Sufi Muda

Menemukan Tuhan Dalam Keseharian

Archive for the tag “Filosof”

ABSURDITAS MANUSIA MODERN : SEBUAH REKONSTRUKSI SPIRITUAL MANUSIA MODERN

Oleh : T. Muhammad Jafar SHI

 

A. PENGANTAR

 

Sejak  zaman Renaisance di abad 17 lalu, manusia memasuki “dunia baru”, dunia yang begitu  berbeda  dengan tatanan dunia sebelumnya. Alfin Tovler, futurolog yang membagi tiga tahapan perkembangan peradaban manusia, menyatakan bahwa manusia saat ini hidup di tengah periode masyarakat komunikasi yang berlangsung sejak 1970 hingga sekarang. Dalam kehidupan di dunia baru ini manusia mengalami proses transformasi – untuk tidak mengatakan revolusi seperti yang diistilahkan oleh Franz Magnis – yang begitu cepat dan mencengangkan. Hasil olah sains dan teknologi canggih yang diciptakan manusia  membuat sesuatu  menjadi mudah, tidak berjarak dan tidak tersekat oleh waktu dan tempat. Semuanya dapat dilampaui oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Hikmat Budiman dengan sinis menyatakan, bahwa canggihnya kehidupan modern belum, bahkan tidak terjangkau oleh mimpi-mimpi paling liar sekalipun pada masyarakat primitif (1997).

Read more…

MENGGUGAT “ORTODOKSI” ISLAM TERHADAP DISKURSUS WAHYU DAN AKAL, IMAN DAN KUFUR

( Telaah Kritis  Untuk Reaktualisasi Tauhid Dalam Persfektif Pemikiran Keislaman)

Oleh : T. Muhammad Jafar SHI

 

Pengantar

Sedikit agak aneh memang, persoalan pertama yang muncul dalam Islam sebagai agama  adalah bidang politik, bukan bidang teologi atau keagamaan. Tetapi persoalan politik ini segera meningkat menjadi persoalan-persoalan teologi.[i] Persoalan ”yang beriman” dan ”yang kafir” pasca Arbitrase antara Ali dan Muawiyah dalam lingkup pelaku dosa besar segera merubah wajah Islam kedalam pergulatan teologi yang tidak pernah berhenti.  Kesimpulannya, munculnya persoalan-persoalan aqidah dalam Islam seperti pelaku dosa besar apakah dia mukmin hanyalah berasal dari persoalan ”rebutan kursi” , jadi sangat-sangat subjektif. Sejak saat itulah persoalan-persoalan teologi berkembang dari hanya persoalan-persoalan pelaku dosa besar, menjadi  bermacam-macam diskursus teologi yang melahirkan banyak sekali aliran-aliran yang tetap berpengaruh hingga sekarang.

Namun, di Indonesia, teologi Islam yang sebenarnya begitu majemuk, luas dan mendalam – seperti dikatakan Harun Nasution -, pada umumnya di ajarkan dalam bentuk ilmu tauhid. Ilmu tauhid biasanya kurang mendalam pembahasannya dan kurang bersifat filosofis. Selanjutnya ilmu tauhid biasanya memberi pembahasan sepihak dan tidak mengemukakan pendapat dan paham dari aliran lain yang ada dalam teologi Islam. Ilmu tauhid yang diajarkan di Indonesia pada umumnya ialah ilmu tauhid menurut aliran Asy’ariah, sehingga timbullah kesan dikalangan umat Islam Indonesia, bahwa inilah satu-satunya teologi yang ada dalam Islam.[ii] Pemahaamn ini dipeluk dan dianut oleh otoritas (mayoritas) umat Islam melalui lembaga-lembaga formal keagamaan yang dengan otoritas itu segera menjadikannya sebagai doktrin yang melembaga dan meluas sehingga menjadi pegangan aqidah satu-satunya yang benar,  tak boleh ditawar-tawar lagi, tidak boleh diinterpretasikan lagi, inilah yang disebut dengan ortodoksi agama.[iii]

Read more…

Post Navigation