Jejak Cinta

Jalan Kemesraan

JALAN KEMESRAAN

“Manakala makhluk Allah membuatmu merasa gentar  maka ketahuilah  bahwa sesungguhnya Allah hendak membukakan pintu kemesraan denganNya kepadamu”.

Kemesraan Ilahiyah terkadang muncul ketika seseorang menghadapi kegentaran dengan sesama makhluk yang membuatnya lari kepada Allah, dengan menggantungkan masalahnya kepada Allah Ta’ala dan pada saat rasa butuhnya begitu menguat maka ia dapatkan kemesraan kepada Allah secara total.

Al-Qadhy Abdurrahim al-Qusyairy ra, mengatakan: “Kemesraan adalah kegembiraan rahasia jiwa, tanpa terlibatnya hati dalam urusan makhluk. Kemesraan adalah kehidupan hati dengan kemuliaan qurb (kedekatan).
Kemesraan adalah sejuknya kehidupan dengan keleburan kedekatan padaNya.
Kemesraaan adalah ekstase pada Sang Kekasih  dengan tanpa mengintaiNya. Kemesraan  di bawah wushul dan di atas angan.”

Diantara Jalan Kemesraan adalah rasa mencekam yang muncul akibat interaksi dengan sesama makhluk yang menimbulkan berbagai masalah dalam hidupnya, sehingga hamba lari dari makhluk menuju Allah Ta’ala.  Wujud pelariannya bukannya ia anti terhadap makhluk, tetapi hatinya sama sekali tidak berkait dengan mereka, hanya kepada Allah Azza wa-Jalla.

Terkadang manusia enggan melepaskan bebannya dalam jiwanya, dengan berbagai alasan keluhan, rasa jengkel, rasa dendam, rasa gelisah, yang sengaja dipeliharanya, padahal Allah menunggu para hambaNya untuk segera datang kepadaNya.

Beliau melanjutkan:
“Sepanjang (manakala) dirimu mengucapkan keinginan (melalui doa) sesungguhnya Allah hendak memberimu anugerah.”

Namun ungkapan itu sebagai wujud dari ubudiyah, berdoa dalam rangka meraih rasa butuh kepada Allah Ta’ala. Doa sebagai pertanda, bahwa anugerah Allah bakal tiba, dimana kehendak anda didahului oleh KehendakNya.

Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Umar ra,  bahwa Rasulullah saw, bersabda:
“Siapa yang di izinkan dirinya untuk berdoa kepadaNya, maka pintu-pintu rahmat dibukakan padanya, dan tak ada yang lebih dicintai oleh Allah dari pada memohon kepada Allah ampunan dan kesejahteraan.”

Karena itu sebagai hamba harus berdoa, karena berdoa itu pertanda turunnya anugerah. Sekaligus menjaga rasa butuh kita kepada Allah, bukannya memaksa Allah mengikuti selera kita, karena hakikatnya kehendak Allah menurunkan anugerah itu lebih dahulu ketimbang doa kita.

 

Sumber : www.sufinews.com  

3 Comments

  • dinda

    Rindu diri ini pada Mu…
    rindu yang tiada terperi…
    akankah cinta ini bersambut…
    rasa diri sangat mengharapkan Mu..

    bimbinglah kami selalu…:-)

  • Ruslianto

    JALAN DAN TUJUAN

    Pada suatu hari, sang GURU MURSYID duduk dan memberi fatwa di depan para muridnya. Diantara selingan fatwanya, sang Guru ingin menanam pohon enau (kolang-kaling/sugar palm/pohon nira) yang ranum nan besar di depan surau. Mendengar itu para muridnya kalang kabut ingin berbakti mencari pohon enau yang ranum nan besar tersebut. Berangkatlah mereka setelah usai fatwa sang Guru Mursyid…NAMUN, hampir menjelang sholat isa, tak satupun muridnya muncul. Diantaranya ada sekelompok murid yang datang dengan wajah lesu dan membisu tertunduk, sepertinya mereka tidak mendapatkan pohon tersebut. Dibelakang mereka sekelompok lain, dengan lesunya memberanikan diri berkata : “POHON enau nan besar itu, sudah dapat wahai Guruku”. “NAH, bawalah KEMARI, apalagi….”, kata sang Mursyid. Maka dijawab si murid : “Maaf tuan Guruku, namun JALAN-Nya atau truk untuk mengangkutnya tidak kami dapat, karena panjangnya 4 meter”
    TERSENYUM sang Guru Mursyid, dan berkata : “NAH….SYORGA itu pun ada, kalau tidak ada JALAN-Nya, mana kita TIDAK bisa sampai kesana. Padahal Syorga itu disediakan untuk orang-orang MUSLIM

    (KITA membutuhkan JALAN untuk sampai ke Syorga) THARIQAT artinya JALAN

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: