa. Setiap benda tersebut lewat maka diadakan sebuah upacaya untuk menghormati dewa terbang yang bunyinya sangat menakutkan. Kenapa bisa seperti itu, karena dimensi pengetahuan mereka masih di bawah dimensi pengetahuan orang yang memahami teknologi. Andai salah satu dari penduduk pedalaman papua tersebut dibawa ke Jakarta, pasti mereka sangat terkejut menyaksikan ratusan “dewa” yang parkir di bandara, bahkan manusia dengan santai memasuki “dewa” tersebut. Ketika dimensi pengetahuan mereka berubah maka secara otomatis kesadaran pun berubah, sudah pasti mereka tidak lagi menghormati benda terbang yang setiap awal bulan melintasi desa mereka dan peristiwa itu akan dianggap menjadi peristiwa biasa saja.

Bersambung…

4 Comments

  • Ruslianto

    “Guru Sufi mengatakan bahwa letak power al Qur’an bukan pada banyak ayat yang di baca akan tetapi pada teknik cara membaca, apakah ayat yang di baca tersebut kontak langsung dengan Allah atau hanya sekedar membaca saja. Satu ayat dibaca dengan menggunakan metodologi yang tepat akan menghasilkan power Maha Dahsyat” (By Sufi Muda).
    Tentang kebenaran tulisan diatas (itu), benar-benar pengalaman bersama Guru saya yang tak terlupakan, doeloe itu saya beberapa tahun setelah masuk TN di Kota Medan saya sedang getol-getolnya membaca Al Qur’an,.. pada suatu kesempatan hari jum’at seperti biasa, selesai sholat berja’maah Ayahanda Guru berfatwa, dan diantara selingan fatwanya Beliau melihat saya dan berkata; Al Qur’an itu,… Ayah telah qatam,…habis semua tuntas 30 juz telah Ayah selesaikan,… .” Setelah hari itu, Kalimat dan kata-kata Ayahanda Guru selalu terngiang ditelinga saya, dan saya heran juga,….haripun berganti bulan dan bulanpun berganti tahun dan seterusnya,…. Namun kata – kata Ayahanda belum juga saya fahami ,…. makin mendenging kuat kata Ayahanda Guru menghujam dalam hati saya,….
    Setelah sekian lama,… Pada suatu hari saya diberi kesempatan membaca “Sebuah Buku (Lama) Karangan Ayahanda Guru”,…. Bahwa Ayat-ayat Qur’an bisa “dihandling” menjadi suatu power yang luar biasa dengan metode tharekat”.(Shubahanallah).
    Barulah saya sadari , setelah bertahun-tahun apa yang dimaksud Ayahanda Guru (itu),…. Sungguh ku terharu, berlinang air mataku,… Memang Guruku Seorang Wali Akbar.
    Terimakasih Bg.Sufi Muda, mengingatkan saya atas kenangan manis bersama Guru.
    Wass.Maafkan saya Bg.Sufi Muda,

  • Kepo

    Akhi Sufimuda, sharing pengalaman SAKARATUL MAUT donk.. Mati sebelum mati, menaklukkan maut klo tidak nanti maut menaklukkan kita. Tolong jelasin ciri-ciri SAKARATUL MAUT.. Apakah benar berwarna putih bening ? Lalu bertemu wajah-wajah asing hingga bertemu wajah elok putih bersih tiada bandingan di dunia ini, terus gimana suasana ketika ada Malaikat Munkar Nakir.. Kalaulah berkenan, berbagi di post terbaru 😆

Tinggalkan Balasan

%d