Ahli Silsilah

Napak Tilas Maulana S.S. Kadirun Yahya MA. M.Sc (2)

Suluk Dengan Syekh Abdul Majid

Setelah kejadian itu (memimpin suluk sebelum ikut suluk) maka Ayahanda Guru merasa bersalah dan dalam hati Beliau berkata, ”Ah tidak benar aku ini, bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan semua ini kepada Guruku dan Allah?”. Akhirnya Beliau memutuskan untuk mencari seorang Syekh yang ahli tentang tasawuf untuk menanyakan hal-hal mengenai suluk sekaligus melaporkan apa yang telah Beliau kerjakan. Pada waktu Ayahanda Guru sampai dalam daerah Kabupaten Tanah Datar, Beliau bertemu dengan Syekh Abdul Majid (juga ahli tasawuf) murid dari Syekh Busthami yang terkenal dengan kekeramatannya. Jauh hari sebelum Ayahanda datang Syekh Busthami memberikan nasehat kepada Syekh Abdul Majid

Hai Majid, 30 tahun engkau menjadi Syekh akan datang kepadamu seorang anak muda yang akan meminta suluk kepada engkau, engkau akan memberikan ijazah kepada dia

Dan ternyata anak muda yang dimaksud tidak lain adalah Ayahanda Guru sendiri yang sudah 30 tahun dinantikan oleh Syekh Abdul Majid.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” Ayahanda Guru memberi salam kepada Syekh Abdul Majid ketika pertama sekali bertemu.

Ya Tuan Syekh, saya mohon disulukkan, saya sudah menyulukkan tapi rasanya tidak bertanggung jawab, mohon kami disulukkan

Syekh Abdul Majid berkata dalam bahasa Padang: ”oh indak begitu doh, awak suluk menyulukkan” maksudnya, ”Tidak begitu, kita ini saling suluk menyulukkan”. ”Saya tidak mau menyulukkan tuan tapi diantara kita salig suluk menyulukkan”, maksudnya antara Syekh Abdul Majid dengan Ayahanda Guru saling memimpin suluk.

Mula-mula Ayahanda Guru menganggap ucapan itu hanya gurauan atau basa basi, ketika jamaah suluk sudah berkumpul Syekh Abdul Majid mempersilahkan Ayahanda Guru untuk zikir dalam satu kelambu barulah Ayahanda Guru menyadari kalau ucapan ”Kita ini saling suluk menyulukkan” adalah ucapan yang serius dan dalam pandangan Syekh Abdul Majid kedudukan rohani Ayahanda Guru sudah sedemikian tingginya walaupun secara zahirnya belum pernah ikut suluk.. Ada kejadian menarik dan lucu yang sering kali diceritakan oleh Ayahanda Guru tentang suluk dengan Syekh Abdul Majid, berikut saya kutip:

Di dalam kelambu itu kalau berzikir duduk berdua seperti orang mendayung sampan, ketika tidur kaki saya ke kepala Beliau (Syekh Abdul Majid) dan begitu juga sebaliknya, awak anak muda yang lasak baru berumur 33 tahun  sedangkan Beliau orang tua yang jinak, waktu tidur bergulung badannya. Sesudah 3 hari ujung kaki saya masuk ke hidungnya….

Setelah kejadian itu, Ayahanda Guru merasa bersalah dan meminta izin kepada Syekh Abdul Majid untuk berzikir di tempat yang lain.

Abuya, tidak usah lah saya zikir satu kelambu dengan Buya, saya ini kalau tidur lasak, masak kepala Buya saya tendang, salah hadap saya ini, mohon diberi tempat lain untuk saya

”Kalau bergitu, jadilah”kata Syekh Abdul Majid.

Syekh Abdul Majid memberikan tempat zikir kepada Ayahanda Guru dibawah tempat biasa Beliau berzikir sedangkan Beliau tetap berzikir di atas ditempat biasa. Selama suluk itu banyak terjadi keajaiban, Ayahanda Guru berzikir selama 3 hari 3 malam tanpa keluar dari kelambu, tidak mandi, tidak  makan dan tidak minum sedikitpun. Syekh Abdul Majid terus memimpin suluk sedangkan Ayahanda Guru tetap zikir sendiri. Setelah 3 hari Syekh Abdul Majid mandi, selesai mandi kebetulan Ayahanda Guru juga keluar, ketika bertemu dengan Ayahanda Guru, Syekh Abdul Majid berkata, ”Abuya, setelah ini saya tidak boleh memimpin suluk lagi”. Ayahanda Guru terkejut karena Syekh Abdul Majid memanggilnya ”Abuya” kepada Beliau, sebuah panggilan kehormatan untuk para ulama yang dihormati, ucapan itu lebih cocok dari Ayahanda Guru kepada Syekh Abdul Majid.

Ayahanda Guru bertanya, ”Jadi siapa yang akan memimpin suluk ini?”

Abuya” jawab Syekh Abdul Majid                    

Ayahanda Guru agak sedikit bingung, kenapa dipertengahan suluk Syekh Abdul Majid menyerahkan kepemimpinan suluk kepada Beliau padahal tujuan Ayahanda Guru menemui Syekh Abdul Majid adalah untuk ikut suluk.

Janganlah saya, saya tidak pengelaman tentang suluk” jawab Ayahanda Guru menolak tawaran Syekh Abdul Majid.

Oh tidak boleh saya lagi, nanti dihantam saya” kata Syekh Abdul Majid

Nanti siapa yang mentawajuhkan Jama’ah” Kata Ayahanda

Buya semua, termasuk saya ini mohon ditawajuhkan” Jawab Syekh Abdul Majid

Ayahada Guru kembali menolak, tidak mungkin mentawajuhkan (mendoakan) orang yang sudah berumur 105 dan telah lama menjadi Syekh.

Ah tidak mau saya mentawajuhkan Buya, durhaka saya nanti” kata Ayahada Guru.

Tidak lah, harus ditawajuhkan, ini perintah dari ATAS” kata Syekh Abdul Majid. Akhirnya Ayanda Guru memenuhi permintaan dari Syekh Abdul Majid untuk memimpin suluk. Syekh Abdul Majid mengalami gangguan pada matanya, namun setelah di tawajuhkan oleh Ayahanda Guru mata nya kembali sembuh. Sehingga kelak Syekh Abdul Majid pernah berkata kepada salah seorang murid dari Ayahanda Guru ketika berkunjung ke tempat Beliau, ”Guru mu itu sangat luar biasa, saya ini sembuh berkat syafaat dari Gurumu, jangan pernah kalian menggantikan Gurumu dengan yang lain

Kebetulan Suluk itu berlangsung pada bulan Zulhijah (suluk Haji) dan ditutp satu hari sebelum Hari Raya. Syekh Abdul Majid di akhir suluk  memberikan sebuah Ijazah yang istimewa kepada Ayahanda Guru. Disebut istimewa kerena selama ini Syekh Syekh Abdul Majid tidak pernah memberikan satupun ijazah kepada orang lain. Kebetulan pula Syekh Abdul Majid adalah seorang yang buta huruf tidak pandai menulis dan membaca. Tapi anehnya malam itu Syekh Abdul Majid menulis ijazah dengan huruf yang sangat bagus dan didalam ijazahnya tertulis keistimewaan-keistimewaan Ayahanda Guru.

 

Ikut Suluk dengan Nenek Guru

Walaupun telah mendapat Ijazah dari Syekh Abdul Majid namun dalam hati Ayahanda Guru belum puas, dari Guru nya Syekh Muhamamad Hasyim Buayan belum sempat diberikan Kayfiyat, meminta suluk kepada Syekh Abdul Majid malah disuruh memimpin suluk. Akhirnya Ayahanda Guru memutuskan untuk menemui Nenek Guru (Syekh Muhammad Hasyim) untuk meminta ikut suluk.

Saat itu kebetulan menjelang Ramadhan tahun 1950 dan Nenek Guru sudah memutuskan dan mengumumkan kepada seluruh muridnya bahwa pada bulan Ramadhan kali ini tidak diadakan suluk dikarenakan ada hal-hal yang teramat berat yang tidak bisa diberitakan oleh Nenek Guru. Ketika Ayahanda Guru datang dan meminta izin untuk suluk Nenek Guru terkejut, satu sisi Beliau sudah memutuskan untuk tidak suluk namun disisi lain Nenek Guru telah berjanji kepada Ayahanda Guru kalau kapan saja datang ke tempat Beliau akan diadakan suluk walau cuma satu orang. Akhirnya Nenek Guru memenangkan janjinya dan membuka suluk. Sebelum suluk dimulai Ayahanda Guru menyerahkan ijazah yang diberikan oleh Syekh Abdul Majid kepada Nenek Guru dan Nenek Guru menerimanya.

Suluk Pertama itu Ayahanda Guru langsung diangkat menjadi Khalifah dan Nenek Guru berkata kepada, ”Lihatlah itu, pelajarilah itu”. Maksudnya lihatlah apa yang dilakukan dalam suluk, lihatlah  cara memasak, cara membangunin jama’ah, mengatur jama’ah, menghidang dan lain sebagainya tidak pernah diajarkan kepada Ayahanda Guru cara zikir bahkan kifiyat pun tidak pernah diajarkan oleh Nenek Guru.

Itulah pertama kali Ayahanda Guru ikut serta suluk dengan Nenek Guru. Selama Suluk tersebut, Ayahanda Guru sangat kuat sekali beramal, betul-betul Beliau laksanakan adab yang 21 dan secara jujur kami akui, bahwa kami yang jauh lebih dahulu berguru dengan Nenek Guru tak sanggup mengikuti ketekunan Beliau dan kami menghaturkan salut yang setinggi-tingginya kepada Beliau. Pada suluk yang pertama kali itulah saya melihat dan mengetahui keistimewaan yang kedua kalinya diberikan Nenek Guru kepada Ayahanda Guru yaitu memberikan kaji suluk secara keseluruhan sampai kepada tingkat yang paling tinggi, sedangkan kami (Rangkayo sati) angkatan yang lama-lama sudah puluhan kali ikut suluk belum lagi mencapai yang demikian. Sungguh hebat dan luar biasa sekali yang diterima dan dialami oleh Ayahanda Guru dan di balik itu tentu Nenek Guru telah mengetahui dan melihat tanda-tanda bahwa Beliaulah satu-satunya nanti yang akan menjadi Pewaris Penerima Panji-Panji Silsilah Thariqatullah ’Ubudiyah Naqsyabandiyah Khalidiyah, setelah Nenek Guru nantinya telah tiada atau berlindung. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh pepatan ”Bukan intan bukan baiduri, bukan emas dapat dibeli, siapa untung dapat sendiri”.

Setelah selesai suluk, Ayahanda Guru pun diberi ijasah oleh Nenek Guru  dan keesokan harinya Beliau bersama murid-murid kembali ke Bukit Tinggi. Semenjak itu sesuai pula dengan tugas-tugas dan kesibukan Ayahanda Guru, Beliau sering datang menemui Nenek Guru baik Nenek Guru sedang berada di Sawah Lunto maupun sedang berada di Buayan. Adakalanya kedatangan Beliau sebagai ziarah biasa saja dan adakalanya ikut suluk. Kedatangan Beliau selalu diiringi oleh beberapa murid Beliau.

 

Menjadi Ahli Silsilah ke-35

Bersambung….

27 Comments

  • quantumillahi

    Suri tauladan yg luar biasa dari Nenek Guru Prof Kadirun Yahya dalam kepatuhan menerima kaji dan menjaga hadap kepada Gurunya walau buta huruf. Mohon bang Sufimuda jika ada literature untuk semua AHLI Silsilah ditampilkan di Sufimuda sehingga http://www.quantumillahi.wordpress.com tinggal membuat ling kepada Bang Sufimuda. Sukse dan mohon dibimbing terus dalam kami menulis.

  • Didiet

    Semoga dengan (membaca) menapak tilas perjalanan hidup Ayahanda Guru ini bagi abang-abang yang keras hatinya terbuka kembali keinginan untuk kembali. Ikut kata Guru……..Hanya ketaatan kepada mursyidlah yang dipandang Allah………
    Wassalam……….wrwb

  • Akbar.F

    Ampun Tuhan..Dengan membaca “Napak Tilas Maulana S.S. Kadiun yahya MA” semoga bertambahlah keimanan kami yang lemah ini…Trimakasih Ab. SufiMuda.

  • M. Teguh W

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Mohon dengan sangat sambungan dari napak tilas beliau YMM agar segera dimuat, saya sangat merindukannya.

    terima kasih banyak, Wassalam

  • arief

    kami terharu dan bertambah keimanan kami..
    terima kasih Ya…..Allah…..
    Ilahi Anta Maksudi Waridhoka Mathlubi….
    La…Khaula ..Wala..Quwata….Illah..Billah….

  • Jefree

    Bang Rokhim……… kalo mursyidnya sufi muda sudah wafat maka itulah tetap mursyidnya. Mursyid pewaris akan menjadi mursyid buat yang belakangan jadi murid. Namun demikian dia harus tetap mengakui kemursyidan dari mursyid pewaris. Dan memperlakukan mursyid pewaris sebagaimana mursyid yang telah wafat. Jadi tidak berpindah mursyid.
    Tapi kalau yang dimaksud abang itu mursyid mana yang diakui sufi muda sebagai mursyid pengganti yang ke 35 (amir palu, dermoga batam atau yang dari Yayasan)……… gw nggak tahulah………
    Maaf………….. wassalam………

  • sultan

    bang sufi muda…. telah lama saya mencari referensi tentang Nenek ARCO….sebagai sari tauladan yang baik dan tuntunan bagi diri….bisakah tulisan ini saya ambil dan cetak untuk mengambil manfaatnya?… thanks sebelumnya…. kami tunggu lanjutan dari napak tilas beliau…

  • NOVRI YASMAN

    Semoga allah selalu mencurahkan rahmat dan hidayahnyakepada hamba – hambanya setiap denyut jantung dan hembusan napas kita ,,,,, agar kita mampu mengingat-ingat kesalahan2 yang pernah kita lakukan di perjalanan hidup ini . DESA SP PADANG KAB OKI – SUMSEL
    SALAM UNTUK SEMUA ABANG2 & KAKAK2 DIMANAPUN BERADA . AMIN

  • Ruslianto

    Perhatikan nich dibawah ini :
    Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari “kalanganmu sendiri”, untuk memberi peringatan kepadamu dan agar kamu bertakwa,sehingga kamu mendapat rahmat?
    QS: Al-A’Raaf 63
    Jaaangaaannn heran Yooo

  • junaedi

    ikut bang moga monggo,bang don monggo,bang asrul monggo,bang senawat monggo,TAPI AYAHANDA GURU MASIH BERTUGAS DAN DAPAT MEMBIMBING MURID2NYA SECARA BARZAKKI SEBAGAIMANA DULU SS ABDUL KHALIQ FADJUWANI PERNAH MEMBIMBING SSBAHAUDIN NAQSABANDI.MEMANG HANYA MURID2 YANG SETIA DAN ISTIQOMA YANG DAPAT MERASAKAN DAN MENGALAMINYA.DAN MEREKALAH SEBENAR BENARNYA SAHABAT ROHANI BAIK DIDUNIA DAN DIAKHIRAT.

      • Anonimous

        SST……….hati-hati, jangan disispi SYAITAN dalam kalimatnya.
        Baik yang membaca maupun yang menulis.
        Termasuk saya

        Astaghfirullah….

      • delique

        saya setuju abangda…ngapain berdebat ya kan, orang berasal dr yang satu
        perkara cuma berpindah tempat ajah
        tapi kan isinya tetap sama
        sedih rasanya klo lihat sesama kita sendiri yang berantem
        salam 513 smua
        di tunngu kelanjutan ceritanya
        smoga sukses dan sehat selalu abangda

    • penutup buku

      Bacalah betul2 riwayat tsb…
      Siapa yg mengenalkan Nenek Naqsyabandi dengan Nenek Abdul Khalik Fajduani

      Jangan dipotong2 sejarahnya

  • usman mansyur,

    …jangan diperdebatkanlah soal yg ini karena MURSYID itu bukan ORANG ATAU MANUSIA.., wadah saja yg berbeda tetapi ISI tetap sama 513 ya gak ? lanjutkan bang sufi muda.. antum ana pe sudara dunia akhirat.., mohon izin share ya bang ?

  • Ruslianto

    Qur’an Suuraah Al Kahfi ayat 28 :
    Dan bersabarlah bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya diwaktu pagi dan senja mengharapkan keridhaanNya. Dan janganlah engkau palingkan pandangan engkau dari mereka karena mengharap perhiasan (kemewahan) hidup didunia. Dan jangan turuti orang-orang yang hatinya telah lalai (kosong) dari dzikir kepada Allah dan mereka mengikuti hawa nafsunya dan tingkah lakunya sudah melanggar batas.

Tinggalkan Balasan ke M. Teguh WBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca