Sufi Muda

Menemukan Tuhan Dalam Keseharian

Mengoreksi Diri Sendiri

Syaikh Ibnu Atha’illah

Usahamu untuk mengetahui beberapa kekurangan yang ada pada dirimu adalah lebih baik daripada engkau mencari sesuatu yang ghaib dan tersembunyi dalam dirimu

Hendaknya kita jangan terkonsentrasi hanya mencari sesuatu yang ghaib, yang tersembunyi di dalam diri kita. Jika kita tenggelam dalam kesibukan mencari yang tidak jelas hasilnya, maka sesuatu yang juga penting menjadi terabaikan. Keghaiban yang tersembunyi di dalam hati kita akan dengan sendirinya dapat ditemukan jika kita telah membersihkan kotoran-kotoran yang berupa kesalahan diri.

Gajah di pelupuk mata tak kelihatan, itulah sifat manusia. Kesalahan diri dan dosa-dosa yang melekat padanya tak pernah disadari karena sibuk mengurusi sesuatu yang jauh tersembunyi. Bahkan, manusia suka mengoreksi orang lain, sedangkan dirinya sendiri yang penuh dengan kesalahan sama sekali tak ditengoknya.

Allah Telah Memperingatkan, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian lainnya. Apakah engkau suka memakan bangkai saudaramu yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang” [Q.S Al-Hujurat 12].

Sebagai orang yang ingin menjaga kesucian hati dan menempuh jalan makrifat, maka kita harus rajin mengoreksi diri sendiri. Mengapa harus menghabiskan tenaga untuk mengurusi orang lain, sedang dirinya sendiri dibiarkan tak terurus. Rasulullah saw pernah bersabda, “Berbahagialah orang yang selalu diingatkan oleh aibnya sendiri, daripada aibnya orang lain”

Jangan menghiraukan bisikan hawa nafsu yang terus mendorongmu dalam meneliti aib orang lain. Sementara aib sendiri ditutup-tutupi. Memang demikianlah pekerjaan hawa nafsu. Bila dituruti, maka semakin lama kita akan kehilangan rasa takut kepada Allah. Karena menganggap remeh kesalahan kita sendiri.

Jangan memberi kesempatan kepada hawa nafsu untuk bergolak. Kesempatan itu misalnya kita sering melanggar larangan Allah. Pelanggaran yang kita lakukan itu memicu binalnya nafsu. Bisa juga karena kita membiarkan hati dalam kesenangan riya’, yaitu beramal dengan niat bukan karena Allah. Atau kita suka membuang-buang waktu dengan percuma dan malas mengerjakan perintah-Nya. Inilah yang memicu hawa nafsu bergejolak dan mencengkeram kalbu. Sehingga mata hati kita menjadi kabur dalam menatap kebenaran Allah.

Allah Berfirman, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada Kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”. [QS. An-Naaziyat 40-41]

Membersihkan jiwa hendaknya dengan selalu mengoreksi cela yang ada pada diri sendiri. Yang seharusnya cela-cela itu terbuang jauh dari diri manusia yang ingin mendekatkan diri kepada Allah.

Ketahuilah, aib yang ada pada diri manusia itu bermula dari hawa nafsu. Oleh sebab itu, tekanlah hawa nafsu itu, jangan sampai jiwa kita dikuasai olehnya.

Hawa nafsu itu berasal dari 4 perkara, yaitu: gemar melanggar perintah Allah, gemar menjalankan amal baik namun disertai riya’, gemar mengulur-ngulur waktu, tidak ada semangat dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah.

Empat perkara itu jika dibiarkan akan membutakan mata hati dan menumpulkan indera keenam. Oleh sebab itu untuk menghilangkannya, hendaknya kita mengisi jiwa kita dengan makrifat, tekun menjalankan perintah-Nya serta tekun mengikuti ajaran Rasulullah saw. Kalau kita mampu melakukan yang demikian, insya Allah semua keajaiban akan dapat kita lihat melalui mata hati.

Janganlah kita mengejar keinginan untuk mengetahui perkara gaib, semisal takdir dan karomah sebelum membersihkan aib diri sendiri. Jangan pula beramal dengan niat untuk mengetahui perkara ghaib, agar hati kita tidak sibuk dengan perkara itu. Sebab jika tenggelam dalam hal demikian, sesuatu yang lebih utama, yaitu kewajiban kita kepada Allah jadi terabaikan.

 

 

Diambil dari buku Telaga Makrifat Karya Syaikh Ibnu Atha’illah

Single Post Navigation

8 thoughts on “Mengoreksi Diri Sendiri

  1. ajak-ajak on said:

    Hisab lah dirimu sebelum kau dihisab
    Kira2 begitu kan sufimuda?

    Mengetahui/mengenal diri baik jasmani maupun ruhani merupakan langkah awal untuk membuka khazanah ilmu Allah yang Maha Unlimitted.
    Banyak orang (termasuk saya dulu) yang berusaha mengenal orang lain atau pengetahuannya melalui buku/kitab/makalah dsb. Dulu pun saya berusaha mengenal Allah melalui Qur’an dan kitab Hadist saja.
    Ternyata yang benar adalah : kenali diri rata2 baru kan kau temui Tuhan yang amat nyata.
    Bagaimana mengenali diri yang sejak lahir tlah dihinggapi syetan hingga saat ini? Tentunya dengan membawa unsur keTuhanan masuk kedalam diri, yaitu melalui Nurun alan Nuurin yang bersemayam dalam dada para kekasihNya.

  2. sy banyak merenung dlm kesendirian tp sy tetap tidak bisa menghentikan atau menekan napsu sy.trus gmn sy bs dkt dgn allah.tlong posting untuk pertanyaan sy ini mas sufi muda.trma ksih.slm knl dr iyusmas.

  3. bercermin diri memang sulit, namun itu yang terbaik. daripada harus mencari2 yang tersembunyi dari orang lain.:)

  4. irawan on said:

    izin copas Abangda

  5. Panca indra itu seperti ap ?

  6. Nyimak, semoga ALLAH selalu menuntunku untuk selalu membersihkan hati,,

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: