Keseimbangan Antara Ikhtiar dan Pasrah
Sudah hampir 3 bulan saya tidak menulis disini, postingan terakhir tanggal 7 Agustus tentang info Idul Fitri. Terimakasih kepada saudara M. Jafar berkenan mengirimkan sebuah tulisan bagus Tarekat dan Pembebasan Manusia yang saya posting akhir Agustus.
Tanpa terasa hari ini adalah hari terakhir dari tahun 1434 H dan besok kita akan memasuki tahun baru 1435 H. Di hari terakhir ini alangkah baiknya kita merenung sejenak tentang apa-apa yang telah kita lalui selama setahun, kemudian kita mengambil langkah untuk memasuki tahun baru dengan rencana yang lebih baik.
Saya senang kemaren dapat info buku “Perjalanan Sufimuda Menemukan Tuhan Dalam Keseharian” sudah ada di toko buku Gramedia dan toko buku lain di Jakarta (di daerah lain dalam proses distribusi), artinya sahabat sekalian yang belum memiliki buku ini bisa langsung mendapatkan di toko buku. Syukur Alhamdulillah buku ini termasuk ke dalam buku best seller karena penjualannya yang luar biasa sejak di pasarkan melalui pemesanan mulai Juni yang lalu.
Tadi saya membaca sebuah tulisan menarik tentang menjaga keseimbangan antara ikhtiar dan pasrah, sebuah tulisan singkat yang saya ambil dari sini, semoga tulisan ini bermanfaat dan saya berdoa semoga kita semua selalu dalam rahmat dan karunia-Nya, amin.
Usaha dalam segala untuk mendapat sebuah hasil itu wajib. Ikhtiar merupakan upaya bebas untuk mencari jalan yang terbaik. Tetapi hasil dari usaha itu sendiri merupakan sebuah keputusan Allah secara mutlak. Perihal ini penting kiranya untuk diperhatikan.
Pertama, segala bentuk ikhtiar harus diniatkan semata karena menjalankan syariat. Kedua, hasil dari segala bentuk upaya mesti diserahkan hanya kepada Allah. Allah pasti memberikan yang layak bagi usaha hamba-Nya.
Kewajiban ikhtiar dan kepasrahan hati kepada Allah merupakan titik keseimbangan antara kemampuan dan keterbatasan manusia. Ajaran ahlussunah ini menempatkan manusia dalam kodratnya. Manusia didorong untuk memaksimalkan kemampuan pada dirinya di satu segi. Di lain segi, manusia juga dipaksa menyadari keterbatasan dirinya.
Dengan demikian, ia menjadi optimis dalam kehidupan. Di lain sisi, ia juga tidak menyombongkan diri atas segala kemampuannya. Dari situ, ia telah menjalankan kewajiban ikhtiar tanpa mengesampingkan kehadiran Allah dalam dirinya.
Karenanya, seorang hamba perlu menyandarkan kepasrahan dirinya kepada Allah SWT semata. Ia tidak boleh berharap dan takut kepada siapapun selain Allah SWT. Dalam kitab Fahtul Majid, Syekh Nawawi Banten mengutip cerita pelajaran dari Nabi Musa As.
Suatu hari, kata Syekh Nawawi, Nabi Musa As mengadukan derita sakit giginya kepada Allah. Lalu Allah memerintahkan untuk mengambil beberapa helai rumput di suatu tempat.
“Letakkan rumput itu pada gigimu yang nyeri,” kata Allah.
Seketika sakit giginya reda.
Setelah beberapa waktu berlalu, sakit giginya kembali kambuh. Tanpa mengadu kepada-Nya, Nabi Musa menuju padang rumput yang pernah didatangi beberapa masa silam. Lalu ia mengobati giginya dengan rumput seperti praktik yang pernah dilakukannya. Bukannya sembuh, sakit giginya semakin menjadi.
“Nabi Musa As lalu bermunajat, ‘Tuhanku, bukankah Kau memerintahkanku dan menunjukkanku untuk ini?’ Lalu Allah Swt menjawab, ‘Akulah penyembuh. Akulah pemberi kebaikan. Akulah yang mendatangkan mudlarat. Aku pula yang mendatangkan kemaslahatan. Pada sakitmu yang pertama, kau mendatangi-Ku. Karenanya, Kusembuhkan penyakitmu. Tetapi kali ini, kau langsung mendatangi rumput itu, bukan mendatangi-Ku.’” Wallahu A’lam.
luar biasa!!!!!!!!!!!!!!
semoga makin sukses buat bang sufi muda, saya telah membaca bukunya
Terima kasih.
Assalamu alaikum bg sufi, terimakasih yg tak terhingga atas masukan tulisannya ke emailku dan abg sudah menjawab maksud dan keinginanku, kalaulah boleh saya berharap kpd bg sufi muda tolong doakan saya ke hadirat Allah swt agar sabar dan tegar dlm keimananku mendapatkan hidayahnya Terimakasih bg Sufi muda Wasalam Wr Wb.
Wa’alaikum salam wr. wb
Saya berdoa semoga Allah memberikan kesabaran dan kekuatan kepada anda dan semoga Allah memberikan hidayah-Nya, amin
sahabat , kita sudah bermula episod baru dlm tahun Hijriah yg baru. bg kurun yg semakin larut ini, kita sangat dambakan bimbingan Sang Mursyid bagi memperteguh keyakinan kita kehadapan. teruskan lah perjuangan sahabat ku dlm penulisan mu, tariqat kalau umum sudah memandang sepi, amat bahaya sekali. mungkin lagi beberapa tahun kita pulak akan menanngung sebagai umat mempertahankan eksistensi dunia…
assalamu’alaikum war. wab. ini adalah sapaan pertama kali saya semnjak saya aktif di blog sufi muda sekitar 2 tahunan ini, dan banyak sekali hal-hal yang membuat hati saya tergerak untuk memperbaiki diri. semoga sufi muda selalu dalam hidayah alloh swt sehingga terus dapat memberikan pencerahan yang menyentuh kalbu…amin, minta tlg doakan saya dapat dengan mudah mengamalkan kaidah tahalli sehingga hati ini tidak menjadi sakit…matur suwun, saya add ym kok nggak ada reply anandacreation@yahoo.co.id