FIRASAT
Suatu hari, di depan Rasulullah saw Abu Bakar menceritakan seorang sahabat yang amat rajin ibadatnya. Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi Rasulullah tak memberikan komentar apa-apa. Para sahabat keheranan. Mereka bertanya-tanya, mengapa Nabi tak menyuruh sahabat yang lain agar mengikuti sahabat ahli ibadat itu.
Tiba-tiba orang yang dibicarakan itu lewat di hadapan majelis Nabi. Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam. Abu Bakar berkata kepada Nabi, “Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulallah.”
Nabi hanya berkata, “Aku lihat ada bekas sentuhan setan di wajahnya.”
Nabi lalu mendekati orang itu dan bertanya, “Bukankah kalau kamu datang di satu majelis kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling salih di majelis itu?” Sahabat yang ditanya menjawab, “Allahumma, na’am. Ya. Allah, memang begitulah aku.” Orang itu lalu pergi meninggalkan majelis Nabi.
Setelah itu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, “Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?” “Aku,” jawab Abu Bakar.
Abu Bakar lalu pergi tapi tak berapa lama ia kembali lagi, “Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang ruku’.”
Nabi tetap bertanya, “Siapa yang mau membunuh orang itu?” Umar bin Khaththab menjawab, “Aku.” Tapi seperti juga Abu Bakar, ia kembali tanpa membunuh orang itu,
“Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah?” Nabi masih bertanya,
“Siapa yang akan membunuh orang itu?” Imam Ali bangkit, “Aku.” Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, “Ia telah pergi, ya Rasulullah.”
Nabi kemudian bersabda, “Sekiranya engkau bunuh dia. Umatku takkan pecah sepeninggalku….”
Pernahkah kita bertanya pengetahuan apa yang dimiliki oleh Nabi sehingga Beliau dengan begitu pasti menyuruh sahabat membunuh orang yang sedang beribadah, jika tindakan itu dilakukan oleh orang awam akan jatuh kepada dosa besar yaitu menghilangkan nyawa manusia, hal yang juga sangat dihindari oleh Nabi. Sebagian besar kita juga tidak pernah sampai ke tahap kritis bertanya ketika mendengar kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir, pengetahuan apa yang dimiliki oleh Khidir sehingga tanpa ragu sedikit pun untuk membunuh anak kecil yang kemudian kita tahu dari cerita bahwa anak kecil itu kelak bakal membuat orang tuanya menjadi kafir.
Kebanyakan kita hanya sampai ke tahap mendengar kisah, paling merenungi untuk diambil hikmah namun tidak sampai ke tahap untuk bisa melaksanakan apa yang ada dalam kisah.
Nabi SAW dalam melaksanakan apapun tidak berdasarkan hawa nafsu karena Beliau sudah selesai mengalahkan hawa nafsu jauh sebelum diangkat menjadi Nabi atau dasar itulah Nabi tidak membawa beban dosa dalam setiap tindakannya. Pandangan Nabi melampaui pandangan awam sehingga bisa melihat hati orang yang rajin ibadah itu masih diliputi setan, hanya gerak zahir saja dia beribadah dan tentu saja di zaman sekarang ini jenis manusia serupa sangat banyak.
Beliau memudahkan kita semua memahami rahasia ini dengan menyebut sebagai “firasat” atau populer dengan Firasat Mukmin yang mampu melihat dengan hati. Firasat secara awam hanya sampai ke tahap menduga yang lebih banyak salah dari benarnya namun firasat seorang mukmin adalah Muraqabah, getaran Ilahi yang sudah PASTI benar sehingga dia selalu pasti dalam melakukan apapun baik ibadah formal maupun bukan. Setiap tindakan di konfirmasi ke atas dan menunggu jawaban PASTI, atas konfirmasi itulah dia melakukan tindakan. Atas alasan inilah dia melakukan apapun sesuai dengan ridha Allah SWT.
Ketika ilmu rahasia itu tidak didapat maka cukup dengan tuntunan kitab lah dia melakukan tindakan agar tidak melakukan kesalahan….
4 Comments
didin
masyaallah, leres pisan ucapan Nabi..alahummasholiala Muhammad
jonnihasibuan
Subhanallah.
Terimakasih abangda
Dimas
Dan dibelakang sirrmu ada Aku (Allah) kh Buya syakur yasin😊
Ruslianto
Masih banyak orang beriman kagum dan terlena saat melihat sosok kealiman seseorang bahkan buah tutur yg indah seperti dan seakan orang melihat dalam (isi) nya sama seperti luarnya ,.. bahkan bukan tidak mungkin orang tsb dijadikan pula panutan dan di idola kan oleh orang banyak, pada hal kebanyakan orang beriman lupa bahwa setan pun hapal bacaan ayat qursy dalam Al Qur’an
Semoga menjadi renungan kita bersama.
Wass.