Tasauf

Islam Berlapis… (2)

Kalau hanya mengandalkan asfek zahir Agama, maka kita hanya bisa mengajarkan agama kepada akal fikiran manusia dan manusia yang melaksanakan asfek zahir (syariat) agama maka manusia tersebut menjadi Islam secara zahir, baik akhlaknya dan sesuai perbuatannya dengan perbuatan Nabi. Namun untuk meng-Islam-kan rohani manusia, tentu tidak cukup dengan pengajaran zahir, diperlukan metode yang berbeda, zahir mengajarkan zahir sedangkan rohani harus diajarkan oleh rohani pula.

Muhammad bin Abdullah sebagai Nabi secara zahir mengajarkan agama lewat lisan beliau, sedangkan rohani ummat Zaman itu diajarkan oleh rohani Rasulullah atau dikenal dengan Arwahul Muqadasah Rasulullah atau dikenal dengan Nur Muhammad yang terbit dari Nur Allah Para Ta’ala. Maka seperti yang dijelaskan dalam surat An-Nur, cahaya di atas cahaya  diberikan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Para Nabi dan Wali berada dalam cahaya-Nya dan mereka yang mulia rohaninya tidak lain adalah cahaya di atas cahaya yang bisa menerangi hati segenap manusia.

Matahari tidak akan mampu kita lihat tanpa cahaya matahari dan sudah pasti cahaya matahari itu terbit dari mata hari itu sendiri. Dengan cahaya matahari yang sudah ada jutaan tahun, merambat dalam jarak yang jauh kemudian bisa dilihat dengan mata manusia yang berada dibumi. Maka Allah Ta’ala tidak akan bisa dilihat oleh siapapun, tidak bisa dipandang oleh siapapun di muka bumi ini bahkan di akhirat kelak tanpa ada cahaya-Nya. Dengan tujuan itu Allah menurunkan cahaya-Nya, para Nabi dan Rasul, Para Auliya-Nya, agar manusia bisa terbimbing menyaksikan keagungan wajah-Nya.

Untuk melihat matahari yang zahir saja harus memenuhi syarat yang diperlukan, salah satu syarat utama disamping cahaya adalah ada indera penglihatan sehingga dengan indera penglihatan yaitu mata, manusia bisa memandang matahari. Apa yang terjadi bagi orang buta, sejak lahir tidak diberi karunia penglihatan oleh Allah? Maka dia cukup meyakini bahwa matahari memang ada lewat cerita dan lewat rasa, hangatnya sinar matahari yang menyentuh kulitnya. Orang buta menyakini bahwa matahari tidak bisa terlihat. Andai sebuah bangsa seluruhnya terlahir buta, maka seluruh bangsa itu mempunyai keyakinan bahwa matahari itu ada tapi tidak bisa dilihat dan ketika ada orang normal matanya, bisa melihat matahari menceritakan kepada mereka tentang matahari bisa dilihat, sudah pasti orang normal tadi tuduh sesat menyesatkan dan mengada-ada. Mereka menuduh orang normal tadi sudah menyimpang dari ajaran suci mereka tentang matahari yang tidak bisa terlihat.

Begitu juga dengan manusia, belajar agama dari orang yang masih buta mata hatinya sehinga belum tersikap hijab yang membatasi dan menghalangi antara dia dengan Allah maka pelajaran yang diterima adalah pelajaran tentang buta pula. Pelajaran itu diajarkan kembali kepada orang lain dan semakin banyak pula orang buta di dunia ini dengan keyakinan bahwa Allah Ta’ala tidak bisa dilihat. Dalil apapun akan ditolak karena sudah terlanjur jatuh cinta dengan pemahaman dari orang-orang buta.

Maka benar seperti yang disebutkan oleh Nabi bahwa semakin banyak ilmu yang dipelajari manusia tanpa makrifat kepada Allah maka tidak ada yang bertambah dari ilmunya terebut kecuali bertambah jauh dari Allah. Kenap bertambah jauh, karena dia lalai dan sibuk dengan dalil sehingga lupa mencari hakikat Allah, lupa akan tujuan sejati agama yaitu beserta dengan Allah dari dunia sampai akhirat kelak.

Tidak perlu harus menghapal seluruh isi al-Qur’an, tidak perlua mengkoleksi ribuan hadist, cukup dengan satu ayat apabila disertai oleh Allah maka itu akan menyelamatkan diri kita jasmani dan rohani dari dunia sampai ke akhirat. Perkerjaan yang paling sulit adalah menyebut nama Allah disertai oleh Allah. Karena perkerjaan yang paling sulit, maka ilmu menyebut nama Allah ini bukan pekerjaan semalam, bukan hapalan dalam semenit, tapi memerlukan waktu bertahun-tahun, Nabi mengajarkan ini kepada ummat zaman itu memerlukan waktu 13 tahun sampai para sahabat Beliau menjadi matang, tertanam dalam Qalbu mereka cahaya Allah yang dengan cahaya Allah itu pula mereka bisa menerangi dirinya, keluarga, lingkungan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Kita pun sebagai ummat Beliau, harus mengikuti apa yang Beliau ajarkan, secara zahir dan bathin sehingga hasil yang diperoleh akan sama dengan apa yang diperoleh oleh ummat zaman itu. Kenapa asfek bathin atau rohaniah dari agama ini jarang di kupas? Karena memang Guru nya langka, tidak semua Ulama mempunyai kepasitas bisa mengajarkan manusia sampai kepada rohaninya kecuali ulama tersebut mempunyai kedudukan sebagai Wali Allah atau mendapat ijazah langsung dari Rasulullah lewat Guru-guru sebelumnya sambung menyambung sebagai ulama pewaris Nabi yang mewariskan ajaran Nabi secara zahir dan bathin.

Karena langka maka kita harus bersungguh-sungguh mencari seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Maidah-35 dan surat An-Nur 35. Imam al-Ghazali sang Hujjatul Islam dengan kerendahan hati mengakui akan sulitnya mencari Pembimbing Sejati, seperti dalam ungkapan Beliau, “Mencari Guru Mursyid itu akan lebih mudah mencari sebatang jarum yang disembunyikan dalam pandang pasir yang gelap gulita.

Bersyukur kehadirat Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim bagi orang yang telah menemukan pembimbing zahir dan bathin, sebagai rasa syukur maka kita harus mengamalkan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Orang yang telah menemukan Guru Sejati hendaknya bersungguh-sungguh dalam mujahadah sehingga akan memperoleh hasil yang amat langkah yaitu disertai Allah dari dunia sampai akhirat.

Tulisan Islam berlapis ini mudah-mudahan menyadarkan kita semua, bahwa merupakan kewajiban bagi seluruh manusia untuk mempelajari agama secara zahir dan bathin sehingga kita tidak seperti bangkai yang berjalan, hidup tapi mati. Begitulah Rasulullah SAW bersabda, bahwa orang yang mengingat Allah (dengan metode) dengan orang yang tidak mengingat Allah ibarat orang hidup dengan orang mati. Jasad kita hidup dan bergerak seperti layaknya makhluk hidup, sedangkan mata hati kita mati sehingga tidak bisa menyaksikan kebesaran-Nya dan kita dimasukkan oleh Allah kedalam orang-orang yang mati. Na’uzubillah!

Semoga Tulisan ini bermanfaat hendaknya, Amin ya Rabbal ‘Alamin!

33 Comments

  • suryanto

    Alhamdulillah, baru sekarang saya ngeh dengan maksud kalimat cahaya diatas cahaya, terimakasih Sufi Muda atas penjelasannya, sangat membantu sekali, sebenarnya sudah lama saya ingin belajar islam secara rohani, tapi kemana sebaiknya saya belajar, saya tinggal di Bekasi, mohon info melalui japri kalau berkenan, tks.

  • Haydar

    Subhanalloh…tkss abang atas tulisannya, pengetahuan yg luarbias..bang, tolong do’a kan saya agar segera bertemu dengan guru mursyid..dan bisa menjadi muridnya…aamin

  • Hasri Hs

    Terima kasih bg sufi muda, banyak pemahaman masukan yg ku dapat dari karya abg ini, bg sufi muda sekali lagi terimakasih yg Hanya Allah swt yg tahu dan rasa hormatku buat abg.

  • imet abduh

    apakah SM sudah pernah diperlihatkan MATAHARI itu…??? “Matahari tidak akan mampu kita lihat tanpa cahaya matahari dan sudah pasti cahaya matahari itu terbit dari mata hari itu sendiri.” tolong penjelasan dan pencerahannya…

    • SufiMuda

      Insya Allah, saya hanya mengungkapkan sesuatu yang saya alami dan saya hanya menulis sesuatu yang sudah saya pahami.
      Tulisan-tulisan saya adalah petunjuk ke arah sana tapi tidak bisa mengantarkan kesana karena tulisan tetap tulisan, diperlukan bimbingan agar bisa sampai kesana, bimbingan seorang Guru Mursyid yang Kamil Mukamil dan khalis Mukhlisin, hanya dengan dibimbing bisa sampai KESANA.
      Tentang pertanyaan anda yang berhubungan dengan pengalaman spiritual, menarik jawaban yang diberikan oleh Imam al-Ghazali ketika ditanyakan tentang hal yang sama, Beliau menjawab, “Tidak semua pertanyaan mu harus ku jawab, biarlah suatu saat engkau akan tahu dengan sendirinya”.
      Demikian, saudara Imet, mudah2an penjelasan saya berkenan…

  • Ruslianto

    (SEJATINYA) AL QUR’AN TIDAK BERHURUF DAN TIDAK BERSUARA

    Rasulullah s.a.w dikala menerima wahyu, selain dari bergetar, seolah-olah menggigil kedinginan, kadangkala kepanasan, hingga mandi keringat, letih,lesu, namun kemudian kembali segar,kuat dan kokoh~Didalam suatu riwayat, isteri Rasulullah, Aisyah rha berkata; Sesungguhnya aku lihat Nabi, kepadanya turun Wahyu di hari yang sangat dingin, lalu, berhenti, kelihatan dahinya betul-betul memancarkan peluh (HR Bukhari)
    Begitulah hebatnya Wahyu yang turun, begitulah Dasyatnya dan Agungnya serta Sakralnya proses pemasukkan Nurun al Nurin, yang membawa nama Allah yang Maha Agung disalurkan dan ditanamkan, masuk dan duduk terpatri dalam diri Rohani anak Abdullah yang bernama Muhammad itu !

    Manusia “awam”(maaf) jelas tidak akan “ngerti/paham” menerima Al Qur’an dengan hanya mempelajari buku-buku, kitab-kitab atau bahasa arab saja, atau hukum-hukum fikih atau syara’ yang hanya dapat mengatur cara hidup dan cara beribadah, secara zahir semata-mata, Oleh karena itu Al Qur’an di jadikan Allah sebagai ‘Nur’ ,..maka hanya dengan Nur Illahi sahajalah kita dapat sampai kepada Al Qur’an (Yang Hakiki).
    Ibarat dengan matahari, yang “sampai” kepada matahari itu tidak lain adalah cahayanya sendiri.

    Qur’an yang dibaca oleh orang awam dengan mata kepala merupa kan kulit-nya saja, yang intinya jauh tersembunyi dan tersirat disebalik apa yang tersurat, Inti Al Qur’an (yang) inilah tidak dapat dicuri atau di sentuh oleh , orang-orang kafir,orang-orang musyrik dan yang “belum” disucikan sesuai dengan Firman Allah SWT;

    QS.Suraah Al Waqiah ayat 77-81 :
    Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, dalam kitab yang terpelihara tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang di sucikan. Diturunkan dari Tuhan Semesta Alam. Maka apakah kamu menganggap remeh sahaja Al Qur’an ini ?
    QS.Suraah Asy Syura ayat 52 :
    …. Tetapi Kami jadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami.

    Al Qur’an seperti itu tak dapat “disamar”/dikelirukan oleh Al Qur’an berupa kitab yang dicetak diatas kertas/dibukukan dan dapat dibaca oleh siapa saja; nasrani,khatolik,budha atau hindu~ bahkan orang yahudi pun dapat menafsirkan qur’an seperti itu. Jadi Qur’an seperti itu dapat (pula) dibaca dan disentuh oleh muslim maupun non muslim.

    Maka “kata disucikan” kepada manusia tsb diatas, merupakan “kata kunci” menemukan Al Qur’an yg tersembunyi yang tidak berhuruf dan bersuara itu.
    #DISUCIKAN ? ? APAKAH ANDA-ANDA PERNAH DISUCIKAN ?
    EH ~ BUKAN JASMANI ANDA, TETAPI ROHANI ANDA TAHUKAN ANDA BAHWA ROHANI ITULAH YANG NANTI MENYEBERANG DI ALAM AKHIRAT NANTI.~ Rasulullah s.a.w dikala kecil saja dadanya dibelah (disucikan) oleh Malaikat Jibril.

    SEGERA carilah Guru Mursyid Yang dapat mensucikan diri rohani anda.
    Allah SWT (Dalam Hadist Qudsi) berfirman : Tak dapat memuat zat-Ku, bumi dan langit-Ku, yang dapat ialah hati Mukmin Ku Yang lunak dan tenang.
    Allah SWT telah juga berfirman dalam suraah An Nur ayat-35 :
    Cahaya diatas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki.
    Nur itu diberinya pada manusia yang dikehendaki. Dari ayat Suraah Asy-Syuura ayat 52 :
    “Dan Kami jadikan dia (Al Qur’an) Nur, Kami tunjuki dengan dia sesiapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami”.

    Sejatinya Al Qur’an itu (sebenarnya) diberikan pada manusia yang dikehendaki. Yaitu Al Qur’an yang tidak berhuruf dan bersuara itu. Al Qur’an ini tidaklah boleh dikelirukan oleh kitab yang dicetak di atas kertas dan dibukukan yang boleh dibaca oleh siapa saja dan dimana saja. Maka tidak aneh jika ada orang-orang kafir Yahudi yang dapat membaca serta menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an yang dicetak tersebut.

    Jadi,.. Qur’an cetakan manusia itu dapat (saja) dibaca dan disentuh oleh siapapun juga, yang mau membaca dan menyentuhnya.

    Namun Al Qur’an yang “dituang” dalam dada Rasulullah, adalah hanya untuk ummat tertentu dan terpilih (Lihat Firman diatas), sepertimana Nabi Muhammad SAW terpilih.
    Al Qur’an yang diwahyukan kedalam dada Rasulullah ini mempunyai tenaga kekuatan yang maha dasyat, Inilah yang dimaksud oleh Allah SWT, dengan firmanNYA di dalam Suraah Al
    Hasyir ayat 21 :
    “Andaikata Al Qur’an ini Kami turunkan di atas sebuah Gunung, akan kamu lihat gunung itu tunduk dan pecah berantakan demi takutnya kepada Allah. Perumpamaan itu Kami adakan agar manusia berfikir”.

    Suraah Ar Ra’du ayat 31 :
    Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi dapat terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Qur’an itulah dia).

    Al Qur’an yang seperti inilah yang kesemuanya dicurahkan oleh Rasulullah sebelum Beliau wafat kedalam dada Sayidina Abu Bakar r.a, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah :
    “Apa-apa yang Allah curahkan kedalam dadaku telah aku curahkan pula kedalam dada Abu Bakar”.
    Wahai Sobatku,…Maaf~Saya hanya meng-anjurkan,carilah Guru Mursyid bagimu yang Kamil mukamil dan dari-Nya mendapat gransi, dapat mensucikan (ruh) kamu, itulah pangkalnya dari segala-galanya.

    Wass.Insya Allah Bg SM~saya tetap nyambung, walaupun dihujat.

  • imet abduh

    Ustad SM…maaf klo pertanyaan sy agak mendetail..dan berulang-ulang.. krn pembahasan masalah terserap ke hakekat matahri dan lebur didalamnya menurut sy adalah kehendak ALLAH bukan kemauan makhluk .. jadi klo menurut ustad SM harus melalui bimbingan guru mursid..apakah ada guru/mursid yg bisa membimbing kesana..dimana sy bisa bertemu dgn mursid tersebut…??? jazakumullah khairan katsiro…

    • SufiMuda

      Tentang Guru Mursyid, silahkan di tanyakan via email saya sufimuda@gmail.com.
      Infokan juga kota atau daerah anda tinggal, siapa tahu anda tinggal satu kota dgn Guru Mursyid yang bisa membimbing anda kpd Allah.
      Namun demikian, Walaupun antara murid dgn Guru terpisah jarak yg jauh, namun Guru tetap bisa membimbing murid2nya 24 jam secara rohani, itulaj bedanya Guru pembimbing rohani dgn Guru biasa.
      Demikian

  • uttama adhikari

    maaf bang sufimuda, mengapa yg selalu anda rekomendasikan selalu mencari guru mursyid, mengapa tdk merekomendasikan tuk memasuki toreqot, pertanyaan saya adakah toreqot yg mursyidnya bukan seorang wali? dan adakah wali/auliya yg tdk menjdi mursyid toreqot?

    • SufiMuda

      Bang Uttama…
      Tarekat atau Tareqatullah adalah jalan menuju Allah dan untuk bisa menempuh jalan tersebut wajib ada Pembimbing yang dikenal sbg Guru Mursyid.
      Inti nya bukan pada tarekat akan tetapi pada Guru Mursyid.
      Tanpa Guru Mursyid yang berkualitas, amalan2 dalam tarekat akan menjadi amalan kosong dan lebih berbahaya lagi akan disusupi oleh setan dalam amalan dzikir nya.
      Jadi, saya rekomendasikan mencari Guru Mursyid spt yg diperintahkan Allah dlm Alqur’an, surat Al Maidah 35.

      Seorang Disebut Mursyid kedudukan rohaninya harus Wali Allah, tanpa mencapai maqam itu dia tdk mungkin bisa membimbing murid2nya.
      Bisa jadi ada orang yg di permursyidkan orang atau mengangkat diri menjadi Mursyid padahal maqam dia belum mencapai tahap itu.
      Seorang Mursyid harus berada pada maqam Baqa Billah, berkekalan Nur Allah dalam dirinya.

      Seorang Wali Allah belum tentu berfungsi sebagai Mursyid, ada Wali Allah yang ilmu nya tidak diajarkan kepada orang lain atau tidak menerima murid, hanya utk sendiri, hal ini dijelaskan dlm hadist Nabi tentang tingkatan seseorang dlm memberikan syafaat.

      Demikian

  • Ruslianto

    Al Qur’an :
    Wa yauma nab’asu fi kulli ummatin syahidan ‘alaihim min anfusihim wa ji’naa bika syahidan ‘alaa haa’ulaa(i),
    (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat “seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri” dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas “seluruh umat manusia (di dunia)”.
    Suurah An Nahl ayat 89.

    Allahu-a’lam bissawabb :
    Diakherat nanti,..Rasulullah s.a.w akan menjadi saksi seluruh ummat di dunia ini (ummat Muslim,nasrani,khatolik,majusi,sabi’in,hindu,budha dlsb) ~ dari zaman Nabi Adam a.s sampai akhir zaman~ Bersyukur dan bersyukurlah seorang Muslim sebagai umat Muhammad s.a.w yang telah “bertemu” Sang Mursyid Yang Kamil Mukamil sekaligus menjadi “Saksi” bagi amal sholeh-nya baik di dunia maupun di-akherat (nanti).
    yaitu; “seorang saksi atas mereka dari (kalangan) mereka sendiri” LIHAT AYAT DIATAS.

    Ammiin ya Rabb.
    Wass.

    • Ruslianto

      Ass.
      Memperhatikan arti ayat An Nahl ayat 89 (diatas) Saya-pun teringat dan bertambah yakin akan satu peristiwa pada tahun 1974 pada saat pidato /arahan (tertulis) dari KH.Rifai Rakub St Hidayat yg dibacakannya sendiri pada peringatan Hari Guru ke-57,.. (Dalam catatan/sejarah) bahwa Nenek Guru, Sayidi Syeikh Muhammad Hasyim Al Kholidi QS, (Silsilah ke-34 ~TN) berkesimpulan pada saat pertama kali bertemu dengan Ayahanda Guru ~ diantaranya murid-murid seniorNya kala itu, berkata : Guru kalian ini adalah sebagai Raja Dunia dan Akhirat yang patut jadi ikutan tabib segala macam penyakit, baik zahir maupun bathin, (dan ditegas kannya) ; bahwa ,.. “ Kalau sudah ikut dengan Guru kalian ini, tidak usah lagi dicari Imam Mahdi, cukuplah berpegang pada Beliau saja”.

      Inilah adalah firasat seorang Wali Allah SS Muhammad Hasyim Al Kholidi QS ~ (Silsilah ke-34 TN) ~ menjadi renungan dan pelajaran (bagi) kita bersama~ Cerita tentang Imam Mahdi, yg tentu berkaitan dengan huru hara diakhir zaman (nanti), sangat erat hubungan dengan Qur’an Suraah An Nahl ayat 89 (diatas), dan itulah sebabnya mengapa (pula) Guru Mursyid Yang Kamil Mukamil itu cukup (disarankan) seorang saja (menurut keyakinan muridnya); walaupun Guru tauhid mu lebih dari satu.

      Jika Sodaraku berkenan; Mari kita ambil pelajaran dari fatwa-fatwa Wali Allah itu. ~ Allahu’alambisowwab
      Wass.

    • imet abduh

      assalmualikm..sdr rusdianto..sy sangat menghargai penafsiran anda tentang surat an-nahl ayat 89 tpi sebaiknya klo menafsirkan ayat2 ALLAH harus dgn ilmu..

      (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat “seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri” dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas “seluruh umat manusia (di dunia)”. Bersyukur dan bersyukurlah seorang Muslim sebagai umat Muhammad s.a.w yang telah “bertemu” Sang Mursyid Yang Kamil Mukamil sekaligus menjadi “Saksi” bagi amal sholeh-nya baik di dunia maupun di-akherat (nanti).
      yaitu; “seorang saksi atas mereka dari (kalangan) mereka sendiri” LIHAT AYAT DIATAS…

      mohon maaf klo sy bilang penafsiran anda ttg ayat ini SALAH…krn yg dimaksud dari ayat ini adalah para nabi dan rasul yg diutus pada tiap2 umat… bukan mursid seperti penafsiran anda…

  • iwan

    ass..
    carilah guru mursyid…tpi seblum mncari tnya dlu hatimu..ap kita mncari guru mursyid hnya untuk sekedar tau aturan thorikot…sepengalaman saya..saya dari mulai branjak dewasa saya sellu mrenungkn tentang diri…alam…dan hal2 yg sulit diartikn…dari pncarian dalm diri saya saya akhirnya bertemu dgn seorang guru…dan pertemuan itu bukn krna saya sengaja mncari..tpi tnpa sengaja dcari akhrnya bertemu..tnpa bertanya diapun lgsung memberi tau hal2 yg berkenaan dngn hakikat..jdi mnurut saya keinginan untuk mncari guru hruslah dari hati yg paling dalam..ALLAH maha mngetahui hati hambanya..bertanyalh dulu pda dri anda. ..hayati dlu alam ni kmudian tnyakn knpa bgini dan bgtu…jika pertanyaan itu kluar dari hti yg paling dalm pasti ALLAH akn membimbingmu untuk bertemu dgn guru yg akn memberiknmu jwaban…maaf sedikit bercerita….

  • Ruslianto

    Ass.
    Mohon ampun saya kepada Allah SWT,..maafpun beriring salam kpd Mas imet Abduh,.. karena tafsiran saya ttg ayat An Nahl 89 tsb kelihatan sperti nyeleneh, Dan karena saya bukan ibnu Katsir tentunya, kecendrungan saya membahasnya berdasar hal empiris dengan mempadukan analisis logika, dan jika perhatikan kutipan ayat diatas ada dua tahapan pembahasannya (sebetulnya ada 3 tahapan jika dilihat secara keseluruhan):

    Pertama : “Seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri” apakah diartikan Nabi Muhammad atau Nabi-Nabi lainnya ? sedangkan pembahasan kedua : “Kami datangkan Kamu Muhammad menjadi saksi atas seluruh umat manusia (di dunia)”.
    Jika Pertama dikatakan Nabi-Nabi dan Rasul, mengapa pembahasan kedua dikatakan seluruh manusia persaksiannya di-adopsi oleh Nabi Muhammad ? (sperti ada pengulangan kata dan makna)

    # “Kata seluruh manusia” itukan berarti manusia-manusia dari zaman Nabi Adam a.s sampai dengan manusia akhir zaman ? Kita sharing aja – kan yaa Mas imet ?

    # Lalu bagaimana ? Jika mempersaksikan seluruh manusia ? sedangkan Rasulullah s.a.w Lahir 7 M di Thn Gajah dan telah berlindung sedangkan dunia belum kiamat, bagaimana umat setelah meninggal Nabi, siapa yang mempersaksikan ? ini mempunyai kajian khusus, (pula) ~ Tapi yg jelas memang Nabi Muhammad menjadi saksi bagi seluruh manusia di dunia,sesuai atas dasar firman diatas.

    # Apa yang dipersaksikan ? dalam kontek (ini), adalah amal/perbuatan yg bergransi atas sorga yg dijanjikan Allah,..Lihat Qur’an Suraah Al Bayyinah ayat 7 dan 8 : Innal lazina amanu wa ‘amilus sholihati ula’ika hum khairul bariyah (ti)-Jaza’uhum ‘inda rabbihim jannatu ‘adnin tajri min tahtihal anharu khalidina fiha abada(n), radiyallahu ‘anhum wa radu ‘anh(u), zalika liman khasiya rabbah(u). Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk-Balasan mereka ialah sorga ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepada Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

    #Dan amal saleh itu pula yang akan dihisab kelak diakherat.

    #Amal meliputi perbuatan ; syahadat,sholat,puasa,zakat,haji, dzikir,qira’ah Qur’an,tahajud , dhuha dlsb dari (seluruh) perbuatan baik, Sebagai Pengamal tarekat tentu ber-rabhitah kepada Guru Mursyid Yang Kamil Mukamil setiap amal dan ibadahnya, dan tentu (pula) seluruh amalnya tersebut diketahui oleh Sang Mursyid.

    Pendapat saya, Seluruh Pengamal tarekat, wajib meyakini bahwa seluruh amal sholehnya diketahui oleh Mursyidnya~Karena setiap ia beramal ber-rabhitah kpd Sang Mursyid. (itu-lah kuncinya). Maka Mursyid itu menjadi saksi atas seluruh amalnya di dunia ini.
    Untuk amal-amal para murid yg pasti diketahui oleh Guru Mursyid , saya ada pengalaman menarik- swaktu pengalaman zahir dalam suluk, pada mihrab-mihrab dalam suluk kami waktu itu ada seorang yg mihrab dekat dgn saya, ia berkata; dalam mihrabnya bahwa dia tidak akan melakukan amal apapun, lalu ia berkata (dgn berbisik) , apakah Mursyid itu tahu ttg perihalnya itu, dan ,.. benar saja,.. pada saat giliran naik kaji , ia menangis karena tidak di naikkan kaji (tingkatan-tingkatan dalam tarekat), “Sebab ia tidak melakukan amal”, kata Pemimpin Zahiriah kala itu, padahal dalam mihrab masing – masing orang tidak dapat dimasuki oleh orang lain selain dirinya, sedangkan amalnya tsb didalam hati (pula).

    Dan banyak pengalaman-pengalaman saya ttg amal saya bersama Mursyid~yg membuat saya haqul yaqin, bahwa Mursyid saya itu menjadi saksi dari seluruh amal dzikir yg saya lakukan.

    Selanjutnya , Mas imet dan sekiranya ada orang slalu berdampingan dgn anda 24 jam non stop~ tentu menyaksikan seluruh amal dan ibadah yg anda perbuat, apakah dia bisa menjadi saksi nantinya ? Disamping merepotkan, (karena berdampingan terus selama 24 jam) dan tentu tidak bisa pula jadi saksi ~ Karena (menurut) Mas imet yg menjadi saksi dalam amal perbuatan itu, adalah Para Nabi-Nabi dan Para Rasul, padahal semua Nabi dan Rasul sudah tiada (Berpulang kerahmatullah ?). Lalu siapa yg menjadi saksi atas amal tsb bagi Mas imet ? dan tidak mungkin suraah An Nahl 89 salah dan rancu.

    Demikian-lah ,.. hanya sebagai sharing khusus buat Mas imet , dan saya pun engga ngeyel lho mas , kalau itu dianggap salah yaa moonggo, kalo dianggap tak ber-ilmu yaa hanya Allah Yang Maha Tahu-namun saya yakin dari apa-apa yg saya alami. Maka itu sebelumnya kalimat saya diatas (perhatikanlah) saya ucapkan; Allahu’alambisowwab.
    Saya teringat Guru Mursyid Yang Kamil Mukamil pernah berfatwa :

    Kaum Muslimin di seluruh dunia harus sadar bahwa di dalam Al Qur’an/di dalam Kalimah Allah tersimpan Rahmat yang tak habis-habisnya,Rezeki yang tak kering-keringnya, senjata-senjata Maha Dasyat yang tak terkalahkan, segala Rahmat antara Bumi dan Langit yang kalau dituliskan habis ranting kayu di Dunia yang dipakai sebagai penanya, habis delapan buah Lautan yang dipakai sebagai dawatnya, Kekayaan Kalimah Allah masih belum habis-habisnya. (QS.Lukman ayat 27).

    Wass. Permintaan maaf saya juga buat Bgda Sufi Muda.

    • SufiMuda

      Terimakasih atas uraian yg lengkap dan tepat.
      Saya sedikt menambahkan, Ibnu ‘Arabi menjelaskan tentang Muhammad. Muhammad secara fisik yg sudah wafat dan Muhammad rohani yg disebut Nur Muhammad yg abadi sepanjang zaman.
      Nur Muhammad yg bisa menjadi saksi dan Nur Muhammad akan ada dalam dada ulama pewaris Nabi.
      Jadi tafsiran Mursyid seperti Abangda Ruslianto uraiankan menurut saya sudah tepat.
      Saidina Ali pernah berkata bahwa al Qur’an memiliki 7 makna disetiap ayatnya. Wajar kalau tafsiran Al Qur’an juga berbeda beda menurut latar belakang ilmunya.
      Semoga Mas Imet Abduh dan Abangda Ruslianto selalu dalam rahmat dan karunia-Nya, amin
      Demikian

    • imet abduh

      Karena (menurut) Mas imet yg menjadi saksi dalam amal perbuatan itu, adalah Para Nabi-Nabi dan Para Rasul, padahal semua Nabi dan Rasul sudah tiada (Berpulang kerahmatullah ?). Lalu siapa yg menjadi saksi atas amal tsb bagi Mas imet ? dan tidak mungkin suraah An Nahl 89 salah dan rancu.

      untuk menafsirkan ayat2 al-qur’an harus dgn ilmu maksudnya.. pak ruslianto wajib mengetahui dan mempelajari asbabunuzul (sebab2 turunnya wahyu) atau sejarah turunnya al-qur’an.. baru seseorang mufasirin dapat menafsirkan secara benar isi pesan al-qur’an tersebut..

      dalam al-qur’an banyak bercerita tentang umat2 terdahulu dan nabi2 serta rasul2 sebagai utusan kepada umat pd zaman itu… diantaranya adalah nabi musa, nabi luth, nabi isa..dan lain2…para nabi/rasul inilah yg akan menjadi saksi atas umatnya..dan nabi muhammad sebagai penutup para nabi/rasul akan menjadi saksi terhadap seluruh umat akhir zaman sampai hari kiamat..itulah kelebihan atau mu’jizat yang dikaruniakan ALLAH kpd nabi Muhammad SAW… maaf ya pak klo uraian sy telah menyinggung perasaan bpk…semoga kasih sayang ALLAH selalu terlimpah kpd bpk ruslianto dan keluarga…amin

  • iwan

    assalamualaikum hemm……yg mnjdi saksi itu nyawamu…… dirimu yg batin….nur muhammad tdak berpisah dengan yg punya nur…nama tdak berpisah dengn yg punya nama….nyawa adam itu alif nyawa alif itu titik…nah titik itulah yg mnjdi saksimu……..martabat waliullah hidup kandung nyawa nyawa kandung hidup….titik itulah muhammad qorib…alif itulah muammad bait…bersambung……

  • imet abduh

    Assalamualaikum….ustad SM…adakah dalil dalam al-qur’an yg menjelaskan tentang nur muhammad yg seperti dijelaskan ustad SM yg mana nur muhammad itu diwariskan dari generasi ke generasi.. mohon penjelasan dan pencerahannya..???

    • SufiMuda

      Wa’alaikum salam
      Silahkan di baca tulisan2 yang pernah saya tulis tentang itu, lihat di daftar isi atau search di bagian sudut kanan atas.
      Sudah banyak tulisan2 yg saya buat membahas tentang itu.

  • iwan

    ass…
    nur muhammad adlah sumber dari segala kejadian…cahaya tidak berpisah dengn yg punya cahaya…untuk mncari kbnaran tentang ALLAH tidak bisa dicapai dengan hanya mrmbaca ilmu yg tertulis ato yg bsa ditulis…ilmu itu bnyak sedangkan umur terbatas..carilah pohonnya ilmu….ALLAH itu nyata tpi tidak dapat dinyatakan oleh kata2…krna tidak ad sesuatupun yg bsa menyamai DIA…..menungso menunggal ing roso…cpa yg bsa mnerangkan tentang gula itu manis tidak ad..rasa manisnya gula hnya bsa dirasakn klo kita memakan gula itu..nah bgitu juga ilmu makrifat..hnya bsa dirasakn bagi yg orang yg bermakrifat..klo jalan untuk mndapatn ilmu makrifat itu baru bsa cari lewat berguru..ilmi itu ilmu torikot yg mngantar kpda hakikat yg berbuah makrifAt…ilmu yg tertulis atau yg berhuruf ato yg bersuara itu hnya ilmu yg bsa mngantarkn sja…buahnya hnya bsa dirasakn(makrifat)…ibaratnya ilmu syariat tarikhat hakikat n makrifat didalam khidupan sehari hari begini..
    mencari mndapatkn memakan n merasakan…mudah2n dimengerti..ibaranya lebih jelas gini..ibaratnya kita mncari buah(syariat)setelah itu kita dapAtkn(tarikhat) trus kita makan(hakikat) kmudian kita merasakn buah itu( makrifat)
    jadi keseluruhan yg ad di alam ini suatu perumpamaan2 ilmu tersebut…mudah2hn dihayati n dpahami…maaf jika tak brkenan…krna mnusia tak lepas dari yg nmanya salah..wassalam

      • arkana

        definisi bisa di-google aja, kalo analogi nya, diibaratkan Rokok.

        syariat itu bisa dilihat di bungkus rokok nya. ada merk djarum, gudang garam, sampurna..dll, lalu ada tulisan rokok kretek atau filter, ada rasa netral atau menthol, ada yg isi 10 ada yg 12. ada peringatan bahaya merokok juga. tapi tidak ada metode cara belajar merokok di dalam bungkus rokok.

        tharekat itu cara atau metode merokok. pertama beli rokok dan korek api. buka bungkus nya. keluarkan rokok sebatang. taruh di mulut. nyalakan korek. bakar ujung rokok dan hisap pelan ujung satu nya. lalu hisap lagi. buang asapnya. hisap lagi. jika sudah habis matikan api rokok dan buang puntungnya. jika dilakukan berulang-ulang maka seseorang akan pintar merokok.

        hakikat adalah kenyataan seseorang telah menjadi perokok. selalu ada bungkus rokok dan korek api di saku nya. asap putih mengepul dari mulut nya. tiap hari rutin membeli dan menghisap rokok.

        ma’rifat adalah tahap dimana seseorang sudah kecanduan rokok. sudah merasakan efek nikotin di syaraf otak nya dan tidak bisa hidup tanpa nya.

        …..begitu kira-kira 😉

  • iwan

    ass..
    mas imeet,klo pandangan secara umumnya sudah ad di tulisan SM
    msalah prakteknya dlam kehidupan sehari hari saya tidak bisa mnelaskn disini…..krna terkadang ad yg sepaham kdang tidak….
    maaf mas imeet…wassalam.

  • topik

    Dalam tarikat diyakini bahwa mursyid itu punya kuasa penuh kepada muridnya. Klo Musyid berkehendak mengangkat derajat, memberi hidayah maka bisa begitu juga sebaliknya. Saya menangkap isyarat bahwa Mursyid memiliki kedudukan mutlak seperti Tuhan. Apa ini benar?

    • SufiMuda

      Buka, tetapi Mursyid adalah pancaran cahaya-Nya. Karena pancaran cahaya-Nya maka sifat2-Nya akan “turun” juga kepada mursyid.
      Ibarat besi yang dipanaskan dalam api sampai berwarna merah, maka sifat2 api (panas, merah dan membakar) akan “turun” kepada besi namun keduanya tetap berbeda.
      demikian

  • Sahyul Hidayah

    Asslm.alkm.www. saudara saudaraku yg sedang melalui jalan menuju tuhan. Cman sdkt sbgi tambahan. Allah itu tdk bisa dilihat,akan tetapi bisa di pandang.klu di lihat dengan mata kepala.tpi klu di pandang dgn mata hati. Antara di lihat dengan di pandang mnrut ilmu sufi dua kalimat yang berbeda.wallohuu alam.

Tinggalkan Balasan ke RusliantoBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca