-
SYETAN PUN HAPAL AYAT KURSI (bag. 2)
Berbicara tentang syetan memang tidak akan habis-habisnya karena memang dari zaman Nabi Adam sampai sekarang syetan selalu menjadi simbol perlawanan bagi manusia terhadap kejahatan. Kalau malaikat merupakan simbol kebaikan maka sebaliknya syetan merupakan symbol kejahatan. Kalau menyimak pengalaman salah seorang sahabat Nabi bernama Abu Hurairah yang diperdaya oleh syetan yang berwujud manusia seperti yang diceritakan dalam tulisan Syetan pun Bisa Hapal Ayat Kursi, padahal Abu Hurairah itu sedang menjalankan perintah Nabi yaitu menjaga harta zakat sudah pasti merupakan bagian dari ibadah lalu bagaimana dengan kita yang hidup di zaman 1400 tahun setelah Nabi, tentu akan lebih mudah lagi diperdaya. Pernahkah kita berfikir jangan-jangan kita telah berulang kali berhubungan dengan syetan…
-
Hamba Baca, Hamba Syetan dan Hamba Tuhan (Bag-2)
Coba anda iseng bertanya kepada anak kelas 1 SD, “berapa 3-5?” Pasti dia balas nanya, apa pertanyaannya gak salah tuch? “Maksudnya 5-3 ya?” Dan anda kembali mengajukan pertanyaan yang sama, “pertanyaannya sudah benar, tiga kurang lima”, dengan bingung anak SD itu mengamati jari nya, kemudian dia mengatakan kepada anda : “Mana mungkin bilangan kecil bisa mengurangi bilangan besar?” kemudian karena anda sudah SMP dan tahu perhitungan seperti itu dimana hasilnya adalah (-2) “negatif 2” kemudian anda memaksakan ilmu anda kepada anak SD, apa yang terjadi? Pasti sang anak SD tersebut akan menyalahkan anda, dan menuduh anda sebagai orang yang suka mengada-ngada, yang kalau dalam ilmu agama anda disebut sebagai pembuat…
-
Hamba Baca, Hamba Syetan dan Hamba Tuhan
Di dunia ini banyak orang merasa menjadi hamba Tuhan, kalau kita ke mesjid, biasanya ada papan pengumuman yang menampilkan nama-nama orang yang memberikan sumbangan untuk mesjid, kalau sumbangan dalam jumlah besar ditulis nama penyumbangnya, misalnya, dari “Haji Polan”, atau dari “Kiayi Anu”, akan tetapi kalau sumbangannya dibawah Rp. 50.000,- biasanya cukup menulis inisial, dari “Hamba Allah”. Karena malu sumbangannya kecil lantas dia bersembunyi dibalik nama “Hamba Allah”, rasanya gampang sekali orang mengaku jadi hamba Allah, apa benar seorang yang memberikan sumbangan dalam jumlah tertentu bisa secara otomatis menjadi hamba Allah? Atau Cuma pengakuan kita aja sementara Allah tidak mengakui kita sebagai hambanya? Pertanyaan ini perlu menjadi bahan renungan untuk kita…