Tasauf

Memandang Tuhan dalam Segelas Kopi

Saya termasuk salah seorang penggemar dan penikmat kopi, dengan segelas kopi akan lebih mudah bagi saya untuk menulis dan menuangkan ide tentang apa saja. Biasanya saya menulis tulisan-tulisan untuk sufimuda antara 5-15 menit dan ditemani oleh segelas kopi. Pada umumnya para penikmat kopi sekaligus perokok tapi saya bukan termasuk jenis perokok. Saya sejak kecil berusaha menjadi perokok agar bisa disebut Lelaki Sejati yang gagah he he , tapi sayangnya ketika merokok kelas 1 SMP dada sakit dan nafas sesak, sejak saat itu sampai sekarang saya tidak pernah merokok lagi kecuali terpaksa dan dipaksa oleh kawan-kawan. Syukur Alhamdulillah sampai saat ini Lembaga Ulama tidak memberikan fatwa apa-apa tentang kopi artinya minum secangkir atau dua cangkir kopi dalam sehari tidak was was merasa bersalah dan berdosa. Seperti halnya rokok, bisa jadi suatu saat ada pihak-pihak yang membisikkan kepada Lembaga Ulama agar kopi di haramkan dan tentu saja ulama yang bergabung dalam lembaga tersebut biasanya suka mencari perhatian layaknya ABG dan senang mengeluarkan fatwa-fatwa kontroversi yang membuat ummat seringkali kaget dan bingung.

Andai ulama yang tergabung dalam Lembaga tersebut mengeluarkan fatwa haram minum kopi saya akan tetap minum kopi sama halnya ketika ulama mengerluarkan fatwa haram mengggunakan Facebook, saya tetap memakai facebook sebagai alat dakwah menyampaikan kebenaran.

Sambil menikmati segelas kopi yang alhamdulillah masih halal, saya ingin membahas tentang Tuhan dengan segala misteri-Nya. Lalu apa hubungan menum segelas kopi dengan memandang wajah Tuhan?

Alam dan seluruh isinya adalah wujud dari cahaya Tuhan, karya Agung yang tidak terlepas dari diri-Nya sendiri. Itulah sebabnya sebagian orang menemukan Tuhan dari kehebatan dan keagungan Alam yang mengangumkan manusia, menyadarkan manusia betapa Maha Hebat nya sosok di atas sana yang menciptakan alam sedemikian teratur.

Sebagian manusia lain menemukan Tuhan lewat filsafat dan perenungan diri. Kehebatan akal manusia akan menuntun kepada Sang Maha Hebat yaitu sosok yang menciptakan akal itu sendiri secara luar biasa. Descartes seorang Filosof berkata, “Aku berfikir karena itu aku ada”, dengan pernyataannya yang terkenal itu Descartes telah membuat sebuah prinsip yang menjadikan kesadaran berfikir sebagai parameter bagi segala sesuatu untuk dianggap sebagai ‘ada’. Keberadaan kita didunia ini disadarkan oleh akal, tanpa akal maka manusia tidak akan mengenal apa-apa, tidak akan mengenal Alam, Agama dan Tuhan.

Pencarian tentang Tuhan lewat akal kadang kala mengalami jalan buntu dan putus asa sehingga orang yang paling cerdas pun akhirnya menyerah dan mengambil kesimpulan bahwa Tuhan itu tidak ada. Dengan tanpa rasa bersalah Karl Mark mengatakan bahwa Agama adalah Candu Masyarakat. Baginya, agama di zamannya tidak lebih dari sesuatu yang hanya menawarkan kesenangan sesaat tanpa memberikan banyak solusi berarti terhadap berbagai masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakatnya di zaman itu. Dengan janji-janji surga, penebusan yang akan segera datang, agama hanya berperan seperti candu yang memberikan kenyamanan sesaat namun tidak pernah bisa menyelesaikan masalah apapun. Agama yang seperti ini tentu saja hanya akan mampu mengakomodir kepentingan kelas-kelas borjuis dan penguasa. Kelas-kelas berjuis dan penguasa pada hakekatnya sudah hidup dengan cukup mapan dan tidak mengalami ketertindasan apapun. Oleh sebabnya, mereka tidak lagi membutuhkan apa yang disebut dengan “hiburan semu”. Lain halnya jika agama ini dilihat dari kacamata mereka yang tertindas secara ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Bagi mereka, agama ini berperan sebagai penyelamat yang nantinya akan membebaskan mereka dari ketertindasan dan melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang telah menindas mereka. Daripada bergulat dengan kejamnya hidup, mereka lebih memilih untuk menyandarkan diri kepada agama yang dinilai dapat memberikan sebuah penghiburan terhadap ketertindasan.

Karen Amstrong bahkan dengan berani menulis buku yang sangat terkenal yaitu “History of God”, buku yang mengupas sejarah Tuhan. Memangnya Tuhan punya sejarah? Dari buku tersebut kita mengetahui bahwa sejarah Tuhan di setiap peradaban hampir sama dan persepsi orang tentang Tuhan tidak terlepas dari pengaruh budaya dan zaman dimana manusia berada.

Berbicara tentang Tuhan, Agama adalah sumber yang paling bisa dipercaya karena tujuan manusia beragama adalah untuk mengenal Tuhan dan menyembah-Nya sampai ajal menjemput. Nabi Muhammad SAW bernah berkata, “Aku melihat wajah Allah dalam rupa seorang pemuda”, dan perkataan serupa pernah dikemukakan oleh seorang tokoh sufi Ibnu Arabi ketika tawaf di ka’bah beliau berkata, “Aku melihat Allah dalam wajah seorang wanita”.

Dalam Al-Qur’an disebutkan, “…dimanapun engkau memandang disitu Wajah Allah”. Lalu bagaimana manusia bisa memandang wajah Allah di alam kalau belum pernah mengenal dan melihat-Nya dalam Kegaiban-Nya? Disinilah diperlukan seorang pembimbing sebagaimana Rasulullah SAW di bimbing oleh Jibril as dan Ibnu ‘Arabi dibimbing oleh Gurunya sehingga setelah mengenal Allah dengan benar maka dimanapun mereka memandang akan bisa menemukan wajah Tuhan disana.

Pun tidak terkecuali ketika tulisan ini saya tulis dan ditemani oleh segelas kopi, saya merasakan ketenangan dan kedamaian di tengah hiruk pikuk warung kopi, ditengah riuh kendaraan lalu lalang, sayang merasakan “Sunyi dalam Keramaian” karena saya merasakan ada getaran Tuhan hadir setiap saat kapan dan dimana saja.  Saya melihat kopi dalam gelas yang tinggal setengah, saya tersenyum karena saya bisa memandang wajah Tuhan disana…

45 Comments

  • si tukang nyanyi

    suka sekali dengan tulisan ini…
    saya fans berat sufi mud deh pokok nya……
    karena sangat mudah di cerna oleh otak saya… walaupun saya bukan orang tasauf….
    salam bng sufi muda….

  • sadili ahmad

    Assalamu’alaikum
    bang sufi muda punten jika qt sdh ma’rifat utk membedakan bahwa yg hadir itu jenis qarin ataukah memang Allah itu sendiri. Dengan kemungkinan dua kehadiran yaitu dr jenis qarin atau Allah lalu parameter yg digunakan apa? Apakah kontrol dr mursyid qt? Karena jika maqam qt sdh ma’rifatullah maka akan mempunyai karomah yg luar biasa.
    Terima kasih sebelumnya..

    • SufiMuda

      Wa’alaikum salam wr. Wb
      Semoga Allah selalu melindungi kita dari godaan syetan yang terkutuk.
      Secara umum ada 2 alat pengukur yaitu syariat dan hakikat.

      1. Secara syariat, bisikan2 yang datang dari Allah tidak menyuruh kita berbuat maksiat dan melanggar syariat agama. Kalau ada bisikan untuk meninggalkan ibadah2 wajib atau berbuat kemungkaran maka bisikan tersebut adalah dari setan. Walaupun demikian Syariat tidak bisa dijadikan alat ukur secara sempurna karena banyak orang terjebak. Datang bisikan2 untuk menyuruh berbuat kebaikan dan ibadah dan ternyata bisikan itu dari setan yg ingin merusak keikhlasan ibadah kita.

      2. Secara hakikat, muraqobah adalah alat pengukur yang paling pasti dan terjamin. Itulah sebabnya sebelum mencapai tahap makrifat seorang salik sudah sempurna dgn Muroqabahnya. Ada 40 tanda yang harus diketahui. Inilah yang disebut nabi sebagai “bunyi gemerincing lonceng” sebagai salah satu bentu wahyu. Muraqobah juga yang bisa mendeteksi gelombang malaikat atau gelombang setan.
      Secara teori muraqobah didapat setelah 2 kali suluk tapi dalam prakteknya tidak semudah itu.

      Dari kedua alat ukur di atas, yang paling pokok adalah Guru Mursyid. Setiap pengalaman rohani yang meragukan di laporkan kepada Mursyid agar mendapat petunjuk.

      Demikian, mohon maaf jika kurang berkenan.

  • sadili ahmad

    Terima kasih bang sufi muda atas penjelasannya…..

    Diatas dikatakan jika qt sdh melakukan dua kali suluk maka sinyal muraqabah akan didapatkan akan tetapi hal demikian juga tdk menjamin adanya.

    Pertanyaannya… Sy sdh beberapa kali melakukan suluk yg pertama kali dipesantrennya mrsyid sekaligus training mengenai suluk dan sering juga sy lakukan dirumah kadang dg puasa wishal tetapi suluk sy ko hampa tdk ada rasanya? Mohon pencerahannya dan trima kasih sebelumnya.

    • SufiMuda

      Mas Sadili…
      Tentang hasil suluk saya tidak kuasa untuk mengomentari karena itu sepenuhnya karunia Allah swt. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa terus istiqamah zikir dan suluk sehingga tiba saatnya karunia Allah tersebut akan menghampiri kita.
      Ada 3 faktor yang menyebabkan kita bisa mencapai tahap tersebut :
      1. Diri kita, kesungguhan dan kesabaran dalam menjalankan semua yang diperintahkan Guru Mursyid.
      2. Aturan Zikir dan Suluk. Tata Cara dan hadap suluk sudah ada sejak zaman Rasulullah saw dan tidak akan berubah dan tidak berubah sepanjang zaman. Selama seorang salik menjalankan aturan yang telah ditetapkan, maka dia akan memperoleh hasil sebagaimana hasil yang didapatkan oleh sahabat Nabi ketika bersuluk bersama Nabi.
      3. Mursyid. Walaubagaimanapun kesungguhan kita, sehebat apapun aturan suluk tanpa ada Guru Mursyid yang berkualitas semuanya tidak akan tercapai. Guru Mursyid yang mengambil ilmu dari Gurunya dan Gurunya dari Guru sebelumnya sampai kepada Rasulullah SAW sebagai garansi akan kemurnian ilmu yang diperoleh.
      Tanpa bersuluk dan berzikir pun kalau kasih sayang Mursyid telah terlimpah kepada kita pasti makrifat akan tercapai.
      demikian

  • Rinaldi

    Salam bang SM, ingin sklai belajar sprti apa yg bang sm dpatkan. Tp sy tdk thu kmna hrus mncari, sy hnya bs brdoa dan mohon doa jg dr bang sm smoga suatu saat kelak sy bs brtmu guru mursyid yg dpt mmbibng sy ut mngnal akn Tuhan, trmksh. Wsllam..

  • abdilah

    maaf bang sy ingin menceritakan diri sy.mohon abngda memberi pencerahan kpd sy yg lg kebingungan ini.bgai mana jln keluarny

  • warga baru

    luar biasa tulisan yang sangat bagus. saya sangat suka bagian kritik rokok kopi dan fatwa lembaga…. mengkritik tanpa membuat orang terluka… bahasa santun tapi dalam dan penuh pencerahan… Terima Kasih buat tulisannya

  • tubagus maulana.m

    suatu penerapan tentang tuhan,agama sbgai jalannya,iman pondasinya dng ilmu lah sbgai penerapan keyakinan kita kpd tuhan….hingga tuhan itu sir wujud dan ada dimana2 yg dapat kita lihat dng jelas.untk membuka itu semua kuncinya ada di akhlak yg mulia,maka jagalah setiap langkah dan perbuatan yg kan lakukan di dunia,karna itu sbgai awal kita bertemu dng tuhan,(ALLAH SWT)

    • SufiMuda

      WA’alaikum salam wr. wb
      Suluk adalah intensif berzikir dalam jumlah hari tertentu dan dibawah bimbingan Guru Mursyid. Murid yang telah memenuhi syarat di izinkan untuk mengikuti suluk sebagai pelajaran lanjutan.
      Tidak bisa kita melakukan suluk sendiri tanpa bimbingan. Suluk juga disebut ‘Iktikaf atau khalwat.
      Musafir adalah orang yang melakukan perjalanan. Kalau sedang melakukan perjalanan tentu dia tidak bisa mengikuti suluk…
      demikian

  • suparlan

    Nasehat dari orang tua:
    Carilah tuhanmu kemanapun, kalau sudah merasa bertemu sesungguhnya Tuhanmu tidak seperti itu

    • SufiMuda

      Mudah2an orang tua tersebut berjumpa dengan Tuhan pemilik bumi dan langit. Mengenal Tuhan tanpa keraguan karena ketika hati ragu maka itu bukan Tuhan. Perjumpaan hamba dgn Tuhan akan terbebas dari keraguan, was was karena keraguan itu berasal dari setan.

  • Candra

    Dasyat sekali tulisan ini
    kajian yang sangat mendalam namun disugukan dengan bahasa yang sangat sederhana.
    Mudah dipahami dan memberikan pencerahan bagi yang membaca.

    Terima kasih Abangda SM:-)

  • Ruslianto

    Shubahanallah,… ‘Suara gemerincing lonceng” yg Sufi Muda katakan diatas,… maha benar adanya,… saya merasakan itu (doeloe) 20 thn yg lalu, di Surau Qutubul Amin di Medan. pada saat (itu) setelah selesai Sholat Jum’at Ayahanda Guru memberikan fatwaNya kala itu beberapa menit berselang,…Saya diisyaratkan oleh Ayahanda Guru;.. “sedikit lagi,..sedikit lagi,..” begitulah kala itu Ayahanda Guru mengarah kepada saya,…. waktu itu saya tak tahu maknanya,.. Lalu saya bertanya kepada bagian peramalan,.. dia hanya mencegah saya untuk tidak mengatakannya kepada siapapun “tentang isyarat dari Ayahanda Guru”,… tsb,.. dan malam harinya pada saat saya hendak bersiap tawajuh (di rumah),… dan belum lagi bersiap,.. tiba-tiba terjadi suasana tersebut,… dengan dimulainya suara “hening” dan suara gemerincing lonceng itu bergema dan ber-alun-alun menjadi irama dzikir,… shubanallah,…. selanjutnya (rahasia),… saya kepada Allah. tulisan saya ini untuk “membenarkan” catatan Bg.Sufi Muda diatas. memang penuh fakta dan realita,.. dan selanjutnya saya prihatin buat yang menolak thareqat (ini).
    Salam hangat buat Bg.Sufi Muda,.. teruslah berkarya.

  • hamir hamid aly

    alhamdulillah setengah cangkir kopi mengantar antum melihat Allah, padahal kita tidak sadar kalau justeru bukan melihat lagi, tapi mengajar kita sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan Allah [ wahua maakum ], …….. sehingga yang nampak bagi kita hanyalah dhahirnya kopi tapi mana gulanya,air putih yang menjadikan esensi hening,tenang, rindu dan itulah abang pada nyatanya, wallahu ‘alam bishawab.

  • Ahmad Tabroni

    Assalamualaikum.,
    Alhamdulillah puji syukur, sangat bagus tulisannya bang sufimuda ini.
    “Tuhan sangat dekat, bahkan lebih dekat dengan urat leher”. Teruslah berkarya dan kita sama2 berkarya untuk TUHAN sebagai nyatanya menjadi rahmatan lil’alamin.

    salam hangat,
    Terima Kasih

  • kalsel belabuh

    Asalamu alaikum wr.wb.sebelumny maaf lahir batin ulun cuma bisa berdoa moga dg setengah cangkir yg ada bisa menghilangkn haus dahaga dg rasa pahit kopi yg susah untuk dinikmati dg sedikit gula yg juga sangat sedikit rasa manisnya…salam 0000000000

  • Dinda Aulia Rahman

    Assalamu’alaikum wrwb.

    Dalam paragraf 4, ditulis : “Sebagian manusia lain menemukan Tuhan lewat filsafat dan perenungan diri. Kehebatan akal manusia akan menuntun kepada Sang Maha Hebat yaitu sosok yang menciptakan akal itu sendiri secara luar biasa…”.

    Mohon maaf, sedikit saja koreksi bagi kita yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Apakah Sang Maha Hebat yang dimaksud tersebut adalah Allah Ta’ala ? Bila iya, apakah benar Allah disifati dengan ‘sosok’ ? Bukankah kata ‘sosok’ itu memiliki makna berwujud / berbentuk (Jism). Bila sesuatu dikatakan berbentuk, berarti sesuatu tersebut wajib menyusun, tersusun dan menempat (Jirim).

    Berbentuk, menyusun, tersusun dan menempat adalah sifatnya mahkluk, dan Maha Suci Allah dari sifat-sifat kemakhlukan…

    Demikian sedikit koreksi. Tiada lain maksud koreksi ini adalah untuk kita saling mengingatkan.

    Wass,

  • ibrahim yusuf

    kenalilah tuhanmu bila engkau ingin mengetahui dirimu,dan kenalilah dirimu bila engkau ingin mengetahui tuhanmu.

  • hadi

    subhanaulah; brskur skli hdp sprti bang sm’
    krna dmna sja bsa brjmpa allh’ apakh mngkin orng awm sprti sya bsa bgtu’ mncri pmbimbing sprti abang itu di zman skrng sush’ apakh abng mau untk mmbimbng sya..agr sya bsa mrsa gtrn itu…agr hti lbh dkt dngn allah

  • Dani

    Cocok kang, kopi memang membantu kita berpikir lebih jernih, apalagi diwaktu sunyi ketika malam. Terimakasih penjabarannya 🙂

  • Penyembah Alloh

    Mantab masbro! Memang semua ini hakekatnya adalah Alloh sendiri, karena mustahil jika semua mahluk bahannya bukan dari Alloh, jadi kita dan seluruh alam semesta hanyalah berada di dalam Alloh Yang Maha Besar mutlak tak terbatas, tidak ada yang membatasi Alloh apapun itu…karena itulah semua ciptaan-Nya berada di dalam Alloh belaka, mustahil berada di luar Alloh…& ingat, Alloh itu Maha Suci, jadi tidak ada sesuatupun yang sanggup mengotori-Nya, semua ciptaan-Nya is nothing, karena hakekatnya semua mahluk awalnya tidak ada, yang Maha Ada hanya Alloh yang Maha kekal…Wallohu a’lam…

  • abdul choliq

    maksih bang pencerahannya..
    salam kenal bang
    tulisan yg sangat bagus
    mau izin share ya bang mudah2an bermanfaat buat kluarga dan tmen2 saya bang

Tinggalkan Balasan ke RusliantoBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca