Tanya Jawab,  Tasauf

Santri Ikut Thariqah

Santri Ikut Thariqah

Al-Kisah no.06/ 10 – 23 Mar 2008

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Saya seorang santri di sebuah pe­santren. Saat ini saya tengah belajar ilmu syariat dan ilmu umum. Bolehkah saya mengikuti bai’at thariqah, padahal saya masih belajar ilmu syariat? Thariqah apa yang cocok bagi saya?

Wassalamualaikum Wr Wb.

Witono Pekalongan, Jawa Tengah

Wa’alaikumussalam Wr. Wb.

Setiap muslim tentu boleh bahkan harus berusaha menjaga serta mening­katkan kualitas iman dan Islam di hatinya dengan berbagai cara. Salah satunya dengan berthariqah. Namun berthariqah sendiri bukan hal yang sangat mudah Karena sebelum memasukinya, seseorang harus terlebih dulu mengetahui ilmu syariat Tapi juga bukan hal yang sangat suit seperti harus menguasai seluruh cabang ilmu syariat secara mumpuni.

Yang diprasyaratkan untuk masuk thariqah hanya pengetahuan tentang hal-hal yang paling mendasar dalam ilmu syariat. Dalam aqidah misalnya, ia harus sudah mengenal sitat wajib, mus­tahil, dan ja’iz bagi Allah. Dalam fiqih, ia sudah mengetahui tata cara bersuci dan shalat, lengkap dengan syarat, rukun, dan hal-hal yang membatalkannya, serta hal-hal yang dihalalkan atau diharam­kan oleh agama.

Jika dasar-dasar ilmu syariat sudah dimiliki ia sudah boleh berthariqah. Tentu saja ia tetap mempunyai kewajib­an melengkapi pengetahuan ilmu sya­riatnya yang bisa dikaji sambil jalan. Sya­rat lainnya adalah umur yang cukup (minimal 18 tahun), khusus bagi wanita yang sudah berumah tangga ha­rus mendapat ijin dari suami. Jika semuanya sudah terpenuhi, saya menghimbau, segeralah ikut thariqah.

Semua thariqah, asalkan mutaba­rah ajarannya murni dan silsilah sanad­nya bersambung sampai kepada Rasulullah SAW sama baiknya. Karena semua mengajarkan penjagaan hati de­ngan memperbanyak dzikrullah, istighfar, dan shalawat.

Yang terpenting masuklah thariqah dengan niat agar kita bisa menjalankan ihsan. Jangan masuk thariqah karena khasiatnya atau karena cerita kehebatan guru-guru mursyidnya. Pengertian ihsan yang saya maksud adalah seperti yang tersebut dalam hadits Baginda Nabi Mu­hammad SAW “An ta’budallaha ka­anaka tarahu, wa in lam yarah fainna­hu yaraka.” engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, atau jika engkau tidak bisa merasa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu (HR Bukhari-Muslim).

 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah

 

 

 

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca