Pemikiran

EKSAKTA

Jika orang bertanya kepada anda, berapa hasil 2+2 maka tanpa berfikir anda langsung menjawab 4. Jawaban 4 adalah satu-satunya jawaban dan bersifat pasti, tidak perlu di analisa dan diteliti. Sebuah batu yang dilempar ke atas akan jatuh ke bawah mengikuti hukum gravitasi bumi. Dua contoh ini disebut eksak atau pasti. Ilmu tentang hal-hal bersifat eksak atau pasti itu disebut ilmu eksakta.

Islam sebagai agama sempurna juga meliputi segala ilmu terkandung di dalamnya mulai dari sosial, sastra, budaya tidak kecuali tentang eksak. Saya tidak membahas eksak itu tentang jumlah huruf dalam al Qur’an atau tentang susunan ayat. Saya mengajak kita semua untuk merenungi bahwa Islam itu adalah agama yang pasti, tanpa ada keraguan di dalamnya. Setiap janji Allah di dalam al Qur’an juga bersifat absolut, mutlak dan pasti.

Di samping berbicara tentang sosial kemasyarakat, al Qur’an mempunyai sisi lain yang sangat jarang di teliti yaitu bidang teknologinya yang bersifat eksak. Orang berulang kali bercerita tentang Nabi Musa membelah laut namun tidak satupun yang bisa mengajarkan cara membelah laut. Orang juga dengan semangat menceritakan kembali peristiwa Nabi Muhammad SAW melakukan mikraj, namun tidak satu pun ustad mampu mengupas bagaimana cara untuk bisa bermikraj. Dari sinilah di mulai kemunduran Islam, hanya berpegang pada kisah, meneritakan ulang tanpa bisa membuktikan secara nyata pada dirinya sendiri apalagi pada lingkungannya.

Allah menciptakan dua tujuan akhir manusia yaitu ke surga dan neraka, ini juga bersifat eksak. Laksana pemograman komputer yang hanya mengenal angka 1 dan 0, Y=ya atau Tidak, demikian Allah SWT menciptakan sistem di alam ini untuk dilaksanakan oleh manusia dan seluruh yang ada di dalamnya. Karena surga itu bersifat eksak atau pasti maka cara untuk mendapatkannya juga hanya ada satu jalan dan itu bersifat pasti. Jika anda mengikuti jalan itu dan memenuhi rukun syarat untuk masuk surga maka anda pasti masuk surga, sesederhana itu.

Ketika eksak di dalam Islam itu tidak di dapat akhirnya Islam menjadi ilmu sosial, ilmu bacaan yang tidak ada kepastian disana. Semua orang membaca ayat al Qur’an tapi berapa orang yang tergugah pikirannya untuk meneliti kebenaran ayat Al Qur’an, meneliti kepastian yang terkandung didalamnya. Al-Qur’an menyebutkan bahwa Allah senantiasa menyertai orang-orang yang beriman. Tidak satu pun orang mau kritis bertanya, apa tanda-tanda kita disertai Allah? Sehingga jika tanda-tanda itu muncul maka kita memperoleh kepastian bahwa Allah sedang menyertai kita.

Pada akhirnya keseluruhan pengamalan agama Islam itu itu hanya sampai kepada fiqih saja, hukum-hukum yang tidak perlu pembuktian. Jika surga adalah tujuan akhir perjalanan hidup kelak, kenapa tidak dari sekarang kita peroleh kepastian apakah kita masuk kesana atau tidak. Semua orang ketika ditanya apakah kalau dia meninggal nanti masuk surga atau tidak, jawabannya “Allah Yang Tahu”, Cuma sampai tahap ini. Hal paling pokok dalam hidup, keselamatan dia untuk selamanya masih mau berspekulasi, main tebak-tebakan, bukankah ini sudah sangat keterlaluan. Kenapa tidak mau mencari metode agar segala yang misteri ini menjadi sebuah kepastian, dari duga duga menjadi eksak sebagaimana pastinya jawaban 2+2 sama dengan 4.

Bersyukur kita kepada Allah SWT yang berkenan menurunkan utusan-Nya, Rasulullah SAW yang telah mengajarkan sahabat dan generasi selanjutnya secara bersambung sehingga kita menemukan kepastian akan agama. Bagian eksak dari Islam itu adalah berada di dalam tasawuf yang dipraktekkan lewat tarekat. Tanpa itu maka semua yang tercantum di dalam al qur’an dan sunnah menjadi sebuah cerita semata, menjadi kisah hikmah yang tidak pernah bisa diulangi dan dibuktikan. Indah untuk di kenang pahit untuk dilaksanakan. Tulisan ini untuk menggugah kesadaran kita, menurunkan sedikit ego kita, betapa sangat luas Islam yang sangat hebat itu, jangan kita rendahkan Islam oleh karena keterbatas pengetahuan kita. Jangan seperti orang buta meraba gajah, beragumentasi tanpa bisa bereksperimentasi.

One Comment

  • Putra Ali

    Mantap bang sufi muda, orang syariat sibuk mengkaji kulit tapi menolak meriset kulit. Walhasil orang2 yang sudah makrifat dikatakan hanyalah tablis iblis & khurafat. bagaimana tanggapan bang sufi muda terhadap tuduhan talbis iblis dan khurafat ini?? nyesek juga. ada bukunya juga. Fiqih tanpa tasawuf akan mengeraskan hati dan tasawuf tanpa fiqih akan bodoh (imam syafii)

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: